Dalam satu mobil mewah yang nampak hening tanpa suara dalam mobil itu. Salsa terdiam menatap ke luar jendela mobil. Ia ingin sekali bertanya pada Devid. Tetapi melihat wajah Devid yang mulai terlihat dingin, membuatnya berpikir dua kali jika ingin bertanya
. ia mengurungkan niatnya untuk bertanya dan lebih mememilih untuk diam menikmati perjalanannya.
Sebenarnya Salsa berhara dia bertanya lebih dulu padanya. Agar suasana tidak nampak hening. Tapi meskipun di kode dengan lirikan mata berkali-kali juga tak ada gunanya. Seakan kini ia di campakan begitu saja olehnya.
Salsa begumam dalam hati, ingin sekali ia memukul wajahnya yang begitu angkuh dan dingin itu. Namun apalah ia hanya bisa begumam gak mungkin berani melakukannya.
Kini Salsa mencoba melirik lagi sekilas wajah Devid agar ia mau mengajaknya bicara. Tetapi tetap tak di anggap membuat ia serasa ingin tepuk jidad. " Tu orang beberan, patung atau manusia es. Dingin banget bahkan tak bergerak seperti patung" Gumamnya dengan tangan mengepal namun tak berani menatapnya.
-----
Mobil yang melaju dengan kecepatan sedang menuju ke Vila. Namun belum sampai di sebuah Vila. Tiba-tiba mobilnya berhenti tepat di pinggir jalan membuat Salsa kebingungan. Perjalanannya masih jauh ia berhenti di tempat yang sepi jauh dari suasana keramaian kota. Bahkan mobil pun tak ada yang melintas kecuali mobilnya.
Dengan pendangan keluar jendela ia menatap ke belakang. Mencoba mencari tahu alasan mereka berhenti tiba-tiba.
Devid tertawa kecil melihat salsa yang nampak sangat kebingungan. Bahkan seperti seekor kucing yang ingin keluar dari kerangkanya.
Salsa semakin di tambah bingung melihat Devid tertawa bahkan ia mengira jika Devid sedang tak waras. Sekilas ia memandangi sekujur tubuhnya. Apa ada yang terasa aneh dari tubuhnya, wajahnya atau penampilannya. Selesai meraba semua ia tak menemukan suatu yang aneh.
"Mungkin dia benar-benar sudah gila" Batin Salsa mengerutkan bibirnya mengernyitkan matanya, menatap tipis ke arah Devid.
" Kenapa berhenti" Tanya salsa mencoba memberanikan diri bertanya pada patung manusia di sampingnya.
" Kamu turun di sini?" Ucap Devid dengan nada angkuh tanpa menatap ke arah salsa.
Salsa mengedipkan mata, lalu melebarkan matanya seketika mendengar ucapan Devid.
" Apa ?? " wanita itu tak berhenti memandang Devid dengan ekpresi terkejutnya.
"Eh tuan apa sudah gila aku suruh turun di sini" lanjut salsa dengan nada kesal. Gimana tidak kesal di buatnya tiba-tiba Devid menyuruhnya turun dari mobil. Di tempat yang sepi, tak ada satu rumah pun di setiap jalan.
" Aku masih waras, Lagian pernikahan kita hanya untuk pura-pura kenapa harus berbulan Madu. Aku juga sudah merasakan milikmu" Ucap Devid dengan nada datarnya tanpa melirik sedikitpun ke arah salsa yang terlihat masih kebingungan.
Salsa seakan mengeluarkan taringnya. Kepalanya seakan muvul tanduk dengandengusan napas semakin kasar. Menatap rajam ke arah Devid. Dalam hatinya menyesali bagaimana bisa ia tidur dengannya, Dasar wanita bodoh. Meski menyesali namun apalah daya tak bisa merubah semuanya.
Ia tak menghiraukan Devid lagi kini dia fokus terus menatap ke belakang. Mana mungkin aku turun di tempat sepi seperti ini. Dan bagaimana caranya pulang. Sudah terlanjur jauh dari pusat keramaian. Mana mungkin ia bisa pulang jalan kaki sampai rumah.
Ia mencoba untuk tetap tenang ia mencoba membela dirinya.
" Gimana kalau aku bilang ke para wartawan" Ucap Salsa melebarkan matanya dengan tatapan mengancam.
" Laporkan saja di sini tidak ada wartawan" Ucap Devid dengan nada santainya. Duduk menyilangkan ke dua kakinya dengan bersandar di kursi belakang.
Salsa berdengus kesal. Ia tak terima di perlakukan seperti ini oleh Devid. Ia membiarkan otaknya agar mulai bekerja bepikir apa yang akan ia lakukan nantinya.
Mati aja sekalian kenapa kamu hidup manusia es yang menjengkelkan.
Salsa berdecak kesal dalam hatinya. Seakan emosi sudah menggebu-gebu dalam jiwanya.
" udah cepat turun. Apa mau aku yang akan menarikmu turun dari sini. Melemparmu ke jalanan" Ucap Devid tegas. Namun tak membuat salsa takut sedikitpun. Ia masih berusaha untuk tetap sabar dan mulai membalasnya nanti jika bertemu kembali.
Memang sebelumnya ia sudah merencanakan dengan Dea untuk saat berbulan Madu dan saat itu pula Dea datang ke tempat di mana Devid dan Salsa akan bulan Madu. Ia ingin nengulur waktu Salsa agar ia tidak melihatnya saat berhubungan nanti bersama Dea.
Salsa menghela nafasnya kasar. Ia beranjak turun lagi tanpa pikir panjang membanting pintu mobilnya kasar hingga tertutup rapat. " Dasar gila" Gumam Salsa menendang ban mobil membuat ia meringis kesakitan.
Bahkan Devid pun tak perduli dengannya. bagaimana caranya dia nanti bisa sampai ke Vila. Dia yang tak tahu di mana ia sekarang berada.
" Aku tunggu kamu di Vila yang tertulis di alamat itu. Kamu bisa baca kan?" Tegasnya mengulurkan secarik kertas alamat Vila Devid yang akan di tuju nanti.
Devid memegang pundak sopirnya. Tanpa banyak bicara, seraya sopir itu sudah tahu apa maksud Tuannya menepuk pundaknya. Ia perlahan mulai menjalankan mobilnya sesuai perintah dari Devid. Tanpa menggubris Salsa yang terus berdecak kesal di belakangnya. Bahkan masih teriak, ngomel-ngomel gak jelas.
Salsa terdiam sejenak memandang mobil Devid yang sudah melaju jauh di depannya.
Tatapannya seolah mengatakan jika Devid benar-benar tega telah mencanpakaknya begitu saja di pinggir jalan. Tanpa kasih uang ataupun minum untuknya.
Salsa mulai melangkahkan kakinya serentak mengikuti irama angin sepoi-sepoi yang kenemani perjalananya. Bahkan dia tak berhenti bedecak kesal di setiap langkahnya.
" Ih sialan banget sih" Gumam salsa menendang kaleng yang ada di depanya. Dengan gaun putih yang masih ia pakai. Dirinya harus jalan kaki sampai ke vila. Gaun yang sangat panjang membuat langkahnya, tidak bisa cepat seperti baiasnya. Ia harus menarik gaunya agak ke atas agar bisa berjalan dengan normal.
Di jalan itu nampak sangat sepi tak ada mobil satu pun melintas di sampingnya. Padahal ia berharap ada seseorang yang mau menumpanginya sampai ke vila. Kini harapanya pupus tetesan keringat sudah membasahi wajah putihnya dengan balutan make up tipis.
" Awas aja tuh orang beraningnya nurunin aku di tengah jalan" Pungkas Salsa dengan nada kesal di selimuti hati penuh kemarah.
Dengan bibir terus ngomel-ngomel gak jelas bahkan lebih parah dari pada emak-emak yang suka bergosip. Salsa mengangkat gaunnya yang terasa sangat berat membebani langkah kakinya. Ia meneruskan lagi perjalananya dengan perasaan kesal yang menyelimuti hatinya.
" aku akan balas dia jika sampai di sana" Gumam Salsa dengan wajah nampak mulai memerah. Hingga hampir 1 jam berjalan. kini wanita itu mulai tak sanggup lagi kakinya sudah merasa sangat lelah bahkan kini tenggorokkannya teterasa sangat kering. Ia terus menoleh ke belakang berharap ada mobil yang setujuan dengannya. Namun hasilnya tetap sama tak ada satu pun mobil yang lewat melintas.
" aku berharap ada yang datang" Gumam Salsa mendongakkan kepalanya ke atas, memejamkan matanya memohon agar ada yang melintas agar ia bisa menumpang padanya. Kakinya suah tak sanggup lagi berdiri tegap bahkan matanya terasa samar tak begitu jelas pandangan di depannya.
Cuaca yang sangat panas hari ini. Terik matahari menembus langsung ke kulit putih Salsa. Dengan balutan gaun putih yang masih mrnempel erat di tubuhnya.
Tak lama sebuah mobil mewah melintas dengan kecepatan tinggi,dan tiba-tiba berhenti tepat di depan Salsa.
Mata wanita itu mulai berbinar seketika bagaimana tidak baru saja ia mohon tuhan sudah mengabulkannya. Seorang lelaki keluar dari mobil Sport berwarna hitam pekat itu. Bahkan ia memeiliki mobil paling langka hanya ada 5 di seluruh dunia dengan warna yang berbeda.
Matanya mulai berbinar ada seorang pangeran penolongnya. Dan berharap ia akan membawanya ke Vila Devid untuk memberi pelajaran padanya.
" Siapa dia?" Gumam Salsa. Ia memberanikan dirinya dengan langkah sangat berat berjalan perlahan mendekati mobil itu.
Seorang lelaki keluar dengan jas hitam baju lengan panjang berwarna biru tua. Ia menoleh ke belakang dengan menarik jasnya agar terlihat lebih rapi. Padahal sih jasnya tidak kenapa-napa dan masih terlihat licin dan rapi. Lalu membenarkan dasi yang sudah terikat rapi menghiasi kerah kemejanya.
" Devian?" Gumam Salsa dengan mata melotot seketika. Bagaimana bisa Devian ada di sini dan mau kemana dia. Pertanyaan itu munvul bertubi-tubi dalam hatinya. Apa dia juga akan ke vila Devian atau menuju ke suatu tempat. Ia juga tidak tahu pasti kemana tujuan dia.