webnovel

MORAI

Apakah hidup itu adil? Jika pertanyaan itu diajukan kepada Jadira Morai, maka penyihir cantik itu akan menjawab "Hidup memang tidak adil, tapi kita harus membuatnya menjadi adil. Kita tak selalu bisa memilih bagaimana mereka memperlakukan kita, tapi kita selalu bisa memilih bagaimana cara membalas perlakuan itu. Aku bukan orang jahat, aku hanya sedang menuntut keadilan, dan inilah caraku. Jangan menganggap aku jahat, karena menuntut keadilan bukanlah perbuatan kriminal." * "Untuk menata masa depan, kita harus menyelesaikan masa lalu. Begitu aku berjalan maju, maka kenangan mulai meninggalkanku, berikut dengan jiwaku yang ikut bersamanya." –Harnell La Fen. * "Akulah si korban, aku mendapat kutukan dari para penyihir itu. Jangan ganggu aku, aku hanya ingin terbebas dari kutukan ini. Aku datang ke bumi hanya untuk mencari manusia setengah penyihir yang mau menikahiku, dengan begitu, segala kutukan sialan itu akan hilang" –Roxena Laphonsa. * "Korban dan tersangka bukanlah hal yang mudah untuk dibedakan, karena sebenarnya sangat tipis perbedaan dari keduanya. Tak peduli siapa korban yang sebenarnya atau siapa tersangka yang sebenarnya, namun siapa yang memiliki bukti lebih kuat itulah yang menang. Tak perlu pintar untuk menang dalam hidup, kau hanya perlu untuk tidak bodoh, namun aku terlalu jenius untuk itu. Sesuai dengan namaku, Junius. Akulah penyihir terjenius yang akan mengubah status tersangka menjadi korban. Menunjukkan kepada orang bodoh itu, siapa tersangka sebenarnya." -Junius Xander.

lotionocean · แฟนตาซี
เรตติ้งไม่พอ
17 Chs

Don't Disturb Me

Asap yang mengepul dari cangkir kopi ditangannya sama dengan hati dan pikirannya yang sedikit panas. Yang berdebat adalah Harnell dan Jadira, lalu mengapa ia yang merasa pusing?

Entahlah. Xena tengah mencoba merileksasikan diri sejenak setelah rapat itu selesai, mereka sedikit mempercepatnya. Ia tengah berdiri seorang diri di rooftop kantor sambil sesekali menyesap kopi ditangannya.

Zlimb!

Jadira sudah berdiri disampingnya dengan wajah datar dan aura yang tak bersahabat. Ya, dua wanita itu memang ingin membicarakan sesuatu. Yang orang-orang kantor ketahui Jadira dan Junius telah meninggalkan gedung mewah itu sejak 10 menit yang lalu, oleh sebab itu Jadira dan Xena memilih rooftop sebagai tempat berbincang. Sebenarnya Xena bisa saja izin keluar sebentar untuk bertemu Jadira ditempat lain, namun Jadira lebih memilih rooftop ini, katanya disini lebih tersembunyi.

"Hey, apa kabar?" Jadira bertanya sok ramah.

Mengapa kalimat itu yang keluar dari bibirmu, nona Morai?

Kabar seperti apa yang kau maksud?

Bukankah kalian baru saja bertemu dan rapat bersama?

Atau kau sedang menanyakan kabar kepada teman lamamu?

Jangan katakan jika kalian memang sudah saling mengenal sebelum adanya kerja sama ini, hmm tapi memang sepertinya begitu.

"Seperti yang kau lihat, sangat baik"

Jadira mencebik dan menatap penuh mengejek pada Xena "Cih, jangan pura-pura lupa jika kita dari bangsa yang sama. Bahkan manusia biasa juga tau kalau kau tidak baik-baik saja."

"Terserah, aku tak peduli dengan penilaianmu" Xena tak mau ambil pusing. "Yang kupertanyakan adalah apa tujuan tersembunyimu dibalik kerjasama ini?"

"Menururtmu?" Jadira membalikkan pertanyaan dengan santai namun dengan ekspresi wajah yang menyebalkan.

Meski terlihat sama santainya, namun Jadira mengerti jika Xena tengah waspada terhadapnya. Wanita berkulit putih susu itu tau jika kehadiran dirinya dihadapan Xena saat ini membuat wanita itu merasa tidak nyaman dan sedikit khawatir.

"Ku kira kau sudah kembali ke dunia hitam itu." Bukannya menjawab pertanyaan lawan bicaranya, kekasih Harnell La Fen itu malah mengganti topik pembicaraan.

"Hahaha kau ingin mengejekku, nona Roxena Laphonsa? Seharusnya aku yang berkata seperti itu padamu, karena kau masih memiliki kesempatan untuk kembali ke dunia sihir gila itu."

Apa itu maksudnya kau sudah tak memiliki kesempatan itu wahai nona Jadira Morai?

Jadira melanjutkan kalimatnya "Aku ingatkan jika kau lupa, mereka mengutukku untuk tidur selamanya dan membuangku ke bumi sialan ini. Dalam artian lain mereka membunuhku dan membuangku, bahkan mereka tak tau jika aku hidup kembali."

"Dan kau, hukuman yang kau dapat hanya dibuang ke bumi manusia ini untuk beberapa tahun. Selanjutkan kau bisa kembali ketempat kejam itu setelah menemukan cinta sejatimu, dan jika kau tak bisa memenuhi itu sampai batas waktu yang diberikan, maka kau akan membusuk disini. Kita berbeda, benar-benar berbeda. Namun aku akan membuat kita sama, sama-sama tak bisa kembali ke dunia sihir itu." Senyum licik Jadira mebuat Xena semakin khawatir.

"Apa maksudmu?"

"Ck, kau terlalu bodoh untuk ukuran seorang penyihir, Xen."

"I have no idea and I can't read your mind, so I ask you." Xena benar-benar tengah malas berpikir lebih jauh untuk saat ini. Memikirkan diri sendiri saja sudah membuatnya sangat pusing dan ia sangat malas untuk menambah beban pikiran dalam kepalanya.

"Dengarkan aku baik-baik, aku-tidak-akan-pernah-membiarkanmu-kembali-kedunia-kita." Jadira menekankan setiap kata yang diucapkannya.

"Kenapa?" Ayolah Xena, kau jangan selemah itu. Mendengar suaramu yang bergetar membuat seorang Jadira semakin senang bermain-main denganmu. Ia senang melihat kau ketakutan seperti ini.

"Karena aku benci ketidak-adilan yang kita terima. Kau harus membusuk dan mati disini. Aku tak akan pernah mengizinkanmu kembali dan hidup bahagia disana bersama kekasihmu sedangkan aku disini menderita."

"Tidak ada tujuan aku hidup kembali, kecuali membalaskan dendamku padamu. Kau harus merasakan yang telah aku rasakan selama ini. Kau telah merebut semua yang menjadi milikku saat itu dan kau harus tau bagaimana rasanya ketika milikmu diambil secara paksa oleh orang lain tapi kau yang menanggung hukuman itu." Emosi Jadira sangat terlihat jelas dari kedua bola mata cantiknya, Xena tau jika Jadira benar-benar serius dengan apa yang dikatakannya dan hal itu membuat Xena semakin takut.

"Aku sama sekali tak pernah berniat melakukan itu padamu. Aku tak pernah mengambil mereka darimu. Aku ben-"

"Cukup! Kau tak perlu melakukan pembelaan atau semacamnya. Apa yang kau katakan saat ini tak akan mengubah tujuanku untuk merebut segalanya darimu dan menghambat jalanmu untuk kembali ke dunia sihir." Satu-satunya cara agar Xena bisa kembali adalah dengan menikahi Harnell, si manusia setengah penyihir.

"Jadi kau ingin merebut Harnell dariku?" Nada suara itu terdengar semakin lemah, bahkan sebulir air asin telah keluar dari matanya.

Lihatlah betapa lemahnya Roxena jika telah menyangkut Harnell, bahkan sebelum Jadira melakukan apapun. Bagaimana jika Harnell benar-benar menjadi milik wanita itu, tamatlah riwayatmu Roxena.

"Jika itu adalah hal yang paling menyakitkan untukmu, maka akan kulakukan."

"Tidak bisakah tanpa melibatkan Harnell dalam masalah kita?"

Jadira benar-benar menertawakan kebodohan Xena "Bukankah pria itulah sumber kebahagianmu? Yang membuat senyum terpatri diwajahmu? Tentu saja aku tak akan membiarkan senyum itu terus terukir dari bibirmu."

"Tapi, Jadira... Harnell tak tau apapun tentang masalah kita. Jangan menjadikannya korban, dia adalah pria yang baik. Ia akan merasa dipermainkan oleh kita."

"Aku tidak peduli."

"Jadira, aku akan membayar semua persakitanmu selama ini, tapi tolong jangan ganggu Harnell."

Jadira tampak berpikir sejenak "Hmm tawaran yang menarik, tapi semakin kau melarangku itu membuatku semakin ingin melakukannya." Jadira tersenyum puas setelah mengatakan itu.

"Kalau begitu aku tak akan membiarkanmu melancarkan balas dendammu."

"Akupun berharap begitu, aku berharap ada perlawanan darimu. Sayangnya itu hanyalah sebuah angan, karena semakin lama kekuatanmu akan semakin memudar jika kau tidak segera menikahi kekasihmu dan kembali kesana."

"Siapa bilang? Mari kita buktikan." Oh jadi Xena benar-benar ingin melawan Jadira

"Jadi kau mau menantangku?" Jadira menatap tak percaya pada Xena

"Cih. Jangan bercanda, aku tau keadaanmu yang semakin lemah. Simpan saja sisa-sisa sihirmu untuk nanti, untuk keadaan yang lebih mendesak."

"Kau meremehkanku?" setelah Xena bertanya seperti itu, tiba-tiba saja Jadira terpental kebelakang dari tempatnya berdiri. Ya, tentu saja itu ulah Xena melaui sihirnya.

"Ahh sial, kau benar-benar menantangku ternyata." Jadira bangun lalu menghampiri Xena, tapi sebelum Jadira mendekat dan Woosh! Xena telah lebih dulu berubah menjadi kelinci putih yang lucu.

Jadira tersenyum geli "Bagaimana? Kau masih belum bisa melakukan sihir untuk berubah kebentuk asli?"

"Kasihan sekali kekasih tercinta Harnell La Fen ini, tunggu sampai dua jam lagi ya untuk bisa kembali ke wujudmu." Jadira mengelus kelinci itu

"Sampai jumpa kelinci jelek, aku pergi dulu."

Zlimb! Wanita menghilang dan meninggalkan Xena yang sekarang berwujud kelinci putih.

Sial! Umpat kelinci itu.