webnovel

Berlatih dengan Tekun

Editor: EndlessFantasy Translation

Wajah Qin Wentian tetap tenang. Ia tahu bahwa bagi Luo Qianqiu, dirinya hanya dianggap seperti serangga, mudah ditaklukkan.

Luo Qianqiu hanya menginginkan Buah Bara Darah. Di matanya, buah itu sudah menjadi miliknya. Mengenai Qin Wentian, tidak masalah apakah ia hidup atau mati. Membunuh atau tidak membunuh Qin Wentian tidak lagi menjadi hal penting.

Saat Qin Wentian diam-diam menyembunyikan pedang emas di lengan bajunya, seulas senyum samar terlihat di wajahnya. Sebelumnya, Qin Wentian tidak peduli apakah Luo Qianqiu benar-benar bakat yang mengerikan dari Perguruan Bintang Kekaisaran. Tapi sekarang, ia mengerti.

Penghinaan yang dideritanya hari ini, ia bersumpah pada waktunya ia akan membayarnya sepuluh kali lipat.

"Adik seperguruan." Luo Huan berteriak. Qin Wentian mengalihkan pandangannya ke arahnya. Ia tersenyum pada Luo Huan, seolah-olah ia sudah lupa tentang hal-hal yang baru saja terjadi. Ia tahu bahwa bahkan jika ia sibuk dengan peristiwa tadi, tidak akan menghasilkan apa-apa kecuali jika ia bisa mengikis tingkat kekuatan Luo Qianqiu.

"Terima kasih banyak kepada Kakak Senior atas bantuanmu." Qin Wentian dengan hormat berterima kasih kepada Lin Hua, yang berdiri melayang di udara.

Jika Lin Hua tidak muncul, ia pasti akan membunuh Luo Qianqiu. Terlepas dari siapa pun lawannya, ia tidak akan pernah menunjukkan belas kasihan kepada mereka yang ingin membunuhnya.

Namun, jika ia benar-benar membunuh Luo Qianqiu, masalah yang sangat besar pasti akan mengikutinya. Kemunculan Lin Hua mencegah hal itu terjadi, itulah sebabnya Qin Wentian berterima kasih padanya. Bagaimanapun, apa yang perlu dilakukan Qin Wentian sekarang adalah untuk meningkatkan tingkat kultivasinya sesegera mungkin.

"Tidak perlu sungkan denganku. Pastikan untuk terus berlatih keras." Lin Hua tersenyum mengangguk pada Qin Wentian sebelum melayang di udara dan pergi.

"Kakak Senior, bisakah aku meminta bantuanmu tentang masalah lain?" Qin Wentian memandang Luo Huan dengan sopan.

"Di antara kita, tidak perlu kau bersikap sopan." Luo Huan mengaitkan lengannya pada tangan Qin Wentian.

"Aku ingin bertemu dengan Kakakku Qin Yao, apakah Kakak Senior punya cara untuk mengaturnya?" Qin Wentian bertanya.

"Kakakmu saat ini ada berada di Perguruan Kerajaan, tapi coba kulihat apa yang bisa kulakukan. Aku akan memberitahumu begitu ada informasi." Mata Luo Huan menyiratkan pertimbangan saat ia merenungkan masalah tersebut. Lagi pula, ia memang memiliki beberapa koneksi di Perguruan Kerajaan.

"Terima kasih, aku terus merepotkan Kakak Senior kalau begitu." Qin Wentian tersenyum.

"Benar, serahkan semua ini padaku. Kau harus fokus pada peningkatan kekuatanmu secepat mungkin."

"Aku mengerti." sudut mulut Qin Wentian terangkat menjadi senyum. Tertanam di dalam senyum itu adalah jejak kesembronoan dan antisipasi. Luo Qianqiu, Orchon, dan Perkumpulan Ksatria …. Dengan begitu banyak 'sahabat' menunggunya, bagaimana mungkin ia tidak termotivasi?

Dia, Qin Wentian, bersedia menerima semua tantangan apapun.

Semua ini, diperhitungkan bersama, akan menjadi alasan yang mendorong Qin Wentian untuk tak kenal lelah meningkatkan kekuatan.

Setelah kembali ke asrama mereka, Qin Wentian menggunakan waktu beberapa hari untuk menstabilkan tingkat kultivasinya. Efek yang tersisa dari konsumsi tiga Buah Bara Darah masih tetap terasa. Qin Wentian menutup matanya, dan melanjutkan kultivasi, sepenuhnya memanfaatkan semua eefk yang diperoleh dari Buah Bara Darah.

Di waktu luang, ia akan mengunjungi Graha Senjata Dewa, menempa beberapa senjata dewa dan mengambil batu meteor Yuan miliknya dari Francis untuk membantunya dalam kultivasi. Lagipula, untuk berlatih Metode Penyempurnaan Roh, akan sangat membutuhkan sejumlah besar batu meteor Yuan.

Demikian pula, Fan Le berperilaku seolah-olah ia kesurupan. Beberapa hari ini, selain tekun berkultivasi, ia juga pergi ke Paviliun Bintang Langit serta Pelataran Sungai Astral.

----------

Di taman mimpi di Belantara Mimpi, di Kota Ilusi.

Di ruang terbuka yang luas, dua orang saat ini bertarung. Salah satu dari mereka mengenakan jubah panjang dari Perkumpulan Ksatria, sementara yang lain mengenakan jubah putih sederhana tanpa hiasan. Namun, wajah yang terakhir itu tersembunyi di balik topeng berwarna merah menyala, yang mengeluarkan aura yang menakutkan dan mendominasi.

"Kraakk." Suara putusasa terdengar saat orang yang mengenakan jubah dari Perkumpulan Ksatria mengalami salah satu lengannya patah. Rasa sakitnya begitu menyiksa sehingga keringat dinginnya mengalir di dahinya.

Meskipun demikian, yang memakai jubah putih tidak punya niat untuk melepaskan lawan-lawannya dengan mudah. Lengannya mengerjap, mewujudkan cakar naga yang mendarat di lengan lawannya, mematahkannya dengan paksa dalam sepersekian detik.

"Kau siapa, dan dari mana asalmu?" anggota Perkumpulan Ksatria meraung saat dipenuhi dengan kombinasi antara kemarahan dan teror. Ia berasal dari Perkumpulan Ksatria terkemuka dari Perguruan Bintang Kekaisaran! Beraninya orang ini menyiksanya seperti ini !?

"Krakk ...." Dua suara retak yang sama terdengar terus menerus, ketika kedua kaki milik anggota Perkumpulan Ksatria itu patah. Ia jatuh tak berdaya ke tanah. Tubuh lelaki berjubah putih itu melesat menghilang dari pandangan.

Beberapa saat kemudian, sosok anggota lain dari Perkumpulan Ksatria muncul. Melihat rekannya terbaring tak berdaya di tanah, disiksa oleh rasa sakit pada anggota tubuhnya yang patah, cahaya dingin terpancar dari matanya ketika dia bertanya, "Siapa yang melakukan ini?"

Ini murni siksaan, hukuman yang kejam. Hanya mereka yang berada di Hutan Kegelapan yang menyimpan dendam kebencian yang mendalam yang akan melakukan ini.

"Aku tidak tahu, dia memakai topeng." tubuh orang itu bergetar tanpa sadar saat rasa sakit pada anggota tubuhnya yang patah menjalari dirinya. "Bunuh aku dulu."

"Baiklah," anggota lainnya mengangkat tombak dan mengangguk. Dengan cepat ia mengakhiri kesengsaraan kawannya.

Sementara itu….

Qin Wentian saat ini sedang berlari kencang di Kota Ilusi, gerakannya mirip dengan Garuda yang sedang terbang, sangat anggun. Wajahnya tersembunyi di balik topeng.

Di taman mimpi di dalam Belantara Mimpi, dengan wajah yang dibalik topeng, jika ia bertemu dengan anggota dari Perkumpulan Ksatria yang masih mampu untuk ia tangani, ia akan dengan cepat menjatuhkan hukuman brutal.

Qin Wentian tidak akan pernah melupakan hari itu ketika tubuh saudaranya Fan Le ditikam oleh tombak astral yang tak terhitung jumlahnya. 'Pembalasan brutal' ini hanyalah permulaan.

Qin Wentian yang sedang berlari menghentikan langkahnya ketika ia tiba di peron batu bundar. Ia kemudian berkata, "Berapa lama kau berencana mengikutku? Mengapa kau tidak menunjukkan diri?"

Dalam bayang-bayang sebuah bangunan di dekatnya, sosok indah dengan kontur yang jelas muncul. Ia sebenarnya seorang wanita! Namun, wajahnya tidak bisa dilihat juga, karena seperti Qin Wentian, wajahnya tersembunyi di balik topeng.

"Aku sudah melihat cara kau bertarung. Tinju Penakluk Naga dan serangan cakarmu cukup kuat," gadis itu berbicara dengan suara yang cerah dan renyah saat berjalan menuju Qin Wentian.

"Dan bagaimana dengan itu?" Qin Wentian dengan tenang menjawab.

"Aku ingin menguji diriku sendiri melawanmu, untuk melihat seberapa cepat dirimu sebenarnya." Saat suaranya mereda, tubuhnya melesat bergerak. Ia berlari ke arah Qin Wentian, melepaskan serangan telapak tangan yang diisi dengan kekuatan angin tirani yang mampu merobek ruang.

Qin Wentian terus menghentak di tanah, gerakannya dipenuhi dengan ketenangan dan keanggunan, saat seluruh tubuhnya melesat, berubah menjadi bayangan.

"Pfft…," gadis itu dengan dingin mendengus. Ia membalik telapak tangannya, menirukan tebasan pedang, dan memotong seluruh ruang. Kecepatannya juga sangat cepat; keduanya memiliki teknik gerakan yang luar biasa.

Saat pertempuran berlanjut, keheranan memenuhi hatinya. Setiap serangan telapak tangannya akan meleset sedikit dari target. Setiap kali, sepertinya serangannya akan berhasil, Qin Wentian akan menghindarinya hampir saja, selalu pada saat terakhir bahaya. Teknik gerakan tubuhnya sudah mencapai puncaknya.

Tiba-tiba, jiwa astral dilepaskan, mengisi seluruh ruang dengan badai angin kencang. Dengan teriakan ringan, kekuatan serangan telapak tangan gadis itu selanjutnya ditambah oleh tenaga angin meledak ke arah Qin Wentian. Mata Qin Wentian menyipit. Ia bisa merasakan bahwa ruang di sekelilingnya dikunci oleh kekuatan aneh, jadi tidak ada cara baginya untuk menghindari serangan masuk ini. Tanpa pilihan, ia melepaskan serangannya sendiri, saat raungan naga memenuhi langit. Seketika, setelah tabrakan serangan itu, Qin Wentian meminjam kekuatan dari dari serangan itu untuk mundur. Dengan melonjak mundur dalam momentum yang terkendali, ia bergerak dengan keagungan yang tak tertandingi.

"Apa gunanya menghindar?" gadis itu dengan dingin berseru. Melaksanakan teknik gerakannya juga, ia meledak dengan kekuatan badai yang mengamuk, ingin menarik Qin Wentian bersama-sama di dalam badai angin kencang. Seketika, dia muncul di sisi Qin Wentian, saat ia menyerang dengan telapak tangannya yang diperbesar oleh kekuatan angin kencang.

Refleks Qin Wentian sangat cepat, dan tubuhnya berubah menjadi bayangan, ia mengeksekusi Teknik Gerakan Garuda hingga batasnya untuk menghindari serangan telapak pada saat-saat terakhir yang memungkinkan. Tinjunya juga meledak, mengarah langsung ke wajah gadis itu. Apakah gadis itu benar-benar berpikir bahwa ia tidak punya kekuatan untuk menyerang?

Matanya membelalak kaget saat ia melihat cahaya tinju yang kejam turun padanya. "Tidak buruk, mari kita bertarung lagi besok."

Saat suara suaranya memudar, Tinju Penakluk Naga telah membunuh gadis itu, meledakkannya keluar dari alam mimpi. Pada saat yang sama, Qin Wentian tidak bisa menghindari serangan telapak terakhir gadis itu, dan ia juga terlempar keluar dari alam mimpi.

"Huff.." Belantara Mimpi. Qin Wentian bangun dan menarik nafas panjang. Tubuhnya merosot ke tanah. Rasa sakit yang ia rasakan masih jelas dalam benaknya.

Menghapus topeng dari wajahnya, Qin Wentian duduk.

"Peredaran Nadi tingkat 5, jiwa astral tipe Badai, bersama dengan teknik alami yang kuat dan teknik gerakan tubuh yang terampil, aku bertanya-tanya dari perguruan mana kau berasal." Qin Wentian bergumam pada dirinya sendiri. Pertarungan dengan gadis itu terbukti sangat membantu dalam melatih Teknik Gerakan Garuda. Itulah sebabnya ia tidak menggunakan serangan telapak tangan yang ditingkatkan oleh mahaenergi untuk menghabisi gadis itu di awal pertarungan.

Berdiri dan meninggalkan Belantara Mimpi, Qin Wentian melanjutkan kultivasinya.

Pada hari kedua, Qin Wentian muncul di Kota Ilusi untuk terus menempa diri dan untuk memburu anggota Perkumpulan Ksatria. Ketika ia tiba di wilayah panggung melingkar, gadis itu dari kemarin sudah ada di sana.

"Kali ini, kau tidak akan seberuntung itu," gadis itu berseru, saat ia langsung berlari menuju Qin Wentian. Rupanya, mereka berdua sengaja bertarung menggunakan satu sama lain untuk menempa teknik gerakan mereka. Akhirnya, setelah periode waktu berlalu, Qin Wentian tanpa basa-basi mengeksekusi serangan telapak Jejak Pusaran Laut miliknya, dan membunuh gadis itu di alam mimpi.

Selama hari-hari berikutnya, gadis itu selalu datang untuk bertarung melawan dirinya berulang-ulang. Dan setiap saat, selalu berakhir dengan kekalahan dan kematian gadis itu. Namun, sepertinya ia tidak keberatan sama sekali. Itu karena ia bisa merasakan peningkatan cepat dalam teknik gerakan tubuh alaminya. Namun, yang membuatnya depresi adalah bahwa tingkat peningkatan oleh orang yang memakai topeng merah itu bahkan lebih cepat daripada miliknya sendiri! Terlepas dari kelemahannya dalam tingkat kultivasi, pemuda bisa membunuhnya setiap saat.

Bagi Qin Wentian, ini juga bentuk pelatihan lainnya. Tanpa pernah kalah, ia akan berduel dengan gadis itu setiap hari di panggung melingkar. Bertarung menghadapi lawan dengan tingkat kultivasi yang lebih kuat tentu saja memiliki keuntungan. Selain mengasah teknik gerakannya, ia bisa juga meningkatkan kemampuan bertarungnya. Selain gadis itu, Qin Wentian menghabiskan waktunya untuk menantang siswa lain di alam mimpi juga, dan setelah beberapa waktu, banyak orang tahu bahwa di Kota Ilusi, ada seorang pria bertopeng merah yang sangat kuat dan dipersenjatai dengan teknik yang kejam.

------

Di Perguruan Kerajaan, ada Belantara Mimpi yang serupa. Ini tidak lain adalah hutan yang diciptakan oleh tetua dari Perguruan Bintang Kekaisaran.

Saat itu, di Hutan Perguruan milik Perguruan Kerajaan, seorang gadis melepaskan topengnya dan menginjakkan kakinya di tanah, penuh keengganan.

"Bajingan," sekali lagi, Mu Rou dihempas hingga mati oleh Qin Wentian. Ia mengutuk dengan suara rendah, dan berseru, "Orang bertopeng merah, apakah kau tidak tahu bagaimana memperlakukan anak perempuan?" setiap kali, bahkan sebelum ia memiliki kesempatan untuk berbicara, ia akan menghancurkannya sampai mati.

"Apa yang terjadi? Apakah seseorang menyiksa gadis cantik bernama Mu Rou?" terdengar suara tertawa. Pemilik suara itu milik seorang gadis lain, yang wajahnya sama-sama disembunyikan oleh topeng. Kedua gadis itu melepas topeng mereka pada saat bersamaan, memperlihatkan kedua wajah cantiknya.

"Sialan kau. Tapi tetap saja, teknik gerakan orang itu sangat kuat. Bahkan aku tidak bisa menyentuhnya," Mu Rou menghela nafas dalam depresi.

"Begitukah? Sepertinya aku harus mengunjunginya besok. Aku ingin mencari tahu siapa sebenarnya yang menyebabkan Nona kecil ini tidak bisa melupakannya." Chu Ling menggoda.

"Apakah kau benar-benar memiliki banyak waktu luang? Kupikir klan memerintahkanmu untuk mengurus Qin Yao dari Klan Qin?" Mu Rou cemberut saat ia berseru.

"Seorang wanita yang mengkhianati klannya, Qin Yao telah memilih untuk menjadi salah satu calon istri putra mahkota. Sungguh lelucon." Chu Ling mengatakannya dengan jijik.

"Kau tidak bisa mengatakan hal seperti itu tentang dia. Dia sebenarnya sangat malang juga." Mu Rou menghela nafas.

"Kau bisa mengatakan itu di tempat ini, tapi lebih baik kau tidak mengulangi kata-kata itu di luar." Chu Ling memperingatkan, saat Mu Rou dengan ringan menganggukkan kepalanya. Dia tentu saja mengerti arti di balik kata-kata Chu Ling.