Langit cerah.
Warna biru yang menyenangkan mata dengan sedikit awan putih yang menemaninya, berarak dengan pelan mengikuti arah angin yang berhembus lembut.
Musim panas segera berakhir, bunga indah mulai bermekaran, kupu-kupu yang baru keluar dari kepompongnya terbang menari dengan indah menikmati hidupnya dengan penuh, mengepakkan sayap kecilnya melawan arah angin di atas bunga-bunga yang cantik.
Matahari terang masuk melalui jendela, menghembus gorden jendela kamar apartemen di ketinggian dua puluh lima dari atas tanah.
Verss membuka matanya, selama lebih dari sepuluh tahun ini, semalam ia bisa tidur dengan sangat lelap, setelah banyak hal terjadi, kejadian yang bagaikan mimpi.
Seseorang duduk di pinggir ranjangnya, seorang yang selalu memegang tangannya dengan hangat, tersenyum padanya, ia Arland yang tak meninggalkannya sekalipun selama ia terbaring tak berdaya.
"He Levi, kau sudah bangun"
Berapa hari lalu.
"Bagian timur lembah mengalami kebakaran hebat, kebakaran yang berasal dari sebuah komplek rumah besar milik keluarga Karmen merambat hingga ke hutan kecil di belakangnya, walau api dapat dipadamkan dengan cepat tapi api sudah melahap habis rumah yang hingga kini masih menyisakan percikan kecil, kediaman Karmen yang luasnya hampir sepuluh hektar dengan dua bangunan vila besar dan bungalow kecil sudah berdiri sejak seratus tahun lalu.."
Suara reporter dalam layar televisi menjadi perhatian Mimin dan Arland yang duduk menemani Verss di rumah sakit, dua hari ia masih terbaring tak sadarkan diri.
Arland mengangkat tangannya membelai rambut Verss, meraih tangannya dan menggenggamnya.
"Heh anak malang, andai kakak tahu lebih banyak, apapun akan kakak lakukan untukmu Levi" Arland mengangkat tangan dingin itu dan mengecupnya.
Mimin mendekat, hatinya sakit melihat wajah pucat Verss yang belum juga mau bangun, menurut dokter seharusnya tidak ada masalah yang cukup parah di tubuhnya tapi ia tetap tidak mau bangun.
"Heh Verss ini, ada masalah tidak pernah bilang, ems aku ini, manajer macam apa"
Saat Mimin menghapus airmatanya pintu kamar dibuka dari luar, Derek masuk dengan cepat.
"Guys"
Arland menoleh.
"Bagaimana? Apa hasilnya?" Tanyanya. Derek menggelengkan kepalanya lalu menarik napas dalam.
"Heh polisi menemukan bukti mobil Gale di jalan depan komplek vila, walau tidak melihat bukti Gale menyulut kebakaran tapi pihak keluarga dan pekerja memberi kesaksian yang sama, kalau Gale yang menyebabkan kebakaran dan juga melukai George Karmen hingga meregang nyawa, ini, mungkin tidak akan mudah"
Arland mengepalkan tangannya menahan kesal.
"Kurang ajar, beraninya mereka melapor polisi, mereka yang sudah menculik Levi dan menyiksanya dan mereka yang berteriak keras, bagaimana orang-orang tidak tahu malu itu masih pantas hidup di dunia ini, aku juga bisa membunuh mereka karena perbuatan keji mereka!"
Mimin menahan tangan Arland.
"Arland kecilkan suaramu"
Arland menghempas tangannya, melihat Derek lama.
"Lalu, bagaimana dengan pengacaranya? Bukannya keluarga memberikan team pengacara terhebat untuk Gale?"
Derek mengangguk.
"Iya ada, menurut pak Edwin, Gale mungkin bisa menuntut balik, kita, hanya bisa menunggu kabar selanjutnya"
Derek lemas, ia mendekati ranjang dan lama duduk melihat wajah Verss, diseka airmatanya yang turun.
"Ems, mereka kenapa begitu jahat, Verss bahkan tidak pernah menyakiti lalat kenapa mereka selalu melukainya, ems, Versa sangat kasihan" ia menangis tersunguk, Mimin menepuk pundak Derek pelan, ia ikut menangis.
"Apa yang harus kita lakukan untuk membuat ia menjadi lebih baik?" Derek bicara dengan suara bergetar menahan tangis, akhirnya ia dan Mimin saling berpelukan menangis sekeras-kerasnya.
"Huaaaaaaa!!!"
.......................
Waktu berlalu dengan cepat. Siang dan malam Arland duduk menemani Verss yang masih belum mau bangun hingga tak terasa seminggu berlalu, wartawan datang dan pergi memenuhi lobby rumah sakit hingga mengendap ke depan kamar.
Edwin harus meladeni mereka beberapa kali karena pers yang datang semakin banyak tanpa henti.
"Kondisi Versa sudah membaik terima kasih atas perhatian para media dan fans yang tetap setia menunggu Verss.."
Siang dan malam terus berganti, matahari terik, hujan deras hingga petir yang menyambar seakan badai telah datang, tapi matahari dengan terik kembali menerangi keesokan harinya. Begitupula hidup, Verss yang merasa hidupnya dulu hancur dan berusaha lari darinya tapi tidak menemukan ketenangan sepanjang pelariannya, kini, ia tidak tahu apa yang harus dipikirkannya.
Arland membelai rambut Verss yang tidur menyamping menghadapnya dengan mata kosong.
"Levi, kau mau makan apa? Kakak akan pesankan apa saja yang kau mau" suara Arland lembut.
Verss melirik Arland, ia menggelengkan kepalanya.
"Tidak kak, aku tidak lapar"
Arland tersenyum.
"He bagaimana kau bisa tidak lapar, setelah tidur selama seminggu dengan mengandalkan cairan infus, em, kakak pesankan pizza mau? Dokter bilang kau tidak boleh makan yang berat dulu tapi sedikit tidak masalah khan, em coba kakak lihat ada rasa apa saja hari ini, atau yang lain? Bagaimana dengan ramen kesukaanmu, ini" Arland sibuk melihat layar ponselnya mencari referensi makanan antar yang biasa dipesannya, tapi ia menghentikan tangannya, melihat Verss yang kini menggeser kepalanya ke pangkuannya.
"Levi"
"Diam dulu kak, aku, hanya ingin diam seperti ini, bolehkan?"
Arland mengangguk, ia membelai kepala Verss yang kini berada di atas pangkuannya, memejamkan mata dan diam saja, Arland menarik napas panjang, diturunkan kepalanya dan mengecup pelipis Verss lembut.
"Heh semua akan baik-baik saja Lev, kakak dan semuanya ada di sini, semua pasti akan baik-baik saja"
.........................
Hari-hari berikutnya, hampir sebulan Verss tak melihat Gale di mana-mana, setelah berita terakhir yang mengatakan kalau ia mungkin tengah menjalani proses penyelidikan kebakaran dan tewasnya Alex Karmen, dan juga George Karmen yang hingga kini masih dalam proses pengobatan, ia menghilang, bahkan ponselnya tak bisa dihubungi sama sekali.
Verss berusaha mencari tahu tapi sepertinya orang-orang di sekitarnya berusaha menutupi kabarnya, ia bahkan berusaha mencari tahu lewat Tedd Mann dan anaknya yang tak lain adalah kepala team pengacara untuk Gale, semua orang itu tidak mengatakan apapun yang bisa membuat ia berhenti bertanda tanya soal Gale.
Dua bulan berlalu, Verss kembali menjadi Versa Yanng model dan artis terkenal dengan segala jadwal yang padat.
Din membawa kendaraan menuju ke tempat acara Verss berikutnya, promosi offline live di taman bermain di tengah kota.
Taman bermain yang sebenarnya merupakan salah satu proyek milik badan amal keluarga Karmen, Verss pikir setelah sekian lama berusaha menjauh ia tidak bisa terus melarikan diri, bagaimanapun ia ingat bagaimana senyum hangat opanya, belaian lembut di kepalanya, wajah yang ramah dan kerap memanjakannya, ia hampir melupakan semua itu, tapi tidak bisa lari sejauh apapun ia pergi, nama opanya, akan kerap melekat pada dirinya.
Mimin sesekali melirik Verss yang duduk dengan pandangan jauh keluar jendela di jok belakangnya.
Verss memang sangat profesional, ia bisa bekerja dengan baik tanpa halangan walau ia tahu sesuatu mengganjal di dalam hatinya, tapi setiap bertemu fansnya wajah Verss berubah seketika, ia menjadi sosok Verss yang sangat ceria dengan semua senyum yang hangat di wajahnya.
"Berita siang ini, kecelakaan maut yang melibatkan dua kendaraan terjadi di tol menuju luar kota, sebuah sedan kecil dengan kecepatan tinggi menghindari pengejaran mobil polisi hingga menabrak truk yang berhenti dan remuk seketika, kondisi pengemudi ditemukan tewas di tempat, kendaraan kecil yang diketahui adalah milik anak pengusaha EK yakni GK melarikan diri dari pengejaran polisi saat ditemukan di pom bensin dalam kota, menurut penyelidikan GK tidak memenuhi panggilan ketiga polisi hingga membuat pihak berwajib menjemputnya paksa, tapi..."
Mimin mematikan suara radio, ia melirik Verss yang duduk di kursi belakang, entah ia mendengarnya atau tidak tapi ekspresi Versa sangat datar.
"Eh Verss kita akan menuju ke lokasi, setelah tiba team dari rumah produksi akan mengambil photo bersama lalu menuju ke lokasi tengah taman bermain bersama bertemu dengan team produksi dan MC, akan ada proses rekaman iklan singkat dengan teks, lalu setelah itu photo bersama, em kita akan selesai menjelang pukul lima sore dan menuju ke restoran untuk acara makan malam..."
Suara Mimin hanya berdengung di luar kepala Versa, ia menyandarkan kepalanya melihat keluar jendela di mana gedung-gedung tinggi pencakar langit di tengah kota berjajar dengan rapih.
"Gale, kau di mana?" Suara dalam kepala Verss, ia merindukan pria itu, setidaknya berikan kabar kalau ia baik-baik saja, tapi, kenapa ia seakan menghilang ditelan bumi.
#########