webnovel

Rose's Mom

Bandung, 2027

Yasmine

Meski masih mencintaimu, aku harus bisa melupakanmu.

Tidak ada hal lain yang aku mau. Saat ini aku hanya ingin melihat sampai mana hatiku bisa lega atas semua yang telah terjadi. Hanya ingin bisa melepaskan dan juga melupakan apa-apa yang pernah hadir sementara dalam hidupku.

Mungkin di dalam perjalanan ke depan, aku akan temukan hal yang semakin membuatku sakit hingga lukaku tak terkira besarnya. Mungkin aku semakin terpuruk untuk merawat luka yang dahulunya sudah ada.

Entah aku harus bagaimana untuk menjeda semua yang ada. Tidak mudah bagiku melepaskan apalagi sampai melupakan. Bahkan, sampai mencari cinta yang baru, membuka hati untuk orang-orang yang tengah menungguku.

Semuanya tampak percuma, karena pada akhirnya hati yang telah menjadi rapuh ini masih saja bertahan pada luka. Tenggelam bersama sakitnya mencintai sendirian, kecewa dengan perasaan yang tak pernah terbalaskan.

Begitu banyak hal yang membuatku takut membuka hati kembali. Tapi, jika ketakutan itu selalu aku bayangkan, aku semakin percayakan bahwa lukaku akan terus mengikutiku dan menahanku untuk kembali bahagia seperti semula.

Kini, aku hanya ingin membuat tidak mudah menjadi mudah, harus kutegaskan pada hatiku agar aku kembali bangun dengan sayapku yang hampir patah. Aku harus bisa tegak dengan kakiku yang pernah rapuh, menguatkan diri lebih jauh hatiku agar kembali utuh dan siap menerima.

***

Cahaya matahari pagi tepat mengenai balkon dan disini sekarang aku berdiri, berharap ketika mata silau lantas kelopak mata tertutup sebentar, saat membuka mata aku sudah di Jakarta atau di Surabaya. Kalau di hitung berarti sudah satu minggu aku di sini.

Addi tiba-tiba mengagetkanku, dia seakan muncul tiba-tiba di belakang dan menepuk bahuku.

"Hantu!" seruku.

"Hantu? Mana Hantu?" lelaki dengan rambut selalu rapi itu terlihat lucu, apalagi ekspresinya yang terkejut. Mana mungkin dia hantu? Yasmine, kamu berpikir apa?

"Maaf, tadi aku sedang berpikir…"

"Berpikir tentang hantu? Ka, kamu ngapaian mikiran hantu?"

"Memangnya kenapa? Lagian kamu ngagetin?"

"Kamu tidak takut?"

"Nope, untuk apa takut hantu?"

Addi diam saja, dia hanya menatapku. Terlihat memikirkan sesuatu.

"Hei, kamu kenapa?"

"Dulu kakak paling takut sama hantu.

Mati aku, aku harus jawab apa ini, sepertinya aku tidak bisa bicara seenaknya mulai sekarang. Aku tidak tahu Rose orangnya bagaimana. Kali ini aku yang diam, ayo berpikir apa saja, jawablah Yasmine.

"Oh begitu, aku kan lupa ingatan," ucapku ragu-ragu dan lirih.

"Iya juga, tapi rasa takut juga terlupakan ya?"

"Apa?"

"Tidak, hanya saja kakak banyak berubah." Addi mengacak-acak rambutku sambil tersenyum. "Aku pergi dulu ya.."

Aku hanya tersenyum, tidak ingin salah mengucapkan sesuatu lagi. Sementara itu Mama sedang menuju ke arahku, seolah sengaja menunggu Addi pergi.

"Mama mau bicara sama kamu.." ucapnya, kusambut dengan anggukan. Mama menuntunku ke kamar.

***

"Mama sudah tahu siapa kamu, kamu bukan Rose, kan?" katanya membuka pembicaraan.

"Iya, Ma," jawabku dengan lirih.

Mama berdiri dari duduknya, melangkah ke meja rias dan mengambil pigura foto berukuran A4. Lalu kembali duduk di sebelahku.

"Ini foto Rose, sangat mirip dengan wajahmu sekarang. Mungkin bukan mirip, tapis ama. Raga kalian sekarang sama, hanya saja di jiwa kalian ada Rose dan ada Yasmine." Terangnya.

"Mama minta maaf sama kamu," lanjutnya.

"Saya tidak paham, apa maksudnya?" sahutku.

"Mama yang menukar foto kalian, saat kalian melakukan operasi plastic itu." Jawabnya.

"Menukar foto?" seruku.

"Mama tahu, itu perbuatan yang jahat. Tapi entah apa yang menguasai mama hingga akhirnya melakukannya."

"Tapi kenapa?"

"Mama tidak sengaja melihat buku harian Rose saat sebelum dia berangkat ke Jepang. Dia sangat mencintai suami kamu, Jay. Mama tidak sanggup melihatnya terus sedih, mama memutuskan untuk menjadikannya seorang Yasmine, sosok yang sangat dicintai Jay." Matanya berkaca-kaca.

"Jika sekarang dia menjadi diriku, aku harus pasrah menerima kenyataan bahwa suamiku berhubungan dengan wanita yang bukan istrinya dan aku… aku harus pasrah melanjutkan kehidupanku sebagai Rose?! Itu yang anda inginkan?!" seruku sambil berdiri, pelan-pelan aku mundur dan berlari. Entah ke mana tujuan kaki ini. Aku hanya ingin berlari sejauh mungkin dari tempat ini.

Wanita itu jahat dan egois, jika aku tetap di sana bisa saja dia mencoba kembali untuk membujukku. Setidaknya sekarang aku sudah tidak di rumah itu, meski tidak tahu mesti ke mana. Bagaimana caranya agar aku bisa kembali ke rumahku, kembali ke keluargaku.

Sekarang, ke mana tempat tujuanku? Walaupun bahkan keluarga dan suamiku tidak menerimaku, aku tetap ingin hidup, dengan bahagia dan sederhana.

Sebuah mobil tiba-tiba melambatkan lajunya dan menepi. Seseorang keluar dari kemudi dan mendekatiku, "Rose?"

To Be Continued