webnovel

Mediterania: 87 Days

indriapendi · สมจริง
เรตติ้งไม่พอ
2 Chs

Wedding Party

6 Januari 2012

Anna berjalan di atas karpet merah, memasukki gedung mewah ala klasik dengan penuh percaya diri.

"Hai!" sapa Anna begitu sampai di hadapan Jade, wanita yang berusia empat tahun lebih tua darinya.

"Hai, Anna!" sahutnya, sembari mencium pipi kiri dan kanan Anna, lantas memperkenalkan sahabatnya itu pada tiga orang wanita di dekatnya.

"Dimana pengantinnya?" tanya Anna dengan pandangan seolah-olah tengah mencari dan penasaran. Padahal sebenarnya dia sama sekali tak peduli, sebab bukan untuk menghadiri pernikahan tujuannya datang kemari.

"Oh, mereka sedang berdansa di sana." Jade menunjuk ke arah kirinya. "Ingin melihatnya?" tanya Jade, yang kemudian di-iyakan oleh Anna.

Sembari berjalan, Jade menoleh ke arah Anna, memerhatikan wajah wanita itu cukup lekat. "Kalau aku adalah seorang pria, mungkin aku sudah tertarik padamu." Jade tak sungkan untuk memuji Anna yang memang malam ini tampil sangat cantik dibalut dress merah marun itu. "Siapa yang mendandanimu?" tanya dia kemudian.

"Adiknya Ben." Jawab Anna singkat. "Lalu dengan siapa kau datang?" kini giliran Anna yang bertanya.

"Aku diantar Juna, teman baruku di kampus."

Anna mengerutkan kening begitu melihat perubahan ekspresi Jade saat menyebut nama itu. Jade tampak menyunggingkan senyum penuh arti. "Kau menyukai lelaki itu?" tanya Anna penasaran.

"Tidak! Aku tak menyukainya!"

"Kalau begitu, izinkan aku menjadikan lelaki itu incaran selanjutnya."

Jade sontak membulatkan kelopak matanya. "Kenapa harus dia? Aku tidak setuju!" tangkasnya.

Anna tersenyum kecil mendengarnya. "Jadi akui saja kalau kau menyukainya."

◾◾◾

Acara berlangsung sebagaimana mestinya, kedua mempelai berdansa diiringi alunan musik romantis, begitu juga dengan beberapa tamu yang tentunya, tertarik untuk ikut berdansa.

Sementara sebagian lain menikmati hidangan, Anna berjalan menuju toilet. Dia menatap pantulan dirinya di cermin, merasa apa yang dipakainya malam ini--mulai dari pakaian sampai make up--tidaklah menunjukkan Anna yang sebenarnya. Jujur saja, dia merasa risih dengan semua itu, apalagi sepatu hak tinggi yang senantiasa menemani kakinya.

Sedari tadi dia berusaha terlihat percaya diri hanya karena ucapan sahabatnya pagi tadi, "Berjalan seperti ratu, atau berjalan seperti kamu tidak tahu dan tidak peduli siapa yang menjadi ratunya."

Tiba-tiba seorang wanita yang tampaknya sudah berkepala empat, memasukki area toilet dan berdiri di samping Anna. Selagi menambahkan polesan lipstik merah di bibirnya, dia mencuri pandang wajah Anna di cermin. "Ada masalah, Nak?" tanya wanita itu.

Anna tersenyum, "Tidak, aku hanya sedikit kecewa dengan salon yang mendandaniku. Padahal aku sudah membayarnya sangat mahal, tapi hasilnya tak memuaskanku."

Tidak! Anna bahkan tidak membayar sepeserpun untuk menjadikan penampilannya seperti malam ini.

"Oh, iya-kah? Padahal kelihatannya, kau sudah tampil sempurna. Baju itu sangat cocok di badanmu, dan make up-mu juga.. sangat natural."

"Hmm... Mungkin sebenarnya bukan itu. Aku hanya..." Anna menggantung ucapannya beberapa detik, "Harusnya aku datang dengan kekasihku, tapi seminggu lalu, aku malah menerima undangan pernikahannya dengan perempuan lain."

Wanita itu membulatkan matanya, tercengang karena ucapan yang dilontarkan Anna. Rasa iba pun membuatnya mendekat dan memeluk wanita yang baru pertama kali bertemu dengannya itu.

Anna kembali ke ruang utama, duduk satu meja dengan Jade diiringi senyuman. Beberapa detik pertama setelah kedatangan kawannya itu, Jade masih fokus pada topik pembicaraan wanita-wanita yang juga satu meja dengannya. Hingga kemudian, dia menyadari raut wajah Anna yang tampak berbeda dari sebelumnya. Lantas Jade mengambil ponsel di dalam tasnya, berniat mengirimkan sebuah chat.

Jade (07.44 PM) :

"Ada apa? Kau kelihatan bahagia, ada lelaki yang tertarik padamu??"

Anna yang merasakan getaran ponselnya pun segera mengeluarkan benda pipih itu dari tas cream-nya. Mengetahui isi notifikasinya, dia langsung tersenyum sambil melirik Jade seklias.

Anna (07.46 PM) :

"Aku bertemu seorang ibu di toilet. Dia mengenakan gelang emas di pergelangan tangannya, dia juga mengenakan kalung emas berliontin permata. Setelah memasukkan lipstik, sepertinya dia lupa tak menutup kembali resleting tasnya. Aku mengarang cerita dan berhasil membuatnya iba, lalu dia memelukku dan terjadilah pencurian itu. Kau tau apa yang terjadi selanjutnya, kini ada dua dompet di dalam tasku."

"Oh shit!" desis Jade membaca chat dari Anna. Rasanya sulit dipercaya kawannya bisa semahir itu!

◾◾◾

Jade menyusul Anna masuk ke dalam mobil Porsche Cayman putih dan duduk di samping kursi kemudi. "Haah.. Kali ini tak ada yang tertarik padamu, rerata para lelaki datang dengan pasangan mereka." ujar Jade sembari menyandarkan punggungnya.

"Jangan mengeluh dulu, sebaiknya kau lihat apa isi dompet wanita itu!" Anna merogoh dompet curiannya dan menyerahkannya pada Jade. "Yang datang ke acara pernikahan tadi hanyalah orang-orang berkelas, bukan? Aku yakin isi dompet itu puluhan atau ratusan juta, bahkan mungkin miliaran." Sambung Anna selagi menyalakan mesin mobil dan mengeluarkan kendaraan warna putih mengkilap itu dari area parkir.

"Ada foto seorang wanita dan seorang anak kecil.." Jade mulai mengabsen isi dompet itu. "Uang dua juta seratus, KTP, SIM, satu kartu ATM, dan tiga kartu kredit."

"OK. Kita pasti bisa membobolnya." ujar Anna yakin.

Dengan kecepatan sedang, Anna mengemudikan mobil itu menuju sebuah jalan yang kemudian akan mempertemukannya dengan bangunan besar milik Abimana, lelaki bermata sipit keturunan China yang memiliki nama lain Liiu Yaoshan.

"Dua hari lalu Martin memberiku kalung emas." Seperti biasa, Anna menceritakan tentang kekasihnya pada Jade.

"Biar kutebak!" sahut Jade bersemangat. "Apa kau menjual kalungnya?"

"Ya, kujual kalungnya." jawab Anna santai.

"Lalu apa yang kau katakan padanya?"

"Malamnya kuhubungi dia. Dengan nada yang kubuat-buat agar terdengar penuh penyesalan, kukatakan padanya kalau kalung itu hilang."

"Lalu?"

"Lalu dia bilang, 'Tak apa-apa, nanti kubelikan yang baru'." jelas Anna lantas mengangkat satu ujung bibirnya.

"Kau memang pintar menata rambut, Anna!"

"Maksudmu? Apa hubungannya dengan rambut?" tanya Anna yang bingung tak mengerti.

"Ya, kau terlalu pintar menata rambut indahmu, sampai-sampai mampu menutupi tanduk iblismu."

"Aih, sialan!" Anna meraih Zippo-nya lantas melemparkannya ke arah Jade. Selang tiga detik, "Tapi ucapanmu ada benarnya juga." sambung Anna kemudian, yang membuat keduanya tertawa.

◾◾◾