webnovel

Buka Hatimu...

Pukul 09:47 menit. Mereka menginjak Bandara Internasional Jeju.

Azka mendorong kursi roda yang sudah di duduki Sabrina. Mereka menunggu taxi yang di pesan Azka. Azka menatap layar ponselnya. Sambil merilik ke Sabrina, dengan wajah lesu. Ada sedikit perasaan menyesal dari Azka karena telah memaksa orang yang di cintainya.

"Ha ... a ... ha ... Buka hati ... mu, bukalah sedikit untuk ku, sehingga." Azka menyanyi tiba-tiba dan hanya sedikit. Mobil tiba.

"Oke. Go go go." Azka membopong Sabrina, Sopir membukakan pintu mobil, Azka memasukkan Sabrina ke dalam mobil.

Di dalam hati Azka berkecamuk semua rasa menjadi satu, setelah mendengar pengakuan Sabrina. Jika Sabrina tidak memiliki rasa lagi untuknya. Azka memasukkan kursi roda di bagasi, lalu ia masuk mobil. Duduk samping supir.

"Nih," Azka memberi biskuit coklat yang tak asing bagi Sabrina. Mobil jalan.

"Better, dari Indonesia?" Sabrina terkejut.

"Iya. Obat anti galau.

Biasalah, katanya better anti galau tetap saja masih galau, jantungku terhempas kesana-kemari. Hati ku remuk redam. Rasanya aneh. Untuk apa ku katakan.

Menyesal aku. Cepat makan." Ungkapan sidikit menyinggung Sabrina. Namun Azka membukakan jajan yang di bawa jauh-jauh lalu memberikan tanpa menatap wajah ayu rupawan dari Sabrina, Sabrina menerima biskuit itu.

"Kau harus membuka hati untuk orang lain Kak," tegur Sabrina. Azka tak menghiraukan.

"Aduh cara bicara.

Go Rahman Masjid jeju." Ucap Azka ke supir.

"Akhu bisya sedikit, bahasa Indonesia." Terang supir itu. Berbicara bahasa Indonesia dengan logat Korea.

"Alhamdulillah, dari Indonesia? Oh kan temannya Om Robet," kata Azka.

"Iya. Tapi saya asli korea dulu 4 tahun belajar agama di Indonesia islam." Jelas Supir. Azka mengangguk-angguk.

"Ehm, saya akan menyewa Anda, eh Mami sudah bilang pasti ya?" tanya Azka senang dapat supir bisa Bahasa Indonesia.

"Dengan sangat senang, kalho ke Masjid Rahman jauh." Walau berat berbahasa Indonesia namun menurut Azka sudah jelas dan bisa di fahami.

Sabrina menatap jalanan indah, dengan diam, memandang dari luar kaca.

Pak. Apa orang sini ada yang patah hati? Broken heart." Pertanyaan konyol Azka langsung membuat Sabrina menatapnya.

"Karena di dramanya kan romantis, karena juga orang wanita pada kebawa perasaan tuh lihatnya. Faham kan ..." lanjut Azka.

"Yes, Banyak yang patah hati lalu ...

kamu tahu lah."

"Anjlok pak!" Seru Azka. Sabrina menahan tawa.

"Hehehe. Mana tahu anjlok," sahut Sabrina.

"Apa tuh Om. Indahnya ..." Azka takjub dengan yang di lihat, melihat pandangan ke arah langit lalu menunjuk.

"What?" Semua ikut mencari ke arah langit termasuk Sabrina yang dibuat penasaran.

"Di mana?" lanjut supir. Azka memutar arah telunjuknya.

"Di kursi belakang ada yang tertawa." Jawaban Azka sangat menjengkelkan.

Namun tersirat senyum manis gadis yang dicintainya. Ia kembali menatap ke luar kaca. Sabrina melepas cadar setelah kecelakaan itu. Dia juga sudah memakai jilbab merah jambunya dia memakai jilbab warna lain.

*****

Sungguh maha kuasa Allah yang maha menciptakan. Manusia di jodohkan untuk saling menghiasi. Bumi di beri alam yang indah untuk di nikmati.

Tanaman, pantai, air terjun ada di pulau Jeju serasa surga dunianya Korea. Namun dalam keadaan Sabrina yang lumpuh kakinya ia tidak bisa menikmati itu semua.

"Alhamdulillah," puji pelan Sabrina memandang ke luar kaca. Azka terus memperhatikan Sabrina yang memandangi alam, is magic dari Allah untuk negeri gingseng.

"Saya Azka? Om?" tanya Azka ingin tahu nama supir yang membawanya.

"Saya. Abdullah." jawab supir itu.

"Anda islam?" tanya Azka lebih lanjut.

"Yes, saya mua'laf, saya tertarik dengan agama islam. Ketika mengantar musafir, dari Indonesia. Dia baik dan selalu menolong saya. Waktu itu keadaan saya parah. Istri sakit anak juga sakit. Dan uang pun tidak ada. Dia menginap di rumah saya, melihat keadaan rumah dia memberi bantuan. Setelah di bantu saya ikut ke Indonesia. Saya tertarik dengan kemudahan agama. Kebaikan, keramahan sesama muslim. saya belajar keras agar bisa berbahasa Indonesia dengan baik. Saya juga belajar membaca Iqro' lalu juz Amma. Di sini juga sudah mulai banyak yang mempelajari islam." Cerita Om Abdul.

"Kalian tidak ingin berfoto?.Biasanya para wisatawan minta di hentikan di sini untuk sua foto." Lanjut lebih jelas dari Om kim.

"Bu ... bhu ...." Azka memainkan bibirnya.

"Apa maksudnya?" tanya Om Abdul.

Sabrina kembali menahan tawa.

"Maksudnya ... aku juga tidak tahu. Emmm, tanya gadis itu." Azka melemparkan pertanyaan yang di ajukan Om Abdul ke Sabrina.

"Apa Nona?" Dengan polosnya Om Abdul di bodohi Azka.

"Bu ... bu kan? Artinya. Kurang kerjaan," jelas Sabrina.

Wajah Om Abdul semakin bingung dengan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Sabrina dan Azka tertawa melihat kebingungan Om Abdul. Azka melihat tawa Sabrina dari kaca.

"Aku terbodohi," gumam Om Abdul.

"Maaf." Mereka berhenti tertawa.

'Aku bahagia Sabrina, cukup dengan kekonyolanku, kau akhirnya tertawa lepas. Aku kembali meng klik kan hatiku.'

Batin Azka, lalu memandang ke luar kaca.

Pemandangan yang menajubkan dari negeri gingseng itu. Bagaimana tidak jalannya saja sudah sangat indah dan romantis. Jalanan ini di sebut 10 Km, atau jalan Noksan-ro.

Bunga kuning memenuhi hamparan ladang di penuhi dengan keindahan, kesuburan bunga Colona. Yang berwarna kuning indah. Pohon bunga sakura pun berjejeran di pingir jalan menambah keromantisan di jalan cinta.

Azka datang di bulan Maret musim semi di Korea.

'Ya Allah. Subhana Allah.

Musim apa pun hanya kau yang memikat hati ku, aku rindu merah jambu, aku rindu cadarmu. Maaf dulu aku pernah menyemburmu dengan buah apel yang ku kunyah. Eh ... Sabrina Anaya. Aku saranghe.' kata Azka dalam hati.

Walau pandangannya, ke arah bunga yang indah namun. Ia tidak bisa berhenti memikirkan gadis yang duduk di belakangnya.

Om Abdul sengaja menghentikan mobil di pinggir jalan di bawah pohon sakura.

Sejenak Azka membuka pintu mobil dan menikmati keharuman dan keindahan bunga di pulau Jeju. Angin bertiup sepoi manambah kesejukan walau mentari sangat terik.

"Mau berfoto, ayolah nikmati ini." Bujuk Azka, Sabrina malah terharu.

"Kau terlalu mencintaku, dan aku menyakitimu. Berhentilah mencintaiku kak ..." jelas Sabrina.

Azka turun mengambil kursi roda lalu membopong Sabrina, Sabrina hanya menatapnya, Azka menatap kosong. Lalu mendudukkan Sabrina di kursi roda lalu mendorongnya.

Yang tahu isi hati Sabrina hanya Allah. Juga cintanya yang tahu hanya Allah.