webnovel

Terpesona

Buk buk buk.

"Aduh." Ana kembali menjerit kesakitan manakala punggung dan kakinya mendapatkan pukulan bertubi-tubi.

Ternyata Ana telah salah menduga. Posisinya sama sekali belum aman.

mencari makan dan minum?"

Ekor mata Ana secara tidak sengaja menangkap deretan warung lesehan terletak tidak begitu jauh dari tempatnya sekarang.

"Pasti di sana ada makanan gratis."

"Aku juga ingin membasahi tenggorokan yang kering."

"Tapi apakah akan aman aku ke sana?"

"Bagaimana saat di sana manusia malah mengusir dan menganiaya aku?"

"Tentu aku akan semakin susah kalau anggota tubuh terluka."

Karena khawatir oleh perlakuan jahat para manusia, Ana jadi urung melangkah.

Tidak terasa waktu bergulir hari telah beranjak malam. Ana masib meringkuk menahan lapar bercampur dahaga.

Tepat tengah malam, Ana benar-benar tidak dapat lagi menahan lapar mendera sekujur tubuhnya.

Meskipun ragu Ana berjalan perlahan menuju warung lesehan yang nampak akan segera tutup.

Dan menggonggong perlahan, bermaksud hendak meminta makan meski hanya sedikit nasi putih.

Sayang sekali keberadaan Ana sama sekali tidak di anggap ada oleh para manusia di sana.

Teoat dugaan Ana ia kembali di usir dan dihardik dengan teriakan nyaring.

Karena trauma oleh penganiayaan manusia, Ana lagi lagi harus mengesampingkan rasa pedih perut menahan lapar serta dahaga demi keselamatan diri sendiri.

Rasa takut mengalahkan rasa lapar melilit perut. Tanpa terduga hujan turun sedemikian deras, mungkin Tuhan masih berbaik hati memberikan Ana air segar di tengah dahaga menderanya.

Ana melihat genangan air hujan letaknya tidak begitu jauh dari tempat dia berteduh. Ana terpaksa mengesampingkan rasa jijik. Tanpa mempedulikan derasnya curah hujan, ia berlari riang menuju tempat genangan air.

Akhirnya dahaga yang Ana rasakan telah terbayar juga.

Sayang sekali saat hendak berbalik arah menuju tempat berteduh, si empunya mobil telah mbawq kuda besi tersebut menuju tempat lain.

Ana jadi diam terpaku di tengah derasnya hujan. Jujur saja ia bingung hendak ke mana.

Sudah hampir satu jam lamanya Ana hanya duduk termangu menatap sekeliling. Ana masih berharap supaya dipertemukan dengan manusia baik.

"Sungguh betapa nyamannya tidur di atas kasur sambil bergelung selimut."

"Dulu saat masih menjadi manusia seutuhnya, aku seringkali mengeluh atas kondisi yang aku alami."

"Sekarang aku menyadari ternyata Tuhan telah berkenan memberikan aku hidup sempurna."

"Sayang sekali aku terlalu sibuk merebut kebahagiaan wanita lain."

"Sampai lupa menyadari betapa berharganya hidup ini."

"Oh, Tuhan, seandainya saja aku diberikan kesempatan kedua."

"Aku ingin bertaubat dan memperbaiki hidup."

"Aku berjanji tidak akan pernah mengulangi kesalahan yang sama."

"Aku akan mencari jalan halal demi mendapatkan rezeki."

Aku sungguh menyesal karena telah menghancurkan rumah tangga Serenty."

"Aku juga penyebab utama kematian perempuan malang itu."

"Anggap saja ini karma karena sudah berlaku jahat kepada sesama wanita."

"Aku sungguh menyesal." Rintih Ana dalam hati.

Rasa pening bercampur dingin dan lapar berpadu menjadi satu. Pandangan Ana semakin berlinang. Pada akhirnya perempuan malang itu kembali tidak sadarkan diri.

Saat Ana pingsan tepat sesuai dugaan Ana, dirinya telah berubah wujud menjadi manusia seutuhnya.

Saat Ana membuka mata, perempuan malang tersebut terkejut bukan main. Perutnya sekarang telah membesar bagaikan wanita hamil.

"Hahaha, selamat datang di kerajaanku Ana sayang." Ucap seseorang Ana kenali sebagai sosok pocong yang telah menikahinya beberapa waktu lalu.

"Jangan mendekatiku." Teriak Ana panik.

"Hahaha, Ana sayang. Kamu jangan takut aku hanya ingin mengelus perutmu."

"Di dalam sana ada calon putra kita."

"Bagaimana mungkin aku kembali hamil?"

"Kemarin aku baru saja melahirkan." Jawab Ana nyaris frustasi.

"Ana sayang, tidak ada yang tidak mungkin terjadi." Jawab si pocong dengan tatapan meremehkan Ana.

Pocong tadi bertepuk tangan, tidak berselang lama muncullah dua orang pelayan wanita membawa sebuah nampan yang berwarna merah menyala.

Pelayan tersebut lantas meletakkan nampan berisi makanan, minuman dan beberapa buah segar.

Tanpa di suruh Ana segera menghabiskan makanan yang tersedia. Selang beberapa menit kemudian, tanpa Ana duga perutnya terasa nyeri tak tertahankan.

"Apa mungkin aku akan melahirkan?" Ana membatin.

"Tentu saja kamu akan melahirkan bayi kita sayang." Jawab paman pocong seolah dapat membaca isi hati Ana.

Di tengah rasa sakit tengah menderanya, Ana masih terpikir untuk menanyakan keberadaan anak sulungnya.

"Paman pocong, di mana kamu membawa bayiku?"

"Aku ingin bertemu dia."

"Ijinkan bayi itu tinggal bersamaku."

"Aduh, sakit..." rintih Ana tak tertahankan.

Sayang sekali si pocong nampak tidak mempedulikan rintih kesakitan Ana. Ia malah berbalik arah hendak meninggalkan tempat Anda hendak bersalin.

"Hei paman pocong, kamu hendak ke mana?"

"Jangan tinggalkan aku sendirian di sini."

"Apa kamu membiarkan aku kesakitan sendiri?"

"Aku sedang berjuang melahirkan bayimu..."

Setelah mendengar teriakkan Ana, entah mengapa si pocong menolehkan badannya. Selama beberapa detik pocong tersebut menatap Ana dengan tatapan yang sulit Ana artikan.

Demikian pula Ana, ia berharap si pocong berbaik hati menemaninya bersalin. Sayang sekali tanpa Ana duga setelah menatap Ana sesaat, pocong tersebut membalikkan badan tanpa peduli dengan keberadaan wanita yang sedang bertaruh nyawa melahirkan bayi tak berdosa.

Ana hanya dapat meratapi kemalangan yang menimpanya.

Apa mungkin segala sesuatu yang tengah menimpaku merupakan karma atas segala kesalahan di masa lalu?"

"Aku sungguh menyesal..."

"Aku berjanji tak akan lagi berbuat jahat kepada siapa pun."

Di tengah keputusasaan entah dari mana asalnya, muncullah seekor anjing jantan bertubuh tinggi besar dan terlihat tampan.

Ana malah sibuk menatap kegantengan anjing jantan yang berjalan semakin dekat ke arahnya.

"Aduhai, betapa tampan dia."

Namun sedetik kemudian Ana segera tersadar dan berbalik merutuki diri sendiri.

"Astaga Ana apa kamu sudah tidak waras?"

"Kenapa bisa kamu malah terpesona oleh kegantengan bangsa anjing?"

"Ingat Ana kamu itu manusia!"

"Tapi entah mengapa dia benar-benar terlihat berbeda dari anjing pada umumnya."

Tanpa Ana sadari ia sedang berdebat dengan dirinya sendiri. Hingga kesadaran Ana kembali setelah mendapat sapaan dari anjing jantan tersebut.

"Hai, Kakak tubuhmu sedang terluka."

"Kalau kamu bersedia ikutlah denganku."

"Di rumahku ada banyak obat bisa digunakan untuk mengobati tubuhmu."

Ayo aku bantu kamu berdiri."

Ana hanya menganggukkan kepalanya pertanda setuju. Sepanjang perjalanan menuju tempat tinggal anjing jantan, Ana sama sekali tidak merasakan nyeri akibat siraman air panas tadi.

"Astaga, apa mungkin aku telah jatuh cinta pada pandangan pertama?"

"Meskipun tubuhnya sekarang berupa seekor anjing betina, aku dapat merasakan kalau jantungku semakin berdebar kencang."

"Perasaan gugup saat pertama kali terpesona terhadap seorang lelaki."

Ana terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri, sampai tidak menyadari bahwa sekarang ia telah masuk ke sebuah rumah mewah.

Ada sesuatu yang tak biasa terjadi. Sekarang Ana sudah berubah wujud menjadi manusia setengah anjing di mana, dari bagian betis ke bawah masih menyerupai anjing, sedangkan bagian atas tubuh Ana telah berubah jadi manusia seutuhnya.