"Aku juga tidak tahu kenapa hari ini badanku terasa sangat tidak nyaman."
"Mungkin kamu kecapean, sebaiknya kamu segera pulang."
"Apakah kamu bersedia untuk mengantarku?"
"Boleh....kenapa tidak!?!"
Fajar kemudian bergegas untuk mengantarkan Karsih yang tampak pucat.
"Karsih, kamu kenapa?" tanya Mbak Tina kepada Karsih.
"Saya juga tidak tahu, Mbak. Badan saya rasanya tidak enak."
"Mbak bilang apa, kamu pasti kecapean. Sekarang kamu pulang dan istirahat! Siapa yang akan mengantarkan kamu pulang?"
"Sepertinya Mas Fajar, Mbak."
"Sekarang Fajar kemana?"
"Dia sedang menyiapkan mobil untuk mengantar saya pulang," Karsih berbicara dengan pandangan mata yang berkunang kunang."
"Saya ganti pakaian dulu ya, Mbak."
Mbak Tina menganggukkan kepala, ada kekhawatiran di wajah Mbak Tina saat melihat wajah Karsih begitu pucat.
Karsih kemudian masuk ke dalam ruangan dan mengganti pakaiannya. Ketika dia telah selesai mengganti pakaian, dia bermaksud untuk membuka kondenya dan merapikan rambutnya, namun sebelum itu Karsih membuka pintu kamar, entah mengapa hari ini dia merasa sangat tidak nyaman.
Saat Karsih menyisir rambutnya satu demi satu, tiba-tiba wajah itu muncul lagi membuat Karsih sangat terkejut dan mundur beberapa langkah.
"Sebenarnya kamu siapa?" tanya Karsih kepada wajah itu.
Wajah di cermin itu adalah wajah perempuan yang sangat cantik tetapi Karsih sama sekali tidak mengenalinya.
Wajah itu tersenyum.
Karsih demikian ketakutan.
Tiba-tiba wajah itu menghilang begitu saja. Karsih mencoba kembali maju dan menyisir rambutnya, namun sayang saat dia mendongakkan kepalanya, wajah itu kembali muncul dengan tiba-tiba juga.
Sampai-sampai tangan Karsih menyenggol gelas kaca yang ada di depan cermin tempat dia berdandan.
Prankkk....!!!
Gelas itu pecah dan berserakan, satu pecahan kacanya sampai mengenai jemari Karsih dan Karsih meringis kesakitan.
"Ini semua pasti karena kamu!" bentak Karsih kepada cermin yang ada di depannya.
"Sebenarnya kamu siapa? Apa maumu sehingga kamu terus-menerus menghantuiku?"
Wanita di dalam cermin itu masih saja tersenyum, dia tidak mengeluarkan kalimat apapun tetapi aura kecantikannya seolah-olah menyebar dan memenuhi seluruh kamar milik Mbak Tina. Karsih demikian terganggu dengan kehadiran wajah wanita itu.
"Kamu tidak perlu menakuti ku karena aku bukanlah penakut seperti yang kamu bayangkan!"
"Aku menjadi sinden benar-benar berniat untuk mencarikan nafkah untuk anakku, jadi aku tidak perlu takut terhadap apapun!"
Wanita itu masih juga tersenyum, namun kali ini senyumnya begitu menyeramkan. Gigi-giginya mulai terbuka, tampak sekali ada guratan merah di antara gigi-gigi itu.
Karsih bergidik menyaksikan wajah yang menyeramkan. Wajah yang tadinya cantik itu berubah menjadi seram dan Karsih merasa bahwa dirinya benar-benar sedang berada dalam pengaruh wanita itu.
Entah mengapa tubuhnya demikian lemas bahkan untuk menopang badannya sendiri dia merasa tidak kuat.
"Kalau kamu memang berniat buruk kepadaku, awas saja! Aku akan membalas semua yang kamu lakukan! Sekali lagi kukatakan bahwa aku bukanlah perempuan penakut seperti yang kamu bayangkan!!!"
Karsih kemudian terduduk dan merapikan pecahan gelas yang ada di lantai tempat dia berhias.
Tanpa Karsih sadari seorang lelaki sedang berada di ujung pintu dan memperhatikan semua yang Karsih ucapkan di dalam kamar tersebut.
Lelaki itu diam dan tetap memperhatikan, dia tidak ingin mengganggu Karsih saat ini karena baginya ketenangan dan kenyamanan Karsih adalah segalanya.
Saat dia melihat ada darah yang menetes dari jemari Karsih dia kemudian mendekati Karsih dan menyentuh tangan Karsih membuat Karsih merasa sangat terkejut.
"Kamu kenapa?" tanya laki-laki itu.
Karsih hanya menggelengkan kepalanya saja.
"Karsih .. kamu baik-baik saja kan?!?"
Karsih menganggukkan kepalanya meskipun terasa sangat berat.
Laki-laki bernama Fajar yang tiba-tiba menjadi dewa penolong bagi dirinya. Laki-laki itu selalu datang disaat Karsih membutuhkan banyak sekali pertolongan. Dengan sangat ikhlasnya Fajar memberikan pertolongan tersebut tanpa meminta imbalan apapun.
Dengan cekatan Fajar mengambil obat untuk diteteskan di luka yang ada di jemari Karsih dan Karsihpun menerima semuanya tanpa melakukan perlawanan sedikitpun. Karsih justru tersanjung dengan perlakuan perlakuan yang diberikan oleh Fajar meskipun hanya sebuah perlakuan-perlakuan kecil saja.
Bagi Karsih sekecil apapun perlakuan yang dihadirkan oleh Fajar hal itu demikian istimewa dan merasa bersyukur bertemu Fajar di saat yang tepat.
"Lukanya sudah aku bersihkan, sebaiknya pecahan kaca itu dibersihkan oleh pembantu Mbak Tina. Sekarang kamu... aku antar pulang. Kamu harus banyak istirahat karena lusa kamu harus menyanyi lagi. Mbak Tina sudah terlanjur menerima uang pembayaran dimuka atas kontrak orkestra ini dan mereka menginginkan kamu menjadi sindennya."
Karsih menganggukkan kepalanya tanda mengerti karena semua jadwal dia manggung sudah diberikan oleh Mbak Tina kepadanya saat Mbak Tina datang ke rumahnya.
Fajar kemudian menggamit tangan Karsih tanpa malu-malu.
"Saya antar Karsih pulang dulu, Mbak," kata Fajar kepada Mbak Tina.
Mbak Tina pun menganggukkan kepalanya.
Ada keterkejutan di wajah Mbak Tina ketika melihat Karsih bergandengan tangan dengan Fajar.
"Apakah Fajar memiliki sesuatu buat Karsih?
Ach, Karsih sungguh sungguh beruntung bila dia mendapatkan lelaki sebaik Fajar."
Mbak Tina menggumam dalam hatinya sendiri.
Selama ini Mbak Tina sudah mengenal Fajar bahkan sejak Fajar belum sebesar sekarang. Orang tua Fajar menitipkan Fajar kepada Mbak Tina untuk disekolahkan. Dan Fajar tumbuh menjadi besar, menjadi laki-laki dewasa yang bertanggung jawab dalam asuhan Mbak Tina.
Mbak Tina merasa terharu atas apa yang dilakukan Fajar terhadap Karsih meskipun di dalam hatinya Mbak Tina sebenarnya sangat ingin Fajar mendapatkan seorang gadis muda belia yang sepadan dengan dirinya.
Namun jika Tuhan berkata lain kita bisa apa?
Mbak Tina kemudian merapikan semua piranti yang baru saja digunakan untuk nyinden bersama orkestranya.
Hari masih terlalu pagi untuk dia mengistirahatkan tubuhnya, itu sebabnya Mbak Tina menyibukkan diri dengan membersihkan piranti yang ada.
Besok lusa orkestranya akan kembali manggung karena ada orang yang meminta mereka untuk mengisi acara. Mbak Tina berharap Karsih bisa segera sembuh dan bisa melaksanakan tanggung jawabnya.
Sejak Karsih bergabung dengan orkestra miliknya, orkestra itu menjadi kebanjiran job. Di satu sisi Mbak Tina merasa bersyukur, namun di sisi yang lainnya Mbak Tina juga seringkali merasa gusar atas permintaan orang-orang yang selalu saja meminta Karsih sebagai sinden utama.
Tapi apa boleh buat, Mbak Tina tidak boleh menolak permintaan para penggemarnya dan juga pelanggan orkestranya selama hal itu masih masuk akal meskipun jauh didalam lubuk hatinya dia mengkhawatirkan kesehatan Karsih.