webnovel

Sepenggal cinta

Dewi adalah gadis pinggiran di kota ini. Dia dari keluarga sederhana. Orang tuanya bekerja serabutan. Ibunya terkadang buruh nyuci di rumah-rumah warga sekitar.

Kerja keras dan berhemat adalah life style turun temurun dari keluarganya.

Dia bekerja pada pabrik konveksi pada siang hari dan bekerja paruh waktu pada salon kecantikan milik warga Tionghoa.

Dewi melambaikan tangannya memberi isyarat taxi untuk berhenti. Namun beberapa taxi yang coba dihentikan belum juga ada yang mau berhenti. Selalu berisi penumpang.

Gerimis malam ini mulai turun, menambah dinginnya malam. Sudah semakin larut mendekati dini hari, namun belum menemukan taxi kosong Entah kenapa malam ini sangat ramai sehingga semua taxi mengantar penumpang.

Dengan rasa kesal Dewi kembali duduk di bangku taman. Dia membayangkan kalau seandainya tabungannya cukup untuk membeli kendaraan roda dua. Mungkin dia sudah bebas mau kemana saja dan kapan saja. Lagipula itu akan menghemat pengeluaran.

Sudut kota yang menyala meriah selalu hidup. Sepanjang jalan padat merayap. Lampu-lampu kota menambah bingar suasana.

Dewi semakin lesu di bangku taman sendirian.

Tiba-tiba datang seorang pria yang tidak dia sadari darimana datangnya. Pria itu langsung mendekat.

"Mau kemana nona?" tanyanya lembut dan ramah

Dewi terhenyak kaget. Dia baru menyadari ada seorang pria di depannya.

"Maaf anda siapa?" tanyanya spontan

Seorang pria berbadan tegap memakai kemeja warna gelap dimasukkan dengan ikat pinggang besi yang terlihat rapi.

"Kebetulan saya lewat sini apakah nona tidak keberatan bisa saya mengantarkan nona ke tempat tujuan?" kata pria itu menawarkan diri.

Dewi bingung menjawab. Bagaimanapun juga dia sangat membutuhkan bantuan itu. Diliriknya pria itu.

"Tampan juga" ucapnya dalam hati.

Akhirnya Dewi memutuskan untuk menerima tawaran pria itu.

"Saya ingin pulang, tapi belum ada taxi. Dari tadi taxi selalu ada penumpangnya" katanya lirih agak malu-malu.

"Untuk jalur ini kendaraan penumpang roda dua tidak diperkenankan masuk. Kalau mau cari Grap atau gojek harus jalan setengah kilometer. Saya sudah capek!" Dewi menjelaskan permasalahannya pada pria tersebut.

"Saya bersedia kok mengantar!" pria tersebut tersenyum ramah penuh keyakinan.

Dewi hanya menjawab dengan senyuman.

Walaupun dia sudah bekerja sejak lulus SMA hampir 2 tahun belakangan ini namun sifat lugunya masih terpelihara.

Dewi memang gadis biasa yang tidak mengenal bar dan diskotik, tidak pernah kelayapan di dinginnya malam. Kencan dengan priapun juga tidak pernah.

Dia bekerja di salon yang berada pada Real Estate Trade Center. Dia sungguh beruntung karena yang keluar masuk di situ hanya orang-orang elit.

Dewi segera mengikuti pria tersebut menuju tempat parkir mobil. Mobil mewah warna hitam. Interior di dalamnya sangat mewah dan berkelas.

Dengan hati yang sangat senang dia segera duduk di samping pria tersebut.

Hatinya takut campur senang. Jantungnya berdetak kencang. Pria itu membuatnya terpesona.

"Panggil saja saya Rio. Saya juga bekerja di sini!" pria itu membuka obrolan. Hangat dan bersahabat.

Diam-diam Dewi merasa tertarik. Dia tersenyum-senyum.

"Terimakasih mas Rio bersedia mengantar saya!" Dewi berusaha mengakrapinya.

Rio memandang wajah Dewi dengan senyum lembut dan menawan.

Dewi semakin tersipu malu. Perasaan suka pada pria itu muncul begitu saja.

Mereka asyik saling mengenalkan diri. Seolah tidak menyadari tangannya merambat di paha Dewi, Rio tetap tenang berkendara.

Namun Dewi menyadari jemari itu mengusap pahanya lembut. Tapi dia bingung harus berbuat apa. Dia ingin menolak tetapi takut. Dewi merasa semakin tidak nyaman.

Jemari itu merayap lembut mendekati selangkangannya. Dewi menahan nafasnya.

Gerakan itu membuat Dewi panas dingin. Nafasnya turun naik menahan hasrat. Dia sadar ini tidak benar. Dia segera menepis tangan itu.

"Ehhh jangan..." suaranya berat menahan hasratnya sendiri.

Rio memahami gelagat Dewi. Tapi dengan tenang dialihkannya suasana. Ria menarik kembali tangannya.

Namun tak lama jemari itu merayap kembali dengan penekanan kulit yang lembut. Hangatnya jemari Rio seolah menembus kain rok yang dikenakan Dewi.

Dada Dewi turun naik. Tanpa di sadarinya dia telah membiarkan jemari itu merogoh selangkangannya.

"Ahhhh......! jeritannya lepas begitu saja.

Rio menarik tangannya lalu menepikan mobilnya.

Sementara Dewi ternganga mengatur nafasnya. Entah apa yang dirasakannya.

"Kamu tidak apa-apa?" Rio mendekatkan wajahnya dan kedua tangannya memegang badan Dewi seolah hendap mendekapnya.

Ditatapnya wajah Dewi lekat-lekat.

Dewi terkulai dipelukan Rio seolah tidak menyadari bahwa mereka baru kenal.

Rio merogoh dada Dewi perlahan.

"Tenanglah tidak apa-apa!" Rio berbisik ditelinga Dewi dengan lembut dan mesra.

Diremasnya buah dada Dewi sambil mendesah. Dewi menggeliat.

"Jangan!" Dewi hendak mendorong tubuh Rio yang hampir menempel pada tubuhnya. Namun Rio dengan cekatan mengendalikan tangan Dewi. Sementara tangannya yang lain menggrayangi buah dada Dewi. Diremas-remasnya.

Rio menciumi leher Dewi. Cumbuannya itu membuat Dewi terangsang dan membiarkan Rio melakukannya.

'Auchhhh...." Dewi berusaha meronta takut Rio akan berbuat lebih dari ini.

"Ssssssttt..." Rio kembali menenangkannya.

Jarum jam sudah menggelincir. Dewi belum sampai di rumahnya.