webnovel

. 13

Pagi ini aku berangkat ke sekolah seperti biasa. Tetapi aku merasa ada sesuatu yang berbeda dari diriku. Entah mengapa hatiku berseri bahagia.

Aku memasuki kelas seperti biasa. Keadaan yang sama masih berlangsung. Ada yang mengobrol, bermain, bercanda dan yang lain sebagainya.

Aku melihat dari kejauhan Risa dan Novi melirikku.

"Wah... wah... kelihatannya ada yang sedang bahagia nih.. " tutur Risa sengaja.

"Iya.. ya.. mukanya berubah seratus delapan puluh derajat dari yang kemarin.. " Novi tak mau kalah.

Aku segera duduk di tempatku.

"Ada apa sih dengan kalian..? " aku memasang wajah polos.

"mm... harusnya kita yang bertanya padamu.. " tutur Novi.

"kamu kemarin kenapa? "

"ah.. aku gak apa-apa.. " jawabku santai.

Novi sedikit jengkel.

"Lain kali.., cerita ke kita kalau ada sesuatu yang membuat hatimu kurang senang " Risa tampak bijak.

Aku cengengesan. Novi tampak menunjukkan muka tak biasa. Seakan-akan beranggapan 'ni anak ke sambet apa kemarin '.

Semua kembali ke tempat duduk setelah bel masuk, disusul kedatangan pak Tian, guru matematika.

Pulang sekolah..

Setelah kelas usai, aku berjalan menuju tempat parkir. Biasanya Risa searah denganku. Tetapi hari ini, ia pulang cepat.

Dari kejauhan nampak seorang lelaki sedang bersandar di ujung tembok masjid. Seperti sedang menunggu seseorang. Lama-lama, aku mengenali wajah tersebut. 'itu kan kak Alan' batinku.

Aku melihatnya dengan seksama. Dari ujung sepatu hingga ujung kepalanya. Benar ini kak Alan!

"Nis sudah selesai...?" tanyanya.

"ada apa kak?" tanyaku polos.

"enggak apa-apa lagi nunggu orang aja.. " tiba-tiba ia memasang muka bahagia.

"hari ini kamu pulang naik angkot? "

aku menggeleng.

"ibu tidak memberitahuku untuk naik angkot.. " jawabku.

Ia diam. Entah sedang berfikir atau menahan kecewa.

"Kakak sendiri, lagi nunggu siapa? "

"mm... aku sedang nunggu teman. Mungkin ia sebentar lagi datang.. "

aku bisa merasakan ada kebohongan di wajahnya.

Tak lama, temannya pun datang. Ia akhirnya berpamitan dan pergi.

Aku hanya bisa melihatnya semakin menjauh. Apalah daya, jika aku pulang naik angkot. Bagaimana nasib ojek yang menjemputku nanti.

...

Di sisi lain...

"Lan cewek tadi siapa? kayanya loe deket ya.. sama dia.. " Pertanyaan temannya itu membuat Alan harus segera menjawab.

"oh.. eh.. dia tetanggaku. Cuma tetangga biasa kok.. " jawabnya sedikit tergesa-gesa.

"mm.. apa iya.. " temannya sedikit ragu. "gue kira pacar loe"

"eh.. loe jangan seenaknya bicara ya.. tipe gue gak begitu-begitu amat kali.. " jawabannya membuat temannya sedikit percaya.

"terus.. loe gak niat pengen punya pacar gitu.. "

Alan hanya menggeleng-geleng kepala, tak tahu harus menjawab apa.

Kalau diingat-ingat lagi, ia dan Nissa dulu begitu dekat. Hampir segala yang Alan lakukan Nissa mengikutinya. Bahkan Nissa pernah membuntutinya hingga ia masuk TK. Kalau dipikir-pikir, peristiwa - peristiwa yang mereka lalui bersama adalah momen - momen yang lucu lagi menyenangkan.