Dua hari berlalu dengan berbagai masalah dan pertengkaran. Meski David yang membayar dia. Tetapi Salsa tak mau mengalah begitu saja. Karena itu bukan prinsip hidupnya. Dia selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik dalam hal perjanjian. Bukan soal perasaan. Meski diam-diam memendam rasa dengannya.
"Sa, ada yang cari kamu?" ucap seorang laki-laki yang tiba-tiba menepuk pudaknya. Soktak membuat dia membuyarkan semua lamunannya.
"Siapa?"
"Laki-laki, udah lumayan tua," gumam laki-laki yang sekarang duduk di sampingnya.
Laki-laki tua? Apa itu David? Kalau iya ngapain juga di sini.
"Hai..." gumam David, meraih buku Salsa di tangannya.
Salsa berdengus kesal, meraih kembali buku dari tangan David, dengan wajah kesalnya.
"Aku lagi sibuk bisakah kamu pergi sekarang." ucap Salsa, ia ingin belajar bukan hanya ingin nenghindar dari David. Tapi ia memang serius ingin belajar, karena Salsa ingin masuk ke perguruan tinggi yang ia idamkan dari dulu.
"Kamu nanti pulang denganku, ya." ucap David, pada Salsa yang sibuk mantengin bukunya.
"Gak mau, lagian kamu bukannya kerja, dan kamu pastinya juga nganterin Dea dulu nanti, aku malas menunggu"ucap Salsa jutek "Lagian aku bisa pulang sendiri. Aku gak mau merepotkan orang lain"ucap Salsa, dengan jemari membalik halaman berikutnya di buku yang ia baca.
"Gadis ini benar-benar beda, semangat belajarnya tinggi, tapi dia galaknya minta ampun. Tapi entah kenapa aku semakin suka dengan sifatnya yang tidak mau menyerah, dia galak-galak tapi gemesin, dan aku suka ganggu dia dan bikin dia kesal, jika kesal akan semakin menarik bagiku." Batin David, menatap detail wajah manis Salsa saat sibuk dengan buku pelajaran yang ia baca di depannya.
"Jika aku tidak mengantar Dea, apakah kamu mau pulang denganku." ucap David, mendekatkan wajahnya ke arah Salsa.
Salsa yang merasa risih dengan pandangan David, ia kenutup bukunya, dan menatap tajam ke arahnya.
"Bisa jauhkan wajah kamu gak, aku lagi sibuk baca." ucap Salsa kesal, meninggikan suaranya.
"Sa, kenapa kamu sama suami kamu sendiri marahan gitu"ucap Seorang lelaki yang duduk di sampingnya. Kebetulan dia sangat kenal dengan Salsa, dan ia tahu gosip tentang Salsa yang beredar luas di kalangan sekolah. Jika dia menikah dengan anak dari pemilik perusahaan Morgan. Perusahaan terkaya di kota ini.
Lelaki yang selalu muncul di Tv, karena pemberitaan skandalnya. Pacaran dengan seorang wanita cantik yang berprofesi sebagai artis.
"Tu, bener apa kata teman kamu?" ucap Devid, melipat ke dua tangannya di meja, menatap dekat ke arah Salsa di depannya.
Salsa menatap David dengan tatapan tajam. "Oo. tadi aku hanya bercanda dengan dia, ya begitu emang dia suka jahil." ucap Salsa, mencoba mencari alasan. Ia tidak mau ada gosip yang tidak-tidak di sekolahannya.
Ia tersenyum manis di depan David, agar temannya itu tidak salah paham. "Oo. ya sudah tapi jangan berisik di sini"ucap lelaki di samping Salsa.
"Baiklah, kalau gitu aku pergi dulu ya. tapi ingat jangan pulang dulu sebelum aku jemput kamu. Kamu harus pulang dengan suami kamu, jangan dengan lelaki lain aku tidak suka," ucap David, tanpa di jawab oleh Salsa, wanita itu hanya tersenyum tipis dengan tatapan melotot ke arah David.
David bangkit dari duduknya, segera pergi dari perpustakaan itu. Masih banyak pekerjaan di kantornya. Ia datang ke sekolahan Salsa hanya ingin memastikan dia, berteman dengan siapa saja. Laki-laki atau perempuan.
Entah kenapa saat kerja tadi hatinya selalu gundah, ingin melihat Salsa di sekolahanya. Dia khawatir dengannya, padahal Dea sudah ada di sampingnya. Sebagai sekertarisnya, yang awalnya adalah seorang artis yang berada dalam perusahaan manajemennya. Namun dia sekarang melepaskan perusahaan itu untuk Alan. Dan dia yang menjalankan manajemen artis itu.
"Syang kamu kemana saja?"ucap Dea, yang selalu menempel seperti perangko pada David.
"Lepaskan aku, ini sekolahan jangan tunjukan kemesraan kita di sini." ucap David, menepis tangan Dea.
"Kenapa kamu jadi berubah"tanya Dea kesal.
"Siapa yang berubah, aku ingin kamu tahu tata krama di sekolahan. Kamu pernah sekolah, kan. Sudah sekarang kamu mau ikut denganku, atau aku panggilkan taksi untuk antar kamu." ucap David kesal, ia melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Dea yang masih berdiam kaku, menatap aneh pada David, yang mulai berubah dengannya.
-----000---
Bel masuk sudah berbunyi, dan Salsa juga sudah masuk ke kelasnya. Dengan membawa buku yang sudah ia pinjam dari perpustakaan tadi. Di dalam kelas sudah terlihat teman-temannya yang sudah menunggu kabar darinya. Mereka semua kepo dengan hubungan Salsa dan David.
"Eh.. kenapa kalian semua memandangku seperti itu?" tanya Salsa, menatap aneh pada semua teman sekelasnya.
Kebetulan hari ini, guru belum masuk ke kelasnya. Mungkin agak telat, jadi semua siswa berkumpul melingkar di tempat duduk Salsa.
"Sa, cepat sini." ucap Jeni memanggil temannya itu.
"Kenapa kalian di situ, apa kalian gak tahu di belakangku ada guru." ucap Salsa, membuat mereka langsung meloncat dan kembali ke tampat duduknya masing-masing. Sifat Salsa yang suka blak-blakkan pada semua orang, membuat ia banyak teman di sekolahannya.
"Sa, mana gurunya?" tanya salah satu teman sekelasnya.
"He.. he gak tahu." ucap Salsa, tersenyum menoleh ke belakang.
Tak lama guru datang, mereka belajar dengan tenang. Tanpa ada keributan lagi. Dan salsa terselamatkan dari gaduhan teman-temannya. Karena kedatangan guru pengganti yang masuk ke kelasnya.
Bel pulang sekolah menggema keseluruh penjuru sekolahan.
Hingga jam pelajaran-pun selesai, Salsa segera memasukan semua bukunya ke dalam tas. Ia langsung berlari meninggalkan ke dua temannya sebelum di serbu berbagai pertanyaan lagi dengan teman-teman sekelasnya.
"Hahh.. capek," ucap Salsa, yang berdiri di depan gerbang sekolahan. Ia bingung harus pulang dengan siapa. Dengan napas masih ngos-ngosan, ia memutar matanya, menatap sekelilingnya. Tidak ada Devid, dan mobil Devian juga sudah tidak ada di halaman sekolah.
"Huff, aku pulang dengan siapa sekarang. Devid katanya mau jemput aku tapi dia juga gak datang" Decak Salsa kesal, menghentakkan kakinya berkali-kali.
"Ih. tapi kenapa aku harus harapin jemputan dari David, lelaki itu nyeselin. Dari pada aku jadi sasaran dia, lebih baik aku pulang saja sendiri. Lagian juga pasti David pulang dengan Dea, pacar kesangannya itu." gerutu Salsa kesal.
Ia mulai melangkahkan kakinya, berjalan menuju ke jalanraya yang tak jauh di depannya.
"Shiiiiitt."suara rem mobil berhenti tepat di depan Salsa membuatnya terkejut. Bahkan ia kira hampir saja menabraknya, membuat jantung Salsa terasa mau copot.
"Ayo cepat naik"ucap David, membuka kaca mobilnya.
"Gak mau!" ucap Salsa kesal.
"Cepat naik." Pinta David semakin meninggikan suaranya.
Salsa terdiam, jika dia tidak naik. Lagian mau naik apa pulangnya. Uang juga tidak punya. "Ada Dea gak di dalam?" tanya Salsa kentus.
"Emangnya kenapa?" tanya David, menatap bingung pada istrinya itu.
"Ya, kalau memang ada aku pulang jalan kaki saja." ucap Salsa, melangkahkan kakinya ke belakang. Mencari jalan lain.
David menyetir mundur mobilnya menghalangi jalan Salsa. "Kamu mau pergi kemana? Kamu yakin mau jalan kaki? Aku akan bawa kamu pulang bersamaku, di sini gak ada Dea." ucap David, seketika Salsa langsung menoleh ke arah David. Ia senang gak ada Dea, entah kenapa meski sebagai istri sementara tapi hatinya gak suka jika Devid pergi dengan wanita lain.
"Boleh masuk?" tanya Salsa ragu-ragu.
Devid tersenyum melihat Salsa yang malu-malu. "Boleh, masuklah."ucap David, membukakan pintunya dari dalam.
Tanpa banyak bicara Salsa segera masuk ke dalam, dan duduk santai bersandar di kursi mobil.
"Kamu mau makan apa?" tanya David.
"Makan?" tanya Salsa semakin bingung.
"Iya, aku mau ajak kamu makan di luar, kamu gak mau?" tanya David.
"Ehh... "Salsa tak bisa berkata apa-apa pagi. Ia bingung antara jawaban iya atau tidak. Lagian dia juga tidak tahu apa yang di rencanakan David selanjutnya.
"Eh. bukanya kita mau pulang ke rumah jenguk Alan" ucap Salsa, yang baru teringat dengan Alan lagi.
"Iya, jenguk bisa nanti, aku mau ajak kamu makan di luar dulu"ucap David, tersenyum tipis ke arah Salsa.
Tumben banget nih orang ngajak aku makan di luar, kesambet setan dari mana dia. Dan semyumnya itu, Ih.. kenapa hari ini aneh banget sih, gerutu Salsa, mengusap kepalanya, hingga rambutnya berantakan.