Audia menjulurkan tangan, mengelus tangan Alvin yang tengah memegang stir mobil. Wajahnya tampak serius sekaligus kesal, karena terjebak macet. Membuat nyali Audia menciut. Teringat wajah pak Mandala yang tengah memarahi mahasiswanya yang berbuat salah. Audia salah satunya.
"Maafin Didi, ya," ucap Audia dengan wajah memelas. Alvin terdiam. Kembali mengusap-usap bibirnya, pandangan matanya kembali fokus ke jalanan.
"Mas, mau?" Audia menawarkan minuman bobanya dengan wajah jenaka, mencoba mengalihkan rasa kesal yang diperlihatkan Alvin.
Alvin masih bergeming. Tidak merespon.
Merasa bersalah, dan tidak bisa membujuk Alvin, Audia memilih untuk menyerah dan duduk diam, sambil menyeruput minuman bobanya hingga tandas tidak bersisa. Matanya memandang keluar jendela. Memperhatikan mobil-mobil yang sama seperti dirinya dan Alvin, terjebak kemacetan.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com