Tangan Mo Xigu yang saat itu bertumpu pada setir, tanpa sadar memukul setir mobil dengan keras. "Maaf??"
Nada suara Mo Xigu terdengar seperti penuh penghinaan sehingga membuat Su Xixue langsung tertunduk. "Kakak Ipar, hanya kamu seorang yang satu-satunya ada di dalam hatiku. Tapi, kamu adalah suami kakakku. Saat itu aku sangat bingung dan tidak tahu harus berbuat apa. Walaupun rasanya begitu sulit, aku juga tidak memiliki seorang kekasih selama beberapa tahun di luar negeri. Aku berpikir bahwa suatu hari nanti, aku akan kembali dan memberitahumu bahwa aku sangat mencintaimu."
Setelah selesai mengatakan hal itu, Su Xixue menutup wajahnya dan menangis. Bagi Mo Xigu, hal paling menyebalkan yang dilakukan seorang wanita adalah menangis. Ia menyipitkan matanya, menyalakan batang rokoknya, dan mengabaikan Su Xixue. Kemudian, asap rokok segera memenuhi mobil. Su Xixue yang saat itu menangis mendadak terbatuk-batuk. Ia terus terbatuk-batuk dan sulit bernapas sehingga ia berusaha meraih pintu dan membukanya. Namun, ternyata pintu mobil dikunci dari pintu pusat.
"Kakak Ipar, apa kamu benar-benar tidak mau memaafkanku? Aku tidak akan mengganggumu lagi. Tolong buka kunci pintunya."
Mo Xigu mengepulkan asap dan terus menatap lurus ke depan tanpa memperdulikan Su Xixue.
"Kakak, buka pintunya..." desak Su Xixue.
Mo Xigu menoleh ke arah Su Xixue, menatapnya dengan dingin, dan dengan pelan berkata, "Su Xixue, apakah kamu ingin kembali di sampingku?"
Tatapan Su Xixue tampak berbinar sejenak, namun kemudian ia berkata dengan sedikit cemas, "Kakak Ipar, tentu saja. Kalau tidak, lalu aku kembali untuk apa? Aku selalu menunggu kesempatan selama beberapa tahun ini."
"Baiklah, aku akan memberimu kesempatan," kata Mo Xigu.
Su Xixue tiba-tiba memegang lengan Mo Xigu, kemudian melingkarkan tangannya di pinggangnya, "Terima kasih, Kakak."
Tiba-tiba, Su Xixue menyelinapkan tangannya ke leher Mo Xigu dan menciumnya. Su Xixue mencium Mo Xigu dengan lembut dan Mo Xigu perlahan-lahan membalas ciumannya. Sudut bibirnya Su Xixue diam-diam menunjukkan sedikit lengkungan karena rayuannya berhasil. Kemudian, suhu di dalam mobil berangsur-angsur meningkat menjadi semakin panas. Tampaknya, ciuman saja tidak cukup. Keduanya kini begitu tidak terkendali dan mulai melakukan sesuatu di dalam mobil.
———
Hari ini Su Xiqin akan pulang dari rumah sakit. Tepat pukul delapan, Mo Xigu datang ke rumah sakit untuk membawakan sarapan kepada Su Xiqin. Tepat ketika Su Xiqin keluar dari kamar mandi, Mo Xigu membuka pintu dan berjalan masuk ke kamar. Mo Xigu menatap rambut panjang Su Xiqin dan sesaat dibuat tertegun karena kecantikan Su Xiqin. Meskipun ia bersikap acuh tak acuh, kecantikannya tetap menarik perhatian Mo Xigu.
Ketika Su Xiqin melihat Mo Xigu, ia menatap Mo Xigu dengan tatapan sedingin es sehingga pria itu membuat tersadar dari lamunannya. "Aku membawakanmu sarapan. Makanan kesukaanmu, bubur labu," kata Mo Xigu.
Suasana hati Mo Xigu tampaknya sedang bagus. Hal ini tidak hanya terlihat dari tindakannya, tapi juga dari apa yang ia kenakan. Hari ini, ia mengenakan kemeja garis abu-abu dengan dasi emas dan celana hitam. Setelan baju ini adalah baju yang dibeli oleh Su Xiqin sebelumnya.
Sejak mereka menikah, Mo Xigu tidak pernah mengenakan pakaian yang dibelikan oleh Su Xiqin sehingga ia sudah tidak pernah membelikan Mo Xigu pakaian lagi. Bahkan, Su Xiqin sudah lupa di mana ia meletakkan pakaian-pakaian itu. Namun, Mo Xigu bisa menemukannya. Padahal, pria itu diam-diam tidak bisa mengungkapkan apa yang ia rasakan di dalam hatinya.
Su Xiqin hanya menatap Mo Xigu dengan ekspresi datar dan perlahan-lahan berjalan ke ranjangnya. Lalu, ia menatap pria itu dengan tatapan ringan dan berkata dengan nada datar tanpa emosi, "Sebenarnya kamu tidak perlu membawakanku sarapan kemari. Ada Bibi Zhang Luo yang akan membawakannya."
"Tadi aku pergi ke kantor, lalu membelinya."
Su Xiqin tahu bahwa Mo Xigu tidak bekerja lembur pada hari Minggu, tapi ia tidak mengatakan apapun dan berpura-pura untuk tidak mengetahuinya. Ia pun hanya berkata, "Letakkan dulu saja. Aku baru saja bangun dan belum ada nafsu makan."
"Baiklah," kata Mo Xigu.
Su Xiqin memutuskan untuk pulang setelah sarapan. Mo Xigu sedang mengurus prosedur kepulangan Su Xiqin, namun Su Xiqin tidak mengerti kenapa tiba-tiba Mo Xigu berubah drastis seperti itu dalam waktu semalam. Ia berpikir, Apakah dia menjadi seperti ini karena aku menderita seperti ini karenanya? Namun, ia cepat-cepat menepis pikiran ini dan membatin, Pasti dia memiliki sesuatu yang lain. Pasti!
———
Karena Su Xiqin meminta untuk dipulangkan, Xing Chensheng datang ke kamar Su Xiqin untuk pemeriksaan terakhir. Ketika ia masuk ke kamar, ia sangat terkejut saat melihat Mo Xigu berada di sana dan begitu pula halnya dengan Mo Xigu. Namun, mereka segera kembali bersikap netral dan Xing Chensheng berjalan masuk.
Mo Xigu duduk di kursi dan melihat seorang pria paruh baya yang berjalan masuk. Ia tahu bahwa pria itu adalah seorang dokter. Ia melihat dokter itu memeriksa Su Xiqin, lalu bertanya, "Dokter, bagaimana keadaan istriku?"
Gerakan Xing Chensheng yang saat itu memegang kepala Su Xiqin jelas berhenti sesaat. Namun, ia segera lanjut mengecek kondisi Su Xiqin dengan normal dan menjawab dengan lembut, "Cederanya sudah membaik dan sudah bisa dipulangkan. Namun, setelah pulang, dia harus merawat diri dengan baik dan banyak memakan makanan yang mengandung gizi penambah darah agar cepat sembuh."
Mo Xigu mengangguk dan tampak bersikap seperti suami yang baik, sedangkan Su Xiqin hanya meliriknya dan tidak mengatakan apa-apa. Setelah selesai diperiksa, Su Xiqin berterima kasih kepada Xing Chensheng, "Dokter Xing, terima kasih banyak atas kerja keras Dokter."
Xing Chensheng hanya melirik ke arah Su Xiqin sambil mengangguk dan tidak mengatakan sepatah katapun. Lalu, ia berbalik dan berjalan menuju pintu. Xing Chensheng keluar dari kamar Su Xiqin bertepatan dengan Mo Jintian yang saat itu baru tiba bersama Tang Xixi. Mo Jintian mengenakan pakaian putih dan celana pendek dengan rambutnya yang seperti jamur.
Saat Xing Chensheng lewat, Mo Jintian yang saat itu membuka pintu melihat ke arahnya dengan mata yang berbinar, lalu melihat ke arah Tang Xixi dan berkata, "Bibi, Bibi masuk dulu saja, ya."
"Kamu mau pergi ke mana? Jangan lari," kata Tang Xixi sambil meraih tas Mo Jintian.
"Aku ingin pergi menemui Dokter untuk mengatakan terima kasih. Jangan khawatir. Aku akan segera kembali," kata Mo Jintian.
Mo Jintian segera melepaskan tangannya dari Tang Xixi, lalu mengikuti Xing Chensheng. Tang Xixi ingin mengejar Mo Jintian. Tapi, setelah dipikir-pikir, ia akhirnya hanya menunggu anak kecil itu di depan pintu.
"Paman Dokter... Tunggu!" teriak Mo Jintian sambil lari mengejar Xing Chensheng.
Ketika Xing Chensheng mendengar teriakan, ia menghentikan langkahnya dan memutar kepalanya. Ia melihat anak kecil yang berlari dan berhenti di depannya. Wajah kecil itu begitu putih dan lembut. Matanya besar dan berbinar bagaikan bintang di langit. Bibir tipis merah mudanya terbuka sejenak, lalu mengucapkan sebuah kalimat dengan suara yang begitu indah, "Paman Dokter, terima kasih karena telah merawat mamaku."
Xing Chensheng tertegun sejenak, kemudian tersenyum dan berkata, "Sama-sama."
"Apakah Dokter adalah teman Paman?" tanya Mo Jintian sambil menggaruk-garuk kepalanya.
"Paman?" Xing Chensheng balik bertanya dengan ekspresi bingung.
"Paman Bai yang saat itu menelepon Dokter."
"Oh, maksudmu Bai Yanshen?"
Mo Jintian berpikir sejenak, Ternyata namanya Bai Yanshen? Nama yang sangat bagus. Pada saat mereka bertemu pertama kali, Mo Jintian tahu bahwa semua orang memanggilnya dengan sebutan Bai, tapi ia tidak tahu nama panjang pria itu.