webnovel

Kebencian Harry

Bayi Harry berhasil diselamatkan, bayi perempuan cantik dengan kulit putih dan rambut ikal berwarna coklat itu di beri nama Sandra. Harry merasa sangat bahagia saat tangisan pertama Sandra terdengar di telinganya. Hidupnya kembali penuh keceriaan. Walau ia sangat kehilangan namun ia tetap menunjukan sikap kuatnya di depan anaknya itu. Ia merawatnya penuh dengan kasih sayang dan cinta, namun di balik itu semua, ia terlihat keji terhadap Alvaro.

Bocah itu di biarkan tumbuh dengan makanan yang diberikan padanya hanya sehari sekali. Rasa haus darah Alvaro diabaikan Harry. Sesekali Harry menjenguk Alvaro, namun bukan rasa iba yang ia tunjukan pada Alvaro, tetapi justru Harry memberikan luka baru dari cambukan yang begitu banyak di tubuh mungil itu.

Alvaro tumbuh dan tumbuh di ruang kegelapan. Tak sekalipun ia melihat cahaya matahari dan indahnya dunia semenjak Harry memerintahkan Alvaro di kurung di penjara bawah tanah. Di tambah lagi siksaan demi siksaan yang hari lakukan padanya. Tubuhnya terlihat sangat kurus, ia tidak menyukai makanan-makanan yang diberikan Harry. Laki-laki itu sengaja memberikan makanan yang dibenci para vampir. Hingga Alvaro terus menerus memuntahkan makanan yang di berikan Harry.

Namun, laki-laki itu masih punya nurani. Ia tidak memberitahu tentang keberadaan Alvaro yang di cari kerajaan dan hendak dibunuh bila tertangkap.

Dan berita tentang vampir yang semula heboh akibat penasehat raja yang menyampaikan berita bohong tentang vampir yang kian di benci raja. Dan akibat berita itu, telah terjadi pro dan kontra tentang vampir. Bangsawan dan rakyat biasa yang terkena provokatif penasehat Raja ikut membela raja. Dan bangsawan dan rakyat yang percaya vampir-vampir itu bersahabat dengan manusia, membuat mereka membela keberadaan para vampir. Bagaimana tidak, hampir perekonomian kerajaan bisa semaju seperti saat ini karena ada campur tangan para vampir yang memang terkenal jenius. Dua kali lebih jenius di banding para manusia.

Hari pun terus berlanjut, berganti dari malam ke pagi, lalu pagi meninggalkan hari hingga datanglah siang. Siangpun berganti menjadi awan berwarna jingga. Hari pun berganti menjadi bulan, dan datanglah tahun. Jam berdetak begitu cepat dan hari berlalu tanpa kompromi. Tahun demi tahun hilang dan terus berganti angka.

Sandra tumbuh dengan sangat sehat, usianya kini bukan lagi bayi yang menggemaskan, melainkan tumbuh menjadi gadis yang cantik. Ia mewarisi gen dari Patricia di bagian rambut dan matanya, sedangkan gen yang diwariskan Harry pada bagian bibir yang seksi dan warna matanya.

Sedangkan Alvaro tumbuh dengan kebisuan, keheningan dan berteman dengan sepi dan binatang-binatang kecil yang cukup meresahkan.

Di tambah rasa benci Harry membuat Alvaro kian terpuruk, mentalnya benar-benar dibuat down oleh Harry.

"Makan ini bodoh! Masih untung kau tidak kuserahkan pada Raja, seharusnya kau juga bersukur aku masih mau memberi kau makan!" teriak Harry sambil mencambuk Alvaro terus menerus sambil meluapkan rasa bencinya.

Harry berhenti, lalu ia menekuk lututnya dan memandang dengan tatapan tajam penuh kebencian yang amat mendalam. Alvaro menggeram, ia juga menunjukan sikap tidak sukanya pada Harry, ia terlihat ingin sekali menghabisi Harry dan menghisap darahnya sampai habis.

"Apa? Kau ingin menghisap darahku?" tanya Harry sedikit meledek, namun masih menunjukan rasa bencinya terhadap Alvaro. Harry kemudian menekan pipi Alvaro yang terlihat tirus. Wajah yang dekil dan kumal dipenuhi debu. Harry tidak akan melupakan apa yang sudah dilakukan Alvaro terhadap kematian istrinya. "Kau tau, aku tidak akan melupakan apa yang sudah kau lakukan pada istriku, dan aku ingin kau menderita, merasakan sakit terus menerus seperti apa yang aku rasakan saat ini!" Sikap Harry yang dulu lembut dan penyayang membuat ia menjadi pendendam setelah kejadian itu.

Sudah delapan belas tahun kejadian itu berlalu. Namun luka itu belum bisa sembuh dan dilupakan Harry.

Laki-laki itu berdiri, lalu mencambuki Alvaro sampai ia puas. Hanya dia dan para penjaga yang tau keberadaan Alvaro juga penyiksaan ini.

Di dalam sebuah kamar yang sangat luas, kamar yang berbanding terbalik dengan Alvaro itu bernuansa feminim. Di sanalah Sandra tertidur pulas. Pagi yang cerah ia sudah duduk di depan cermin, tiga pelayan sibuk melayaninya. Satu pelayan merapihkan pakaian, lalu yang lainnya menyisir rambutnya. Dan pelayan terakhir mengurus sarapannya. Ketiga pelayan itu sibuk dengan urusannya masing-masing dalam melayani Sandra.

"Nona, sarapannya sudah siap! Apakah anda mau saya ambilkan?"

"Tidak usah Rose, aku akan mengambil sendiri. Tapi bisakah kau memindahkannya di paviliun? Aku ingin makan sambil menikmati udara pagi dan kicauan burung."

"Baik Nona, saya akan pindahkan," sahut pelayan bernama Rose itu.

"Terima kasih, Rose!" Ia mendorong gerobak terbuat dari besi keluar.

"Oiya Anna, di mana Ayah? Aku tidak lihat semenjak bangun. Biasanya Ayah selalu datang ke kamar dan menyapaku." tanya Sandra.

Anna tersentak saat di tanya, ia agak bingung menjawab di mana tuannya itu berada. "Sepertinya ada urusan dengan kepala penjaga, nona!"

Sandra berdehem, "Apa mereka sering pergi berdua, Anna? Aku lihat Ayah dan Tuan Alan selalu pergi berdua!" Ia mencoba menganalisa dari keakraban ayah dan Alan, penjaga rumah Harry.

"Saya kurang tau, nona. Mungkin Ayah Nona dan Tuan Alan ada urusan penting!"

Sekali lagi Sandra berdehem, "Begitu ya?" Kemudian ia terdiam, ekspresi wajahnya menunjukan rasa curiga terhadap Harry dan Alan. Ia menggelengkan kepala, "Tidak mungkinkan? Ayahku masih normal dan Tuan Alan juga sudah mempunyai anak dan istri. Jadi, mana mungkin keduanya punya hubungan spesial," pikir Sandra, ia kemudian membuang rasa curiganya itu. Keluar kamar, melangkah ke taman. Anna dan Gwen, pelayan Sandra satu lagi itu mengikutinya dari belakang.

Sandra mulai menikmati sarapannya di tengah kebun bunga mawar yang berwarna-warna. Selain mawar, Sandra juga suka bunga tulip dan Dandelion serta Chrisanthyum. Teh di dalam cangkir pun di seruputnya. Ia benar-benar menyukai berada di taman bunga rumahnya itu, dan tak sengaja matanya melihat Harry dan Alan berjalan berdua, saling beriringan dengan obrolan-obrolan kecil.

"Ayah?" Sandra kemudian meninggalkan sarapannya, menghampiri Harry dan Alan yang sedang berbicara serius. "Ayah!" teriak Sandra memanggil, Harry menoleh dan senyuman itu mengembang seketika.

"Sandra!"

"Ayah, kenapa Ayah tidak pernah kekamarku lagi dan bangunin aku?" Sandra merajuk manja, ia tidak peduli ada Tuan Alan di samping Ayahnya. Ia juga tidak peduli dengan usianya yang hampir berusia sembilan belas tahun itu.

"Apa Ayah sudah tidak peduli lagi sama puteri ayah satu-satunya ini? Atau ayah lebih peduli dengan urusan Ayah pada Tuan Alan?" Sandra melirik tajam, ia seperti sedang protes pada Alan yang telah membuat Harry sedikit mengabaikannya.

"Hei ... sayang, mana mungkin Ayah mengabaikanmu setelah kematian Ibumu itu. Ayah pasti peduli sama puteri ayah yang cantik ini!" ucap Harry sambil memegang kedua pipi Sandra. "Ayah sering pergi karena ada urusan yang harus ayah urus dengan Tuan Alan. Jadi, Ayah tidak bisa terus menerus bangunin kamu!"

Sandra mendengus "Baiklah," kata Sandra sedikit mengalah. "Kalau begitu, ayo Ayah sarapan bersamaku!" Sandra menarik tangan Harry. Ia juga memaksa ayahnya untuk duduk. Di atas meja, ada teko berisi teh hijau yang menjadi kesukaan Sandra. Lalu ada roti sandwich yang bertumpuk-tumpuk dengan isi daging dan keju. Lalu ada bacon yang sangat lezat dan terakhir ada pancake bertoping madu dan sedikit es krim di atasnya. Dengan sangat terpaksa, Harry menuruti keinginan puterinya itu.

Ia menikmati apa yang tersaji di meja bersama puterinya itu.

****

Bersambung.