webnovel

MRS 2 - Desire

Aeden Marshwan, salah satu dari 4 mafia muda yang paling ditakuti di dunia. Namanya terkenal hingga ke berbagai belahan dunia. Ia kejam, sama seperti 3 temannya yang lain. Jika Oriel adalah Pangeran Es maka dia adalah Pangeran Api. Siapa saja yang menghalangi jalannya maka akan ia jadikan abu. Dealova Edellyn, hanya gadis biasa yang hidupnya selalu dijadikan bayangan sang kakak. Lova hanya seorang anak haram, itu kata yang selalu keluar dari mulut seorang wanita padanya. Dealova adalah anak dari hasil ketidak sengajaan. Ayahnya mabuk dan menghamili seorang pelayan bar. Pelayan bar itu adalah ibunya yang kemudian meninggal sesaat setelah melahirkannya. Lova tidak pernah mengenal dekat ayahnya. Dia hanya diasuh oleh sebuah keluarga yang diberi uang oleh ayahnya untuk merawatnya. Ketika ayah Lova bermasalah dengan Aeden, ia meminta pengampunan dengan memberikan anaknya pada Aeden. Saat itu Aeden pikir yang akan ia dapatka adalah Lovita Keandirsya, pianis yang terkenal berbakat dan sangat cantik. Tentu saja Aeden menerimanya. Dia menyukai Lovita sejak dia menyaksikan permainan wanita itu di sebuah konser musik. Tapi, yang terjadi adalah Aeden bukan mendapatkan Lovita melainkan Dealova yang merupakan adik beda ibu dengan Lovita. Aeden marah karena penghinaan ini tapi dia tidak menolak pemberian itu. Dia akan membuat perhitungan dengan keluarga Dealova, dan ia pastikan jika dia akan membuat Lovita merangkak ke kakinya. "Kau diberikan oleh ayahmu sebagai penebus dosanya padaku. Jadi, akulah tuanmu." Aeden Marshwan.

yuyunbatalia · สมัยใหม่
Not enough ratings
29 Chs

Part 4

"Belanjalah dengan menggunakan ini." Aeden memberikan satu kartu kreditnya pada Dealova.

"Aku tidak ingin membeli apapun." Dealova menolak. Ia bukannya tidak tahu bagaimana cara memanfaatkan keadaan tapi dalam hidup ini, Dealova tak ingin memanfaatkan siapapun.

"Kau adalah wanitaku untuk 6 bulan ke depan. Kau akan mengikuti aku kemanapun aku membawamu. Kau membutuhkan banyak pakaian bagus dan lainnya. Jangan mempermalukan aku dengan penampilanmu."

Dealova diam. Jika itu alasannya dia tidak bisa menolak kartu kredit Aeden. Dia memang tidak memiliki cukup pakaian yang indah. Lova tidak takut malu tapi dia tidak mau mempermalukan orang lain. Ia benci ketika ia menjadi beban bagi orang lain.

"Sarah akan menjagamu. Dia akan melakukan apapun yang kau katakan. Dan jangan coba-coba untuk kabur. Aku akan mendapatkanmu kembali bagaimanapun caranya!" Aeden menatap Lova serius.

Kabur? Lova tak akan melakukan hal sia-sia itu. 6 bulan itu cepat. Sekarang sudah berkurang satu hari. Hanya tinggal 159 hari lagi.

"Bos. Kita harus segera pergi." Addison –tangan kanan Aeden – membuka mulutnya. Ia adalah orang yang bertugas untuk mengingatkan semua jadwal Aeden.

"Jadilah wanita baik. Aku pergi." Aeden mendekat ke wajah Lova. Melumat bibir Lova singkat lalu setelahnya ia pergi bersama dengan Addison.

Seorang wanita mendekat ke Lova yang baru saja ditinggal pergi oleh Aeden.

"Nona, saya Sarah." Wanita itu – Sarah – memperkenalkan dirinya.

"Lova saja." Ia tak suka dipanggil dengan panggilan 'nona' seakan ia memiliki posisi yang tinggi di rumah itu, dia hanya wanita sementara Aeden.. "Temani aku belanja." Dealova bangkit dari tempat duduknya. Ia tak punya kegiatan apapun di rumah megah itu. Jadi lebih baik ia pergi keluar dan berbelanja.

Sarah menjadi sopir untuk Dealova. Di belakang mobil mereka ada mobil sedan hitam yang mengikuti. Bukan hanya Sarah yang ditugaskan untuk menjaga Dealova tapi beberapa pengawal juga. Entah apa yang Aeden pikirkan hingga ia menggunakan banyak orang untuk memastikan Dealova tak kabur darinya.

Biasanya Aeden tidak pernah mempekerjakan pengawalnya untuk wanita-wanitanya tapi lain cerita dengan Dealova. Wanita ini tak tertarik padanya dan cenderung ingin pergi darinya. Jadi, bisa saja Dealova kabur darinya.

Sarah membawa Dealova ke sebuah mall.

"Apa yang harus aku beli?" Dealova tidak tahu fashion. Dia hanya menerima apa yang diberikan oleh ibu mata duitannya. Pakaian yang dibeli dari uang yang dikirmkan Jayden untuknya.

"Serahkan saja padaku. Aku akan membantumu." Sarah tahu apa yang akan dia lakukan. Dia harus bekerja dengan baik jika dia ingin hidup.

"Apa mereka akan ikut sampai ke dalam?" Dealova melihat ke arah 5 pria berbadan tegap dengan pakaian warna hitam. Dealova merasa seperti tahanan karena orang-orang itu.

"Mereka akan ikut kemanapun No- kau pergi."

Dealova tak bisa tidak menghela nafas, hidupnya tak pernah sedrama ini. Dia tidak akan kabur. Tak akan ada juga yang mau menculiknya. Apa-apaan dengan penjagaan Aeden. Tapi meski tidak suka ia tidak bisa menentang Aeden. Ia harus menuruti Aeden setidaknya sampai 3 bulan. Dia harus jadi wanita penurut agar semuanya berjalan lancar.

Sarah memilihkan banyak pakaian. Dari yang panjang hingga yang pendek. Dari alas kaki hingga ke pernak-pernik rambut. Dealova hanya duduk menunggu Sarah selesai, sudah ia katakan ia tidak mengerti fashion.

Lova memang selalu tampil sederhana. Meski ia memiliki wajah yang cantik, ia tidak begitu tertarik pada dunia orang-orang yang memiliki wajah cantik sepertinya.

Ia tak ingin mengacaukan hidupnya dengan hal-hal seperti itu. Ia juga tak suka ke club malam karena tak mau apa yang ibunya alami terulang padanya. Akan menyedihkan jika ia hamil dan prianya tak mau mengakui anaknya. Lova trauma? Tidak, dia hanya tidak ingin kejadian yang terjadi di masalalu terulang lagi di masa depan. Itulah kenapa ia menjaga dirinya dengan baik.

Dan sekarang dia masih menjaga dirinya, hanya saja dia menggunakan tubuhnya untuk membalas budi pada si pemberi sperma –Jayden.

"Lova, kita sudah selesai."

Lova melepaskan majalah yang ia baca. Iris hijaunya menatap Sarah.

"Kita pulang."

Sarah menganggukan kepalanya. 5 pria yang mengikuti Lova membawakan belanjaan Lova.

"Kau sepertinya tahu cara memanfaatkan kartu kredit dengan baik." Lova melihat datar belanjaan Sarah.

Sarah tertawa kecil, "Aku belum terlalu pandai. Wanita-wanita Tuan lebih pandai memanfaatkan benda tipis itu daripada aku."

Lova membalik tubuhnya setelah ia meletakan majalah yang ia baca tadi ke meja.

"Kau tidak penasaran tentang wanita-wanita yang bersama Tuan?" Sarah sepertinya ingin menceritakan banyak hal.

"Aku tidak tertarik. Tapi jika lidahmu gatal untuk mengatakannya, aku pendengar yang baik."

Dan mulailah Sarah menceritakan dari a-z bagaimana wanita-wanita yang bersama Aeden.

Lova masuk ke dalam mobil. Sarah masih bercerita. Ia memang tak menjawabi seruan Sarah tapi ia mengingat dan mendengar apa yang Sarah katakan. Mobil berjalan dan Sarah masih berceloteh.

Aeden tidak terlalu memiliki banyak koleksi wanita tapi itu juga tidak bisa menolongnya dari fakta bahwa ia penjahat kelamin. Setiap tahun akan ada 2-3 wanita yang bersamanya. Itu jika dia tidak bosan dengan cepat. Jika ia bosan dalam 1 bulan, maka 12 wanita akan bersamanya. Mungkin jika Lova hitung jumlah itu akan menyentuh 2 ratus wanita tapi tak akan lebih dari 2 ratus.

"Dan terakhir wanita Tuan adalah nona Angel, mereka hanya bertahan sampai 3 bulan. Nona Angel adalah partnerTuan yang paling tahu diri. Dia cantik, anggun dan berkelas. Dia tidak sama seperti wanita-wanita yang Tuan tiduri. Dia juga tidak mengekang dan sok berkuasa. Hanya saja, dia jarang bicara dengan pelayan. Dia pemuji kecantikannya sendiri. Dia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk mempercantik diri." Memang tak lengkap rasanya jika seseorang memiliki begitu banyak kebaikan tanpa keburukan. Seperti yang Sarah katakan tentang Angel tadi.

"Sudah berapa lama kau bekerja dengan Aeden?" Lova tertarik untuk menanyakan tentang ini.

Sarah menghitung dengan jarinya, "Aku bekerja dengannya sejak usia 16 tahun. Dan sekarang usiaku 24 tahun. Itu artinya sudah 8 tahun aku bekerja dengannya."

8 tahun? Lova pikir itu waktu yang cukup lama. Ada orang yang bisa bekerja selama itu dengan Aeden? Dalam sekali lihat ia bisa memastikan jika Aeden bukan tipe pria baik. Dia memiliki tatapan tajam elang pembunuh. Jelas jika emosinya berapi-api. Aeden juga memiliki mulut yang kasar. Ya, meskipun itu tidak lebih kasar dari mulut ibu angkatnya dan mulut ibu tirinya.

"Awal mula aku bekerja dengan Tuan Aeden. Setelah dia menyelamatkan aku dari tempat pelelangan manusia. Dia membeliku dengan harga cukup mahal. Aku pikir dia akan membawaku tapi ternyata dia membeliku hanya untuk melepaskan aku dari tempat pelelangan. Karena rasa terimakasih, aku bekerja dengannya. Dia memang sangat galak. Dia pria dengan tempramen buruk. Kesabarannya sering kali menipis. Dia sering membunuh orang, tapi bagiku dia orang yang paling baik." Dan kali ini setelah mengeluarkan semua kejelekan Aeden, Sarah mengakhirinya dengan kata 'orang yang paling baik'.

Mungkin bagi Sarah, Aeden adalah orang baik, tapi Dealova berpikir, bagi keluarga orang yang dibunuh oleh Aeden, tentu Aeden adalah orang yang paling jahat.

Tapi, sampai detik ini, Dealova tak mau menilai Aeden. Baik ataupun jahat, itu tidak begitu penting baginya. Yang ia tahu, ia hanya akan bersama pria itu selama 6 bulan.

"Kau tenang saja. Selama kau menurut padanya kau akan hidup dengan aman. Dia tidak akan membunuhmu ataupun menyakitimu." Sarah berkata seakan-akan ia yakin dengan kalimatnya.

Membunuh mungkin tidak, menyakiti tentu saja sudah. Aeden, manusia tak berperasaan itu sudah membuat Lova kesakitan kemarin.

Ah, Lova tak ingin mengingat kejadian kemarin. Ia benci ketika ia menangis. Sudah sejak lebih dari belasan tahun lalu dia tidak menangis.

"Tuan Aeden tahu bagaimana memperlakukan wanita dengan baik. Dia itu pemuja kecantikan. Kecantikan yang kau miliki mampu membuatmu hidup nyaman, setidaknya sampai 6 bulan." Dan Sarah benar-benar membuat Lova menjadi pendengar yang baik. Ia terus mempromosikan Aeden. Tapi sejauh yang Lova dengar, hanya keburukan yang terdengar di telinganya.

Apa bagusnya pemuja kecantikan? Kecantikan tidak kekal. Sudah jelas jika Aeden akan membuang orang jika tidak cantik lagi. Hell, dia seperti kumbang yang menghisap benang sari pada bunga.

Kehidupan yang nyaman? Lova tidak butuh kehidupan yang nyaman. Dia butuh kebebasan. Dia ingin hidup seperti burung. Ia bisa terbang kemanapun ia mau tanpa peduli apapun.

Sederhana, keinginannya sesederhana itu.

Sarah berhenti berceloteh ketika ponselnya berdering. Beberapa detik baru Lova ketahui jika yang menelpon adalah Aeden. Panggilan hormat dengan nada mengagungkan itu jelas ditujukan pada seorang Tuan besar.

Tuan besar? Ah, Lova sudah mengakui jika dia bagian dari budak Aeden.

"Tuan menanyakan tentangmu."

Lova mengalihkan pandangannya dari luar kaca mobil. Sejak tadi ia hanya melihati pepohonan di jalanan dengan otaknya yang kosong. Ia bahkan tak tahu apa yang Sarah katakan pada Aeden.

"Aku tidak akan kabur. Sebenarnya aku ini tahanan atau budaknya?"

"Tuan hanya menanyakan apa kau belanja atau tidak. Dia sepertinya tidak berpikir kau akan kabur. Ayolah, siapa yang mau kabur dari Aeden Marshwan. Billionare muda, kaya raya dan tampan." Ah, promosi lainnya.

"Kau nampaknya sangat memujanya."

Sarah tersenyum, "Aku hanya diciptakan sebagai budak, bukan sebagai teman kencannya. Tidak, aku tidak ingin jadi teman kencannya. Mereka akan dibuang setelah 6 bulan atau kurang dari 6 bulan. Aku ingin bersamanya selama mungkin."

Lova menggelengkan kepalanya pelan, sepertinya Sarah sangat mengabdikan dirinya pada Aeden.Pelayan setia.

Mobil sampai di parkiran rumah bergaya Eropa milik Aeden. Lova turun dari sana dan segera melangkah menuju ke kamarnya. Mau tidak mau dia harus membiasakan dirinya dengan kediaman Aeden. Menolak kenyataan hanya akan membuat dunia menjadi neraka yang nyata.

tbc