Happy Reading ❤
Sudah 3 hari Banyu menemani Gladys di acara fashion week. Untuk mempermudah, Banyu tidak menginap di hotel van Schuman melainkan menginap di motel yang berdekatan dengan tempat Gladys menginap.
"Nyu, kenapa elo nggak menginap disini saja?" tanya Ghiffari saat Banyu menolak menginap di hotel yang sama dengannya.
"Nggak papa bang, menghindari fitnah."
"Lho, kalian kan nggak sekamar. Apalagi ada aku dan Khansa yang juga menginap disini."
"Bang Ghif dan Khansa kan lebih sering di kamar daripada bersama kami."
"Ya tapi... "
"Gue nggak mau dianggap memanfaatkan Gladys. Kalau gue tinggal di hotel ini, orang akan beranggapan gue cowok matre yang morotin duit Gladys, bang."
"Anggap saja ini bonus dari gue, karena elo mau jadi bodyguard dia selama di Bali."
"Kayaknya bukan cuma bodyguard deh, Yang. Memangnya kamu nggak perhatikan wajah Gladys cerah banget sejak ada mas Banyu." sindir Khansa sambil mengerling pada Gladys masih asyik menyantap makan siangnya. Yang disindir terlihat tak pedulli
"Beneran dek? Kalian rujuk?" tanya Ghiffari tak percaya.
"Rujuk? Memang kapan nikah? Kapan cerai? Kok tau-tau sudah rujuk aja," Gladys balik bertanya. Sementara Banyu yang duduk di samping Gladys hanya mampu menahan tawa. Tentunya tak sopan menertawai bos di depan istri dan adiknya.
"Ah, ternyata ada nggak ada Banyu, sikap lo tetap menyebalkan, dek." sungut Ghiffari kesal.
"Kan abang yang aneh. Kita berdua belum menikah, belum pernah cerai kok tau-tau rujuk," ucap Gladys tak mau kalah. Ghiffari baru mau menyahuti saat dilihatnya Khansa memberi kode untuk diam.
"Maaf bang, kami baru akan mulai mencoba lagi lebih tepatnya." Banyu menengahi sebelum terjadi perdebatan antara bos dan 'calon istrinya'. Ah, rasanya masih nggak percaya menyebut Gladys sebagai calon istri, batin Banyu.
"Bagaimana perasaan lo saat ini kepada Gladys, Nyu? Apakah sudah mulai ada rasa atau hanya karena kasihan makanya elo mau kembali menjalani ini bersama adik gue?" tanya Ghiffari penasaran.
"Bang, nggak usah bahas masalah perasaan. Biarkan kami berdua menjalani ini dan bersama menemukan rasa itu," potong Gladys. "Kenapa semua orang harus peduli bagaimana perasaan Banyu kepada Gladys?"
"Itu wajar, princess. Sebagai seorang kakak, bang Ghiffari tentunya tak ingin kamu terluka. Akupun sebagai kakak juga tak menginginkan Nabila hatinya terluka." Banyu berusaha menenangkan Gladys yang tampak mulai emosi. "Bang, gue nggak berani menjanjikan apapun. Tapi gue mau mencoba belajar mencintai dia. Sama seperti dia terus belajar mencintai gue. Akan berakhir seperti apa hubungan ini, gue juga nggak tahu. Gue berharap akhirnya bisa bahagia untuk semua."
"Dek, kenapa bukan Lukas yang jelas-jelas mencintai lo sejak dulu?"
"Bang, hingga saat ini gue masih belum bisa menerima cinta Lukas, walau banyak yang bilang lebih baik dicintai daripada mencintai. Lagipula gue nggak merasakan kenyamanan saat bersama dia. Entahlah, mungkin karena gue belum pernah menghabiskan waktu bersamanya."
"Jadi mau lo gimana Dys? Benar-benar fokus pada Banyu atau tetap membuka peluang untuk Lukas?" tanya Khansa pada sahabatnya.
"Entahlah. Mungkin aku akan menjalani dengan keduanya. Apakah itu serakah?"
"Gila.. elo mau jadi player?" tanya Ghiffari tak percaya. "Gue sebagai lelaki nggak bisa terima digituin sama pasangan gue."
"Bang, gue dan Banyu mencoba menjalani ini. Nggak ada yang tahu apa yang akan terjadi nanti. Bisa saja kami lanjut, atau mungkin berpisah. Gue mengambil pelajaran untuk tidak terlalu mencintai seseorang. Mencintai secukupnya saja."
"Elo bisa begitu, Dys?" tanya Khansa khawatir. "Perempuan susah menggunakan logika saat berhubungan dengan cinta atau rasa."
"Entahlah Sa. Gue hanya ingin mencoba menjalaninya bersama Banyu."
"Jadi buatmu ini adalah proyek mencari suami dan mencintai?" tanya Ghiffari tak percaya. "Whoaa.. gue speechless. Mungkin gue yang terlalu kuno. Buat gue urusan mencari pendamping hidup dan mencintai seseorang tak bisa dijadikan sebuah proyek percobaan."
"Karena bang Ghiffari tak perlu mencari dan abang sudah sejak lama memilih Khansa. Buat bang Ghif wanita pendamping hidup ya hanya Khansa." Ghiffari manggut-manggut, setuju dengan ucapan Gladys.
"Menurut adek, hidup ini adalah sebuah proyek yang harus kita lakukan. Proyek yang akan berhasil atau mungkin juga gagal. Sama seperti abang menjalankan perusahaan WO yang mengerjakan berbagai event. Abang pasti akan berusaha sekuat tenaga agar event tersebut berhasil. Keberhasilan sebuah event bukan hanya tergantung pada takdir Allah tapi juga kepada orang-orang yang terlibat di dalamnya. Demikian juga perjalanan mencari pendamping hidup dan menjalani hidup berkeluarga. Semua itu proyek yang dipengaruhi oleh berbagai aspek dan butuh kerja sama yang baik bila ingin berhasil."
"Wah, adek sudah mulai dewasa nih. Bukan bocah cilik yang dikit-dikit ngambek. Dewasa banget bahasanya." ledek Ghiffari sambil nyengir.
"Harus dong. Kan sudah mau menjadi seorang istri. Iya kan Dys?" Komentar Khansa sambil menyuapi Ghiffari potongan udang. "Kecuali mas Banyu nggak keberatan punya istri yang kekanak-kanakan. Gimana mas?"
"Lihat-lihat kondisilah. Ada saat seorang istri bisa menjadi kekanakan. Misalnya saat berdua dengan suami. Namun sekaligus ia juga dituntut harus dewasa. terutama bila menghadapi masalah. Tapi aku suka melihat Gladys seperti anak kecil. Lucu."
"Cieee.... kuterima dirimu apa adanya nih?" ledek Khansa. Yang lain tertawa mendengarnya, sementara Gladys hanya bisa tertunduk malu.
⭐⭐⭐⭐
Banyu baru saja mau merebahkan diri saat terdengar notifikasi pesan masuk. Diambilnya hp dari atas nakas yang ada di samping tempat tidurnya. Jam menunjukkan pukul 22.30 waktu setempat. Siapa yang mengirim pesan? tanya Banyu dalam hati. Nggak mungkin Gladys, karena mereka baru saja berpisah setengah jam yang lalu. Malam ini adalah malam penutupan acara fashion week. Rencananya besok sore mereka akan pulang. Saat membuka aplikasi chatting, Banyu melihat nama Senja.
Senja >> Assalaamu'alaykum. Nyu, kapan balik? Setelah kamu balik, bisa kita bertemu? Ada yang mau aku bicarakan. Penting.
Banyu mengernyitkan kening saat membacanya. Hmm ada apa? Apa yang terjadi pada gadisku? batin Banyu. Apakah sebaiknya aku menelponnya malam ini? Baru saja Banyu hendak men-dial no Senja, tiba-tiba ada panggilan video. Princess. Senyum Banyu langsung terkembang melihat nama itu. Ia segera menjawab panggilan tersebut.
"Assalaamu'alaykum Princess. Ada apa? Kangen?"
"Ih, nggak ya. Cuma mau mengingatkan. Besok pagi kamu temani aku olahraga lalu sarapan di luar ya?"
"Kenapa nggak di hotel saja?"
"Aku mau menikmati sunrise bersama kamu. Bukan hanya melalui video. Tapi secara langsung ditemani kamu." Wajah Gladys memerah saat mengucapkan hal itu.
"Kenapa mukanya merah? Hayoo... membayangkan apa saat melihat sunrise besok? Kamu mau melihat sunrise sambil aku peluk?" goda Banyu.
"Iih.. apaan sih. Nggak usah mesum deh. Kamu kali tuh yang mikirnya macam-macam." jawab Gladys sambil memberengut. Melihat wajah Gladys seperti itu, Banyu tergelak.
"Nggak mesum kok. Memang aku juga mau kok peluk kamu. Sejak di hotel waktu itu aku belum pernah memelukmu seperti waktu itu." Kembali Banyu menggoda Gladys.
"Nggak mau ah."
"Kenapa?"
"Takut tergoda." Kali ini Banyu benar-benar tergelak melihat wajah Gladys yang semakin memerah karena malu.
"Princess, tidur bareng yuk," ajak Banyu.
"Hah?! Kamu sudah gila ya mas? Kita kan belum menikah, kok kamu berani-beranian ajak aku tidur bareng? Wah, otak kamu benar-benar mesum ya. Ternyata pikiran kamu dan Lukas sama-sama error. Dasar cowok!" Kali ini raut wajah Gladys berubah menjadi marah. Ia tak menyangka Banyu akan mengatakan hal seperti itu.
"Lho, kok marah?"
"Ya marahlah. Kamu menganggap aku wanita gampangan? Mas, aku memang memintamu menjadi calon suamiku. Tapi bukan berarti aku mau menyerahkan tubuhku kepadamu saat ini." jawab Gladys kesal.
"Kenapa harus marah. Aku kan nggak mengajak kamu berbuat yang aneh-aneh. Aku hanya mengajak kamu tidur bareng."
"Mengajak tidur bareng seorang wanita yang belum sah menjadi istri, kamu bilang bukan perbuatan aneh. Aku nggak menyangka pemikiran kamu sebebas ini, mas. Jangan-jangan ko***m yang waktu itu beneran punya kamu."
"Ya ampuuun. Pikiran kamu tuh yang aneh, Princess. Pikiran kamu yang mesum. Bukan pikiranku."
"Kok jadi aku yang aneh?"
"Iyalah pikiran kamu yang terlalu liar, Princess. Aku mengajak kamu tidur bareng saat ini...."
"Tuh kan jelas-jelas kamu yang ajak aku tidur bareng." tukas Gladys kesal.
"Dengar dulu penjelasanku, Princess. Jangan langsung dipotong. Aku ajak kamu tidur bareng itu ya sekarang ini. Kamu di sana, aku disini. Kita sama-sama tidur setelah selesai ini."
"Oh... maksud kamu bukan 'tidur bareng' yang itu?"
"Tuh kaaaan... kamu yang omes. Bukan aku." Banyu tergelak sampai pipinya terasa kencang, apalagi saat melihat wajah Gladys yang kembali memerah karena malu. Ah, ingin rasanya saat ini ia memeluk dan menyembunyikan wajah malu itu di dadanya, batin Banyu.
"Aaah... mas Banyu reseh nih. Kalau ngomong yang jelas dong. Jadi aku nggak salah sangka begini."
"Atau jangan-jangan kamu yang memang sudah nggak tahan ingin tidur bareng aku." goda Banyu setelah tawanya mereda. "Sabar ya, tunggu sampai kita sah menjadi suami istri. Aku akan mengajakmu tidur bareng di gubukku yang sederhana, Saat ini tidur bareng kita ya begini ini."
"Mas, apakah sikap kamu juga begini saat kamu masih bersama Senja?" Banyu terdiam. It's tricky question, batinnya, Diam adalah cara terbaik merespon pertanyaan seperti ini, pikir Banyu.
"Kalau kamu nggak membantah ataupun menjawab berarti benar ya mas."
"Princess..."
"Nggak papa kok, mas. Aku nggak marah. Itu kan masa lalu kamu dengan dia. Masa lalu yang nggak mungkin aku rubah. Aku hanya bisa berharap dia tetap menjadi masa lalumu dan tak akan mengganggu masa kini maupun masa depan kita nanti. Maaf aku menanyakan hal itu. Karena menurutku bagian dari berdamai dengan masa lalu adalah bisa membicarakan hal tersebut tanpa ada perasaan khusus yang menyertainya."
"Benar kata bang Ghiffari. Calon istriku benar-benar sudah berubah. Sudah kayak orang dewasa beneran." Senyum Banyu terkembang. "Terima kasih ya mau menerima masa laluku dan membantuku berdamai dengan masa lalu itu. Kuharap kamu tak cepat menyerah menjalani ini semua."
"Itu semua tergantung kamu, mas. Sudah malam, aku mau tidur ya. Besok pagi aku jemput kamu."
"Selamat tidur, Princess. Jangan lupa berdoa sebelum tidur."
"Kamu juga mas. Jangan lupa menyelipkan namaku di antara doa-doamu. Terutama saat nanti kamu melaksanakan shalat malam. Sebut namaku dalam doamu. Ingat namaku. Bukan nama Senja atau wanita lain selain ibu, Nabila dan aku."
"Kamu cemburu sama Senja?" Gladys mengangguk. "Kalau begitu kamu juga harus mendoakan agar aku bisa menghapus nama dia dari hatiku. Ya sudah sekarang matikan panggilan ini dan selamat bermimpi indah."
"Kamu yang duluan matikan." ucap Gladys.
"Nggak. Kamu duluan. Kan kamu yang telpon."
"Kok gitu? Kamu nggak suka ya lihat wajah aku?" Gladys merajuk.
"Suka, Princess. Jangan su'udzon dong. Ya sudah kalau kamu nggak mau menutup duluan, biarkan aku melihatmu sampai kamu benar-benar terlelap. Setelah kamu terlelap, baru aku akan matikan telponku. Bagaimana?"
"Mas, boleh aku minta sesuatu sama kamu?"
"Apa?"
"Aku mau mendengarmu bercerita tentang masa kecil Aidan dan Nabila. Aku ingin tahu banyak hal tentang mereka."
"Bukan mengenai aku?" Banyu pura-pura ngambek. Gladys tertawa melihatnya.
"Aku ingin mencari tahu sendiri mengenai dirimu, mas. Biarkan kamu menjadi misteri tersendiri untukku."
"Kamu kayak anak kecil ya. Minta didongengin sebelum tidur. Ya sudah, sekarang kamu ambil posisi yang nyaman, redupkan lampu kamarmu dan dengarkan aku bercerita."
Tak sampai setengah jam Banyu bercerita, di kamar hotelnya Gladys tertidur pulas dengan panggilan belum ditutup. Banyu tersenyum melihat wajah Gladys yang tertidur. Cantik dan imut, batin Banyu. She sleeps like a baby. Wait, apakah aku mulai menyukainya? Setelah memutus panggilan, Banyu meletakkan hpnya dan tertidur dengan senyum terukir di bibir.
⭐⭐⭐⭐
sudah setengah jalan kok belum ada yg komen? Ayo ramein komennya
jangan lupa giftnya ya
Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!
Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!
Adakah pemikiran tentang kisah saya? Tinggalkan komentar dan saya akan menmbaca dengan serius