‘Kesakitan yang membekas.’
Sejak acara Festival Film Busan berlangsung, Se Rin sama sekali tidak fokus dan pikirannya dipenuhi dengan laki-laki misterius yang ditemuinya setelah ledakan yang terjadi di lumbung padi. Kejadian di rumah sakit juga cukup aneh baginya. Sampai-sampai ia harus disadarkan oleh rekan sesama aktris yang duduk di sebelahnya, ketika namanya disebut sebagai pemenang aktris pendamping wanita terbaik.
Se Rin terlonjak kaget lalu tersenyum canggung, berjalan menuju panggung megah diiringi suara tepuk tangan meriah, sorak sorai dan seruan namanya. Ia menerima piala penghargaan beserta sebuket bunga cantik, hampir menangis ketika mengatakan ucapan terima kasih terhadap beberapa orang yang ikut andil dalam kemenangannya.
Setelah acara selesai Se Rin terburu-buru menyuruh Seung Woo menuju mobil van-nya. Seung Woo segera mengekor di belakang seraya kesusahan membawa beberapa setelan baju. Tentu saja agar tidak terlalu mencolok berada di tempat umum, tepatnya rumah sakit dengan berpakaian gaun maka Se Rin sudah menggantinya dengan kemeja putih polos dan celana jeans hitam.
“Apa yang sangat kau khawatirkan darinya? Dia tidak tahu bahkan tak ingat siapa yang telah menabraknya,” tanya Seung Woo bersikukuh selagi menaruh asal pakaiannya di bagasi mobil.
“Bukankah Oppa mengatakan sebagai walinya, dia akan mengetahui namamu dan meminta uang ganti rugi!” Se Rin sudah duduk menyilangkan kakinya, “Kau yang telah menabraknya, apa kau tidak merasa bersalah?!”
Seung Woo berdehem malu. “Namun aku tidak sepenuhnya salah,”
“Aku merasa ada yang aneh tentangnya,” kata Se Rin mencoba menelisik sesuatu yang dirasa janggal.
Saat itu seorang wanita berlari mendekati mobil dengan satu tangan mengangkat gaun hitam yang panjangnya hampir menyapu jalan. Kaki jenjangnya terlihat sedikit oleng ketika high heels setinggi 10cm menginjak undakan kecil.
“Cha Hee Yeon-sshi, jangan lari kau bisa tersandung!” seru wanita yang mengekor di belakangnya, ia juga khawatir barang sponsor rusak dan harus mengganti rugi.
Hee Yeon tidak memperdulikan peringatan manager-nya, ia bergegas menepis tangan Seung Woo, menghentikan Seung Woo dari menutup pintu mobil kemudian menatap Se Rin yang terduduk di dalamnya. “Apa tadi kau tidak melihatku melambaikan tangan ke arahmu?” tanyanya dengan napas memburu.
Seakan baru teringat sesuatu, Se Rin segera menyesalinya, “Aakh, Hee Yeon Eonni.”
Sesama manager, Seung Woo menyapa wanita yang segera memegang gaun berjuntai Hee Yeon agar tak terinjak sembari membalas sapaan seniornya itu. Dari pandangan keduanya tampak tidak saling mengenal.
“Dia manager baruku,” tanpa ditanya Hee Yeon berbicara membenarkan dugaan Seung Woo pada wanita yang baru dilihatnya.
“Kau datang terlambat?” Hee Yeon kembali bertanya pada Se Rin.
“Yeah,” kata Se Rin lambat-lambat, ia meneruskan, “Bagaimana ini, aku tidak bisa berbicara lama denganmu.”
“Kenapa? Apa yang lebih penting dariku?” tangan Hee Yeon terlipat di dada, matanya menyipit.
“Diriku sendiri.” singkat Se Rin sembari menunjuk wajahnya. “Aku tidak bisa menceritakannya sekarang, aku sedang terburu-buru.” tambahnya menyuruh Seung Woo untuk menutup pintu.
Hee Yeon tak terima sehingga berniat untuk menghalanginya. “Bahkan kau tidak menyapaku dan sekarang kau akan pergi tanpa mengucapkan selamat padaku.” keluh Hee Yeon menahan pintu dari dorongan Seung Woo.
“Singkirkan tanganmu, kau bisa terjepit!” kata Se Rin dengan malas melanjutkan, “Dengar, ini menyangkut karirku jadi aku akan mengatakannya nanti saja, sampai bertemu di Seoul!” selagi Seung Woo memegangi Hee Yeon, Se Rin menutup pintunya.
Setelah itu Seung Woo berlari kecil memasuki mobil, menyalakan mesinnya, menarik tuas lalu menginjak pedal gas.
“KIM SE RIN!” seru Hee Yeon memandang kepergian mobil van hitam yang semakin menjauh, ia ingat sedang berada di tempat ramai, “Dia pergi begitu saja,” rutuknya mencoba tersenyum, dia tidak mau ambil risiko jika ada wartawan yang memotretnya dalam keadaan kesal.
Sebelumnya pun media massa pernah memberitakan hubungannya dengan Se Rin itu tidak baik. Lalu sekarang apa lagi yang akan mereka terbitkan di sampul majalah saat mendapati Se Rin menutup pintu mobilnya secara paksa dari rekan satu girl group-nya, Cha Hee Yeon.
ΘΘΘ
Tanpa tahu arah dan tujuan humanoid yang diketahui selamat dari ledakan dengan nomor seri HMD07 berjalan di antara banyaknya orang yang akan menyeberang. Semuanya terasa asing dan baru, tak ada yang dikenalnya, ia menyesal karena telah hidup sebagai pekerja keras di sebuah pabrik yang bahkan tidak membayarnya. Ataukah seharusnya ia bersyukur karena telah diciptakan untuk membantu pekerjaan manusia sehingga bisa berada di dunia. Entahlah, yang ia tahu namanya adalah Oh Se Jun.
Lima hari lalu Joo Jae Won, humanoid seri ke tiga, HMD03, memberitahukan nama asli dari rekan sesama humanoid-nya. Se Jun sangat bahagia memiliki sebuah nama, ia terkadang muak dengan namanya yang di akhiri angka, HMD07, ia rasa itu seperti ejekan.
“Namaku Oh Se Jun.” ujar Se Jun memperkenalkan diri pada manusia yang juga bekerja di pabrik, menanggapi bahwa robot itu semakin pintar saja.
Sedikit demi sedikit ia tahu bahwa kehidupan di luar sangatlah baik, terlebih ia bisa melakukan hal selain bekerja. Jae Won sering menceritakan bagaimana seorang manusia sangat berbeda dari mereka yang merupakan mesin tiruan manusia. Namun sebenarnya mereka sama, robot humanoid dan manusia hampir sama.
“Hanya saja kita lebih kuat dari manusia sehingga seharusnya bisa terbebas dari manusia yang memanfaatkan kekuatan kita,” jelas Jae Won disela-sela pekerjaannya mengangkat besi beton yang beratnya lebih dari 10kg.
Itulah yang membuat Se Jun memberontak dan menyetujui ide Jae Won untuk pergi dari keterbatasan mereka.
“Kita berhak hidup lebih baik,” katanya sedikit kesal mengetahui dirinya dibuat untuk terus bekerja. “Pegawai lain diberi libur kenapa kita tidak.” tambah Se Jun semakin bertekad.
ΘΘΘ
Suasana di mobil hening, Seung Woo mencuri pandang lewat spionnya, ia mengawali ucapannya dengan berdehem. “Se Rin-ah bukankah itu terlalu berlebihan, kau tidak seharusnya melakukan itu pada Hee Yeon.”
“Berlebihan apanya, kita sudah sering bertemu di tempat kerja dan aku pikir masalah ini tidak bisa diabaikan.” Se Rin membela diri, “Seberapa keras aku memikirkannya, ini tetap terasa aneh.” lanjutnya dengan tangan tertempel di dagu, masih berpikir pada kemungkinan yang bisa terjadi.
“Itu lagi, bisa saja jarumnya terlalu tipis hingga patah dan… mungkin mobil ini adalah mobil bekas yang dibeli daepyonim (direktur utama)! Ya, bisa jadi ia mengurangi pengeluaran untuk artisnya. Makanya bisa penyok seperti ini,” jelas Seung Woo begitu yakin dengan dugaannya.
Menurut Se Rin itu terdengar cukup masuk akal. Kalau begitu ia akan melakukan protes pada atasannya untuk dibelikan mobil baru mengingat ia telah bekerja keras untuk mendapatkan penghargaan.
“Aku akan minta mobil baru yang memiliki airbag2 di dalamnya.” putus Se Rin dengan yakin.
ΘΘΘ
Jae Won dan Se Jun mengajak humanoid lain kabur dari pabrik yang selama bertahun-tahun mempekerjakan mereka khusus pada pekerjaan yang berat dan berbahaya. Jae Won akan mengantarkan mereka kepada keluarga masing-masing, dia bilang humanoid juga memiliki keluarga.
Tujuh humanoid bersembunyi di lumbung padi yang sudah lama tak terpakai, mereka antusias mendengarkan cerita Jae Won tentang manusia. Saat itu Se Jun sangat senang, ia tak sabar menyambut hari esok sebagai manusia robot. Sampai sebuah ledakan terjadi, ia panik mendekati humanoid lain yang terluka karena terbentur benda keras atau bahkan terlempar ketika ledakan terjadi.
“Dong Min Hyung (Kakak, panggilan lelaki kepada lelaki yang lebih tua)!” Se Jun meraung mengguncang-guncangkan humanoid seri pertama. “Hyung, bertahanlah,”
Bukan hanya HMD01 yang terluka, bahkan, Kang Baek Ho, HMD06 menahan rasa sakit saat tangannya memercikan api. Kulit realistik berbahan silikonnya tergores sepanjang punggung tangan sampai ke sikunya, memperlihatkan komponen-komponen semrawut.
Se Jun menghampiri dengan cemas, “Kau baik-baik saja, Baek Ho-ya,” gemetarnya memegang lengan yang kembali memercikan api sontak ia beringsut mundur.
Ada lagi yang lebih parah, Se Jun berjingkat melihat seonggok kaki tergeletak. “Hyung!” panggilnya dengan suara parau, Yoon Su Hwan, humanoid seri ke-2 kehilangan satu kakinya, tengah merintih menahan rasa sakit yang teramat di pinggulnya.
Panik sekaligus kalut, Se Jun bingung harus berbuat apa. Dua rekan yang lain juga sama terluka parahnya, Se Jun merasa bersalah karena lukanya yang paling ringan.
Saat itu Se Jun berada jauh dari asal ledakan terjadi, dan lebih bersalah lagi karena tak ada yang bisa dilakukannya untuk membantu mereka. Ia semakin terpukul ketika tak mendapati Jae Won, mungkinkah dia telah hancur berkeping-keping?
“Tolong, tolong aku.” Suara lemah mengalihkan pikiran kacau Se Jun.
“Astaga Jong Nam … k, kau,” tampak lelaki berkulit agak gelap di sudut ruangan kehilangan kedua kaki dan satu tangannya. “Bawa aku bersamamu.”
Se Jun tak kuasa melihat keadaannya. “Bagaimana ini…”
“Pergilah,” titah HMD04 ketika menatap sorot mata keraguan Se Jun. “Cepat bawa dia.”
“Tae Seok Hyung.” ujar Se Jun dengan suara lemah, ia bergegas membopong Jong Nam menuju pintu keluar.
Dengan berat hati menuruti ke empat humanoid yang menyuruhnya segera meninggalkan lumbung, karena mungkin akan ada ledakan susulan.
“Aku akan kembali menolong kalian.” kata Se Jun.
Beberapa detik kemudian ledakan beruntun terjadi, tubuh Se Jun terlempar, otomatis pegangan tangannya pada tubuh Jongin terlepas.
ΘΘΘ
2. Airbag: Kantung dengan material khusus yang dapat mengembang begitu sensor membaca terjadi kecelakaan untuk melindungi penumpang dari cedera.