"Ngomong-ngomong bisakah kau memberitahuku benda apa saja yang magna bawakan untukku? Maksudku jika kau tak keberatan, " Ucap Ren pada Flo, pemuda itu merasa bahwa gadis peri di hadapannya bisa memberikan penjelasan yang tak ia dapatkan dari Magna.
" Oh tentu, aku akan melihat keranjang mu, " Ujar Flo membuat Ren segera menyerahkan kernjang bawaannya pada gadis peri itu.
Benda pertama yang diambil oleh Flo adalah sebuah botol kaca berisi cairan berwarna ungu kemerahan yang sudah tersisi hanya seperempat botol saja karena botol nya retak dan cairan itu terus menetes keluar, " Ini ramuan Fons, ramuan buatan peri Nymphodora yang memiliki khasiat untuk menyembuhkan berbagai jenis luka, bahkan ramuan ini bisa membuat seseorang yang sekarat bertahan hidup meski hanya sebentar, bagi kami ramuan Fons adalah ramuan yang harus selalu kami bawa kemanapun karena kami tak bisa memprediksi serangan," Terang Flo panjang lebar.
"Oh.. Sayang sekali ramuan Fons milikku akan segera habis, sebelum ku gunakan," Timpal Ren.
"Jangan khawatir aku akan memberikan ramuanFns milikku, " Ucap Flo.
"Tidak, kau juga membutuhkannya, " Ren segera menolak tawaran Flo.
"Lacasa milikku sudah dekat jadi aku tak terlalu memerlukan ramuan ini, " Ujar Flo sembari menyerahkan sebotol ramuan Fons.
"Apa kau yakin?? " Ren mencoba meyakinkan sekali lagi.
"Ya, bawalah perjalananmu masih cukup jauh,"
"Baikla, terimakasih banyak Flo, "
Gadis itu hanya mengangguk, kali ini dia mulai mengambil benda kedua adalah, oww!!! Aku tak menduga Magna akan membawakan benda ini padamu, aku yakin dia memang peri yang sangat baik," Ren tak mengerti dengan maksud dari kalimat Flo karena benda di tangan Flo hanya sebuah bunga lonceng.
"Memangnya apa kegunaan bunga itu?"
"Kau tahu ini adalah Mandevilla, bunga yang sangat di puja para monster dari jenis Apis Cerana dan Bombus, mereka amat tunduk pada bunga ini bahkan di nymphodora padang mandevilla di jaga oleh koloni Apis Cerana, namun yang paling banyak di Lavanda adalah koloni monster Bombus kau bisa menggunakan Mandevilla untuk melindungi dirimu dari para Bombus, " Lagi-lagi penjelasan Flo membuat Ren mengerutkan dahi.
Tiba-tiba suara dengungan nyaring memenuhi udara, Ren sontak mendongakkan kepalanya, "itu mereka para Bombus, " Ucap Flo seakan mengerti bahwa Ren pasti akan bertanya.
Ren tercengang menatap lebah berukuran super besar melayang diatas kepalanya dengan dengungan yang amat memekakkan telinga.
"Apa mereka tak melihat kita?? "
"Tidak, karena mereka sulit untuk menunduk jadi kita yang berada tepat di bawahnya takkan terlihat oleh mereka, tapi jika mereka sudah melihatmu dari kejauhan segeralah gunakan mandevilla sebagai payung maka mereka takkan menyerangmu, jadi tetaplah waspada jika kau mendengar suara dengungan dari kejauhan atau getaran di tanah akibat lompatan gigan segeralah berlindung dan menjauh, aku sangat yakin Magna membawakan mandevilla padamu karena ia khawatir, " Ucap Flo membuat Ren mengingat wajah tak ramah Magna.
" Lalu apa berikutnya? " Flo segera mengambil benda berikutnya.
"Tentu ini kepedulian Magna berikutnya, Pie Vitrus dan air telaga sanctuary, kau bisa memakan ini saat kau lapar, " Terang Flo yang kemudian meletakkan kembali benda yang baru saja diambilnya.
"Dan yang terakhir kurasa ini benda yang sangat penting dan tak bisa kujelaskan"
Ren menatap Flo dengan serius,"benda penting?? " tanya Ren mulai ingin tau.
"Ini pasti untuk grant, "
"Bagaimana kau tahu? Magna bahkan tak mengatakan tentang ini padaku, "
"Benda ini sudah di mantrai, dan hanya akan bisa di sentuh oleh orang yang di maksud, lihat ini, " Flo mencoba menyentuh gulungan daun kering yang tampak biasa namun tiba-tiba bergerak dengan sendirinya sebulan Flo bisa menyentuhnya.
"Aku takkan bisa menyentuhnya, " Sambung Flo lagi.
Ren tertegun takjub, setelah rentetan hal ajaib yang di jelaskan oleh Flo, Ren juga mulai merasa bahwa sebenarnya takdirnya di Mirabilis rak cukup buruk.
Pemuda kutu buku itu menganggap hal ganjil yang selalu ia lihat di Mirabilis bahkan lebih menarik dari tumpukan novel fantasi yang hanya bisa hidup dalam imajinasinya.
"Baiklah kurasa sudah cukup, aku sangat berterimakasih atas semua penjelasan mu yang akan sangat berguna untukku, kurasa sebaiknya aku melanjutkan perjalananku sebelum hari gelap, " Ucap Ren sembari bersiap dan menggendong kembali keranjang yang ia bawa, tak lupa Fukiya nya ia selipkan pada tali keranjangnya.
"Berhati-hatilah, ingat pesanku tentang fukiya gunakan saja jika kau benar-benar terdesak, ngomong-ngomong apa kau membawa lentera?? " Tanya Flo saat aren mulai melangkah pergi.
Ren berbalik menghadap Flo sembari menggelengkan kepalanya.
"Kalau begitu dengarkan saranku, saat kau melihat kunang-kunang berterbangan nanti malam katakan pada mereka bahwa kau adalah temanku dan kau ingin bertemu dengan Coleo, dia akan membantumu berjalan dalam kegelapan, " Imbuh Flo lagi.
"Coleo?? "
"Ya dia temanku, seekor kunang-kunang baik hati, "
"Maksudmu aku harus bicara dengan kunang-kunang? " Tanya Ren sambil mengerutkan dahi.
"Um!! Jangan khawatir dia akan mengerti bahasamu, "timpal Flo.
" Baiklah, terimakasih untuk saranmu, selamat tinggal Flo, "
"Kurasa sampai jumpa lebih baik, " Tukas Flo
"Itupun tak apa, " Ujar Ren setengah memekik karena ia mulai melangkah jauh dari Flo.
Pemuda itu kembali melanjutkan perjalanannya setelah serangan Gigan menjadi sambutan yang cukup mengejutkan baginya.
"Entah apa lagi yang akan kutemui, sebaiknya aku tetap waspada, " Batin Ren sembari terus melangkah melewati semak belukar yang tampak seperti hutan rimba bagi pemuda itu.
Matanya melihat ke kanan dan kiri guna memastikan apakah masih banyak tunas lavender di sekelilingnya atau tidak, berulang kali pemuda itu melakukan hal yang sama dan ia masih terus mendapati banyak tunas lavender yang artinya ia masih cukup jauh dari tempat tujuannya.
Langkah Ren melambat saat kakinya terasa benar-benar letih, di tambah lagi angin berhembus semakin dingin dan cahaya mulai meredup ia tahu senja mulai datang mungkin akan sangat berbahaya jika dia berjalan di malam hari, Ren tak lagi menemukan pondok di sekelilingnya, ia memutuskan untuk beristirahat pada salah satu batang pohon semangka yang cukup rimbun berharap dia benar-benar terlindungi dari bahaya di bawah daun semangka yang sangat lebar itu.
Pemuda itu meraih botol berisi air jernih yang tampak segar dari keranjangnya meneguknya sekali dan merasakan sensasi segar yang luar biasa pada tubuhnya, rasanya yang sedikit manis membuat Ren tak merasa cukup jika harus meminum satu kali teguk saja, pemuda itu mulai meneguk beberapa kali air tersebut hingga ia teringat pesan Magna bahwa air di botol itu harus tetap tersisa saat ia kembali, " Astaga aku meminumnya terlalu banyak, " Ren segera menutup kembali botol itu dan mengembalikan pada keranjangnya, ia sebenarnya merasa lapar namun jika ia memakan Brein yang di bawakan oleh Magna maka ia pun akan kembali membutuhkan minum yang sudah tersisa hanya seperempat botol saja.
"Sebaiknya aku menahan rasa laparku saja sampai aku menemui grant, " Gumam pemuda itu.
Tiba-tiba permukaan tanah di bawah batang pohon semangka yang tengah di duduki oleh Ren bergerak-gerak dan sontak membuat pemuda itu melompat waspada, Ren menatap tajam netranya mencoba menelisik diantara cahaya remang untuk mengetahui sebenarnya apa yang menyebabkan tanahnya tampak berdenyut.
Sepersekian detik kemudian seekor cacing besar muncul dari balik tanah hewan melata itu tampak menggerak-gerakan ujung kepalanya seolah mengendus udara, sementara Ren berusaha menahan nafas agar keberadaannya tak disadari oleh makhluk berukuran besar di hadapannya.
Ren perlahan memundurkan langkahnya, menjauh dari cacing besar itu ia tak ingin mengambil resiko kali ini, pemuda itu bergegas memacu langkahnya saat ia sudah keluar dari rimbunan pohon semangka meski letih masih sangat terasa di tubuhnya namun keselamatannya jauh lebih penting daripada sekedar beristirahat.
Semakin jauh kakinya melangkah semakin riuh suara yang ia dengar, langit sudah berubah legam namun Ren justru tak menemukan kesunyian di sana, suara bising yang tampaknya berasal dari para binatang nockturnal mulai terdengar, Ren semakin menaikkan kewaspadaanya.
'Brukkkkkkk!!!!! ' Ren tersungkur keras karena kakinya tersandung sesuatu, matanya benar-benar sulit melihat dengan benar di dalam gelap, karena merasa penasaran dengan apa yang telah membuatnya terjatuh pemuda itu menempelkan tangannya pada benda yang masih terasa menyentuh kakinya, tiba-tiba visus pada matanya aktif begitu saja, bayangan bergerak sangat cepat Ren mengernyit sembari memejam kuat rentetan bayangan berputar seperti rol film di kepalanya dan pemuda itu sontak melepas tangannya secepat kilat saat ia menyadari bahwa bayangan yang ia sadari adalah proses kelahiran seekor ular dan benda yang menyandung kakinya tadi adalah ujung ekor dari ular tersebut. Ren menarik tubuhnya kebelakang dengan cepat namun sialnya pergerakan cepat Ren menimbulkan suara yang mengusik ular tersebut.
'Ssssssshhhhh' desisan ular mulai terdengar jelas Ren menahan nafasnya sembari mencari sumber suara karena ia yakin kepala ular tersebut pasti cukup dekat dengannya, sayang sekali Visus Ren tak mampu membantunya melihat dalam kegelapan, peluh membasahi pakaiannya, jika ular itu menemukan Ren lebih dulu makan tamat riwayatnya, karena dalam kegelapan seperti itu Fukiya terhebat Magna pun takkan berguna. 'Sssssshhhhhhh' kali ini desisannya di sertai hembusan beraroma menyengat yang terasa panas dari arah depan tubuh Ren pemuda itu,degupan jantung Ren semakin tak karuan dia tahu bahwa reptil itu menemukannya lebih dlu, namun Ren tak ingin segera menyerah perlahan ia menarik Fukiya nya dengan gemetar dan mulai menempelkan pangkal Fukiya pada bibirnya dengan sangat hati-hati, Rentak yakin bidikannya akan tepat sasaran karena ia hanya tahu kepala ular itu ada di depannya saat ini.
Di tengah ketegangan luar biasa itu tiba-tiba sebuah cahaya menyala terang tepat diantara wajah Ren dan kepala ular yang siap menyerangnya, tak ingin membuang kesempatan itu Ren dengan cepat meniup Fukiya kearah mulut si ular yang sudah siap melahapnya, seketika ular itu menggelepar memberi celah pada Ren untuk berlari,reptil mengerikan itu tampak beberapa kali menggeliat kesakitan sebelum akhirnya tak lagi bergerak, sementara Ren yang terus berlari baru menyadari bahwa sejak tadi ada cahaya yang mengikutinya.
Ren menghentikan langkahnya dengan serta merta dan mendongakkan kepalanya keatas, pemuda yang sudah dalam kewaspadaannya yang tinggi itu benar-benar ingin memastikan makhluk apa lagi yang hendak menyerangnya kali ini.
"Siapa kau? " Tanya Ren sembari menyipitkan matanya karena terpaan cahaya yang menyilaukan matanya.
Kepakan sayap makhluk itu sempat membuat Ren berpikir bahwa makhluk yang melayang diatasnya adalah peri.
"Flo? Apa itu kau? " Tanya Ren sekali lagi
Makhluk bersayap itu terbang rendah guna menampakkan wujudnya pada Ren, "kunang-kunang? " Ucap Ren saat wajah makhluk itu sudah terlihat cukup jelas di hadapannya.
"Coleo, " Ucap si kunang-kunang dengan bunyi aneh, "