webnovel

Malu Dekat Dengannya

Sudah jam pulang kerja, Zoya absen dengan menggunakan sidik jarinya.

Drrrttt ... Drrrttt ...

Ponsel yang berada di dalam tasnya, bergetar. Zoya meraih ponselnya itu. Telepon dari Narendra, Zoya menjauh dari teman-temannya, lalu ia mengangkat panggilan dari atasannya tersebut.

[Hallo Zoya.]

[Iya, Pak.]

[Kamu dimana?]

[Saya di basement.]

[Ya sudah, kamu ke mobil saya aja ya. Ini saya masih menunggu lift.]

[Baik, Pak.]

Narendra menutup teleponnya, lalu ia masuk ke dalam lift, menuju ke basement. Sedangkan Zoya masuk ke dalam toilet, ia menunggu teman-temannya pulang, ia tak ingin ada yang melihat dirinya pulang bersama atasannya itu.

"Mana sih Zoya, lama banget?" Ucap Narendra sambil melihat jarum jam pada jam tangan yang ia pakai.

"Nunggu siapa, Pak?" Tanya Pak Yono.

"Zoya."

"Oh, office girl yang tadi itu?"

"Iya."

Narendra kembali membuka ponselnya, lalu ia menelepon Zoya.

Drrttt ... Drrttt ...

Ponsel milik Zoya yang berada dalam genggamannya bergetar. Zoya masih berada di dalam toilet, ia tidak mengangkat panggilan dari atasannya itu. Tak lama kemudian, Zoya keluar toilet lalu ia melihat teman-temannya sudah tidak ada. Segera saja Zoya melangkahkan kakinya menuju mobil Narendra.

Tok ... Tok ... Tok ...

Zoya mengetuk kaca mobil atasannya itu, lalu Narendra membukakannya. Zoya pun tersenyum lalu masuk ke dalam mobil milik atasannya itu.

"Kamu dari mana sih? Lama banget!" Sembur Narendra.

"Maaf Pak, tadi saya menunggu teman-teman saya pulang dulu."

"Memangnya kenapa?" Tanya Narendra.

"Karena nggak enak kalau mereka melihat saya bareng pulang bersama Bapak."

Narendra merasa heran pada Zoya, karena biasanya kalau wanita lain akan merasa bangga bisa dekat dengan dirinya, tapi mengapa Zoya malah merasa tidak enak? Aneh memang.

Mobil milik Narendra sudah melaju menuju ke rumah Zoya. Zoya mengambil ponselnya, lalu menelepon Tiara, sang adik.

Drrttt ... Drrttt ...

Ponsel milik Tiara yang berada dalam genggamannya bergetar. Tiara langsung mengangkat panggilan dari Kakaknya tersebut.

[Hallo, Kak.]

[Iya Tia. Kamu siap-siap ya, Kakak mau ajak kamu dan Erina ke rumah sakit, jenguk ayah karena Ayah rindu dengan kalian.]

[Oh gitu. Ke rumah sakitnya naik apa, Kak?]

[Naik mobil.]

[Oke.]

[Kakak udah ada di jalan ya, kamu dan Erina cepat siap-siap!]

[Iya Kak.]

[Yaudah ya. Tunggu Kakak!]

[Iya.]

Tiara menutup teleponnya. Ia memberitahukan pada Erina apa yang disampaikan Kakaknya itu, lalu mereka berdua bersiap-siap.

Zoya masih berada di jalan. Sang pengendara mobil masih menyusuri jalan raya di tengah kemacetan.

"Oh iya Zoya, kamu kenapa merasa tidak enak pada teman-temanmu karena mereka tau kalau kamu dekat dengan saya?" Tanya Narendra.

"Karena Bapak itu atasan saya."

Zoya hanya bisa jujur pada dirinya sendiri bahwa ia malu dekat dengan atasannya itu karena perbedaan usia mereka yang cukup jauh, Narendra lebih cocok sebagai Om dari pada calon suami untuk Zoya.

Narendra melihat bahwa Zoya tidak memanfaatkan kedekatan dengan dirinya untuk pamer ataupun berbangga diri, dari situ Narendra bisa menilai kepolosan seorang gadis berusia sembilan belas tahun itu.

Pak Yono memberhentikan kendaraan di dekat rumah Zoya. Setelah itu, Zoya keluar dari mobil milik atasannya itu. Tak lama kemudian, Narendra pun ikut turun lalu ia mengekor berjalan di belakang Zoya. Pandangan mata tetangga yang yang sedang diluar pun tertuju pada Zoya dan laki-laki yang bertubuh tegap, yang sedang berjalan di belakang Zoya tersebut, mereka berbisik membicarakan gadis yang ayahnya sedang dirawat di rumah sakit itu. Zoya menoleh ke belakang, lalu ia menghela nafas. Yang Zoya inginkan, atasannya itu menunggu di dalam mobil saja, tidak usah ikut masuk ke dalam rumah, tapi ternyata Narendra malah mengikuti Zoya masuk ke dalam rumahnya.

"Assalamualaikum." Salam Zoya.

"Waalaikumsalam." Jawab Tiara, lalu ia melihat sosok laki-laki yang memakai kacamata hitam sedang berdiri di belakang kakaknya itu. Seketika Tiara masuk ke dalam kamarnya.

"Tia!" Panggil Zoya.

Zoya masuk ke dalam kamar adiknya tersebut.

"Kamu kenapa sih?" Tanya Zoya.

"Itu siapa Kak?"

"Itu Bos kakak di kantor."

"Bukannya orang yang mau nagih hutang?"

"Bukan!"

Rupanya Tiara trauma dengan laki-laki asing yang datang ke rumahnya, ia takut itu adalah orang yang ingin menagih hutang orang tuanya.

"Terus, kenapa Bos kakak kesini?" Tanya Tiara.

"Dia yang mau antar kita ke rumah sakit."

"Oh."

Narendra sedang duduk di kursi ruang tamu, ia sedang memperhatikan tiap sudut rumah Zoya yang sederhana itu. Tak lama kemudian, Erina keluar dari kamarnya, lalu ia melihat Narendra, 'siapa itu?' Tanya Erina dalam hati. Narendra tersenyum pada adik kandung Zoya tersebut.

"Kak, itu di ruang tamu ada siapa?" Tanya Erina saat masuk ke dalam kamar Zoya.

"Itu Bos kakak di kantor. Dia yang akan mengantarkan kita ke rumah sakit."

"Oh."

Zoya sudah berganti pakaian, ia dan kedua adiknya sudah siap.

"Yuk jalan, Pak!" Ucap Zoya. Narendra pun bangkit dari tempat duduknya.

Zoya mengunci pintu rumahnya. Sebenarnya Zoya merasa risih saat Narendra masuk ke dalam rumahnya, karena ia tahu rumahnya pasti jauh berbeda dengan rumah tempat Narendra tinggal.

"Zoya, tolong beli minuman dulu di warung untuk saya dan Pak Yono!" Perintah Narendra seraya memberikan uang dua ratus ribu rupiah pada Zoya.

"Minuman apa, Pak?"

"Air mineral dingin. Saya haus banget."

Kedua adik Zoya saling pandang, karena saat Narendra ke rumahnya tadi, tak ada satupun yang menyuguhkan minuman untuknya.

"Baik, Pak."

"Jangan lupa beli juga untuk kamu dan kedua adikmu!"

"Iya, Pak."

Zoya pun berjalan menuju ke warung terdekat untuk membeli minuman dingin. Di warung tersebut, ada ibu-ibu yang juga sedang berbelanja, ketika Zoya datang, semua mata tertuju padanya.

"Zoya, gimana keadaan Ayahmu?" Tanya Ibu Vina, salah satu tetangga Zoya.

"Alhamdulillah Ayah sudah lebih baik."

"Syukurlah!"

"Zoya, laki-laki yang tadi ke rumah kamu itu siapa?" Tanya Ibu Yuni.

Zoya malas sekali menjawab pertanyaan tersebut. Rasanya ia ingin menghindar saja dari orang yang bertanya-tanya seperti itu padanya.

"Itu Bos saya di kantor."

"Oh, kamu sekarang pacaran sama Bos? Wahh hebat ya kamu, baru kerja aja udah bisa menaklukkan hati atasan!" Lanjut Ibu Yuni.

Zoya tidak suka jika ada yang membicarakannya seperti itu. Karena memang kenyataannya ia dan Narendra tidak berpacaran.

"Dia Bos saya, bukan pacar saya!" Tegas Zoya.

"Tapi kok mau nganter kamu pulang sih?" Tanya Ibu Fatma.

Beginilah resikonya kalau Narendra menampakkan dirinya keluar dari mobil. Makanya sejak tadi, Zoya sengaja tidak ingin mengajak Narendra untuk ikut ke rumahnya.

"Iya, karena mau antar aku dan kedua adikku ke rumah sakit."

Zoya langsung membeli air mineral dingin beserta minuman dingin lainnya. Setelah ia membayarnya, ia langsung melangkahkan kakinya memghampiri Nadrendra yang sedang bersama Erina dan Tiara. Zoya memberikan air mineral dingin pada Narendra, seperti biasa, Narendra menyuruh Zoya untuk mengambil kembalian dari pembelian air minum tersebut, dengan senang hati Zoya menerimanya, lalu mereka masuk ke dalam mobil.