Juan mendengus kesal, gadis itu terlalu percaya diri. Dia pikir akun bodong gitu Ibu akan percaya?
"Tapi, bukankah itu hanya akun gosip? Mereka bisa saja membuat berita apa pun tanya sepengetahuan si narasumber. Gossip itu tidak sepenuhnya berasal dari fakta," kata Ibu Juan.
Deg. Tatapan wanita itu sangat tajam, Clara tidak kuat dengan tatapannya, gadis itu pun menyerah dan membiarkan Juan yang mengatasi masalah ini. Laki-laki yang duduk di sebelahnya menghela napas panjang kemudian menghembuskanya secara perlahan.
Juan bangkit dari tempat duduknya kemudian melangkah menuju meja kerjanya. Ia mengambil sebuah kotak kecil dan membuka kotak tersebut di depan Clara dan Ibunya. Betapa terkejutnya Clara melihat sebuah cincin yang berada di dalam kotak yang dipegang Juan.
Laki-laki itu meminta Clara mengulurkan salah satu tangannya, awalnya gadis itu bingung dengan apa yang dilakukan oleh lak-laki tersebut namun Juan menarik tangan kiri Clara dan memasangkan salah satu cincin di jari manisnya. Betapa terkejutnya gadis itu melihat dirinya dipakaikan cincin oleh seorang laki-laki yang sebenarnya bukan siapa-siapanya.
Setelah memakaikan Clara cincin, Juan memakai satu cincin yang tersisa di dalam kotak tersebut. Laki-laki itu menunjukkan dua cincin yang melingkar di jari manis mereka pada sang Ibu. "Ini adalah buktinya," ucap laki-laki itu memberikan bukti atas hubungan mereka. Ia berharap dengan begini Ibunya akan percaya dengan bukti palsu yang ia buat ini. Dengan begini, dirinya pasti akan terhindar dari perjodohannya dengan Rere.
Melihat bukti yang ditunjukan oleh Juan membuat, Ibu Juan pun percaya. "Oke, selama cincin itu melingkar di jari kalian, saya akan percaya," kata Ibu Juan mengangguk pelan.
"Kalau begitu saya masih banyak pekerjaan," kata Juan berusaha menghindar.
Laki-laki itu pun kembali ke mejanya, meninggalkan Clara dan Ibunya di sana.
Clara merasa canggung karena ditinggal berdua dengan Ibu Juan. Ia tidak tahu harus apa.
Duuuh, gimana nih? Niat gue kan mau pergi dari sini, kenapa gue malah ditinggal berdua sama Ibunya Pak Juah? Ucap Clara dalam hati.
"Kamu masih ada sesuatu yang harus dikerjakan?" tanya Ibu Juan pada Clara. Gadis itu menjawab pertanyaan tersebut dengan gelengan, tanda dirinya tidak sibuk seperti anaknya. "Kalau begitu, kamu mau menemani saya belanja?"
Clara tidak memiliki jawaban tidak. Gadis itu sudah mengatakan bahwa dirinya tidak sibuk jadi mau tidak mau gadis itu akan menemani Ibu Juan berbelanja. Sebelum pergi, Juan bicara sebentar dengan Clara dan mengatakan pada gadis itu untuk tidak bicara macam-macam tentang hubungan palsu mereka. Tentu saja gadis itu mengangguk mengiyakannya, jika ketahuan bisa-bisa dirinya akan diblacklist dari penerbit itu.
Ya, Juan adalah pemilik penerbit yang akan menerbitkan naskah novelnya. Selama proses penerbitan dirinya harus bersikap baik terhadap laki-laki itu untuk membuat kesan baik di mata pria tersebut. Yang ia lakukan sekarang ini adalah menemani Ibu Juan berbelanja, walaupun kedengarannya ini adalah hal yang mudah, namun sebenarnya ini adalah sesuatu yang Mira hindari.
Tanpa Juan dirinya tidak tahu harus berbuat apa, laki-laki itu hanya berpesan untuk tidak mengatakan hal yang membuat hubungan palsu mereka ketahuan dan satu-satunya acara adalah menghindari pembicaraan dengan wanita tersebut. Namun, Ibu Juan malah mengajaknya berbelanja bersama dan gadis itu tidak bisa menolaknya. Dengan sangat terpaksa Clara menemani wanita tersebut belanja.
"Saya sering sekali belanja di sini," kata Ibu Juan ketika keduanya memasuk sebuah supermarket. Supermarket tempat keduanya belanja terletak tidak jauh dari Kantor Penerbit, oleh karena itu niat awal wanita tersebut adalah untuk berbelanja tapi dirinya malah berbelok arah dan mampir sebentar ke tempat kerja sang anak. Kebetulan sekali gadis yang diakui sebagai kekasih laki-laki itu ada di sana, ia pun bisa sekalian mengajaknya.
Dari awal, tujuannya datang ke Penerbit tersebut bukanlah untuk menemui Juan. Namun untuk mengajak Clara menemaninya belanja dan kebetulan dia ada di sana.
"Kamu suka berbelanja?" tanya Ibu Juan pada Clara, ini adalah pertanyaan basa basi.
"Ah, gak terlalu hehehe ...," jawab gadis itu dengan canggung.
"Saya sering sekali berbelanja di sini. Sayuran di sini sangat segar-segar."
"Kalau saya selalu belanja makanan cepat saji," kata Clara sedikit malu mengatakannya. Ia jarang sekali masak di rumah sewanya.
"Eh? Kenapa? Bukankah kamu perempuan? Kamu harus sering-sering berbelanja bahan makanan, kalau kamu masak lumayan kan bisa untuk satu keluarga. Lagi pula, tidak baik terlalu sering memakan makanan cepat saji. Sangat bahaya untuk kesehatan kamu."
Clara hanya tersenyum canggung sambil mengangguk kecil, gadis itu jarang sekali masak karena ia kalau ia melakukannya ia memasak hanya untuk dirinya sendiri dan makanan sebanyak itu akan mubazir jika ia tidak menghabiskannya. Sementara porsi makannya saja sedikit, ia tidak sanggup jika menghabiskan makanan sebanyak itu sendirian.
Ibu Juan mengajak Clara berjalan lebih jauh. Gadis itu diminta untuk memegang trolly dan membawakan belanjaan wanita tersebut. Kini, Clara merasa dirinya dimanfaatkan untuk hal ini, sebenarnya Ibu Juan mengajaknya bukan untuk belanja bersama, namun untuk menjadikannya seseorang yang akan membawakan belanjaannya. Clara sudah mengetahuinya dari awal.
*****