webnovel

MBA (Married By Accident)

Pernikahan yang disebabkan karena sebuah "kecelakaan" belum tentu berakhir buruk. Rexa salah seorang mahasiswa ternama di Jakarta harus bertaruh masa depan akibat perbuatannya. Ia pun kini berpindah universitas atas kemauan orang tuanya. Pertemuannya dengan gadis asal Yogyakarta menjadi babak baru dalam cerita hidupnya.

HarryKurniallah · วัยรุ่น
Not enough ratings
24 Chs

Semangat, Rexa

"Om, rokok djuram kuper ada ?"

"Enten mas, wolulas nggeh mas"

Bener juga kata sibangsat ini, emang kalo jodoh ga kemana. Ini semesta lagi becanda ama gue mungkin.

Terlihat Lika dan Aldi sedang berseteru dengan 1 orang wanita lainnya persis dibelakang Aldi.

Ingin sekali ku terus tersenyum melihat pemandangan ini sembari membakar sebatang rokok yang baru saja kubuka dari bungkusnya.

Lika Pov

"Dasar cewek sialan, ga laku apa kamu sampe kamu jadi pelakor ?"

"Eh ngaca dong, lo aja kali yang ga bisa service laki lo sendiri, buktinya Aldi lebih milih gue yang cantik ini"

"Aldi, kamu pilih aku apa cewek sialan ini ?"

Lika pun geram dibuatnya

"Lika dengerin dulu penjelasan aku, ini tuh beda sayang" sahutnya mencoba manis dihadapan Lika

"Cewek sialan ini atau aku ?"

"Lika jangan gitu dong sayang"

Aldi masih mencoba membujuk Lika yang sedari tadi sudah mulai tak bisa menahan emosi.

"Dia atau aku ?"

"YA GUE LAH, DADA GUE KAN LEBIH GEDE LEBIH BERISI DARIPADA PUNYA LO!!!"

Tanpa berpikir jernih Lika mencoba menampar wanita yang masih bersembunyi dibalik tubuh Aldi

"Plaaaaaakkkkkk"

"Kamu ambil aja Aldi, kita putus!!!"

Aldi pun terlihat memerah wajahnya dan hendak ingin menampar balik Lika

Rexa Pov

"Nah gini dong seru, ada dua cewek ngerebutin cowok goblok" akupun tertawa bahagia melihat tingkahnya

"Srekkkk"

Tak tega Rexa melihat Aldi menampar balik Lika, Rexa pun bergegas menyebrang jalan menahan pertikaian mereka bertiga

"Lho, kok cowok maen tangan sama cewek, ga punya nyali lu"

"NGAPAIN LO DISINI, GANGGU GUA AJA" ucapnya marah melihatku yang tiba-tiba datang disebelah Lika

"Ihh banci banget sih lu beraninya ama cewek" aku sengaja tertawa lebih kencang dihadapannya.

"Rexa...."

"Rini ?" aku benar benar terkejut melihat perubahan pada tubuhnya, sangat berbeda sekali saat aku memacarinya beberapa bulan yang lalu.

Sambil meraih tanganku ia pun berkata

"Rexa, kemana aja, aku nyariin kamu lohhhh"

Aldi pun langsung menghentak tangan Rini ketika ingin menggenggam telapak tanganku.

"KAMU APA-APAAN SIH RINI"

"KAMU KENAPA ALDI ? KENAPA KAMU NGELARANG AKU, EMANG KAMU PACAR AKU, KAMU SIAPA ?" Rini pun berbalik marah

"Plaakkkkkk"

"BRENGSEK KAMU ALDI, BERANINYA KAMU NAMPAR AKU ?"

"Woi, udah deh ini bukan sinetron, jangan beraninya ama cewek doang"

Aku pun menarik baju belakang Aldi dengan keras hingga ia terjatuh tepat dihadapanku lalu kuludahi muka cabulnya

"Udah Rexa, ayo kita pulang"

Lika pun menarik lenganku dan berharap aku menahan emosiku agar tidak berkelahi ditempat umum.

"REXAAAA..... Kamu kemana ?" terdengar teriakan Rini memanggil namaku

"KAMU SIH, JANGAN DEKETIN AKU LAGI ALDI"

Sembari menuju mobil kulihat Rini meninggalkan Aldi sendirian di ujung jalan sana.

"Lika kamu gapapa ?"

Ku usap pipi lembutnya yang tadi terkena tamparan cowok brengsek itu

Thanks God, emang tuhan selalu punya jalan cerita yang lain.

Entah mengapa aku sedikit senang Lika diperlakukan seperti itu, bukan karena aku ingin ia terluka, aku hanya berharap ia tak akan menemui Aldi lagi

"Kita mau kemana Lika ?" tanyaku memecah keheningan di dalam mobil

"Lika ?"

Ia pun terus-menerus meneteskan air matanya hingga membasahi seluruh pipinya.

Kuambilkan tissue untuk mengelapnya tapi tanganku tertahan karena dia menepak lenganku dan membiarkan air matanya tetap jatuh.

"Udah sampai kost kamu Lika"

Akupun mencoleknya, berharap ia mendengar perkataanku.

"Lika ?"

"R-Rexa, aa-ku ga mau balik ke kost, a-aku mau tempat yang tenang" sahutnya sedikit terbata-bata

"Yaudah ke pantai aja gimana ?"

Ia hanya menganggukan kepalanya.

Selama diperjalanan ia terus-menerus menangis tanpa mau menghapuskan air matanya, kubiarkan dia seperti ini karena aku pernah merasakan bagaimana keadaan seperti ini.

"Lika, udah samp..." kuucapkan perlahan ditelinganya yang tenyata ia sudah terlelap dari tadi

Kuusap pelan-pelan rambutnya yang halus lalu kuhapus sebagian air matanya.

Tak sampai tega aku membangunkannya, kubuka kemejaku untuk menutupi tubuhya yang terlihat sedikit mulai mengiggil karena terlalu dingin akan hawa di bibir pantai.

Semalaman aku terbangun untuk menjaganya agar ia bisa tidur dengan nyenyak.

Menjelang dini hari ia semakin begetar menandakan bahwa tubuhnya tidak mampu menahan dingin yang lebih.

Tak ada lagi yang bisa kupakaikan untuknya, aku pun mendekati tubuhnya dan perlahan menyelimutinya dengan tubuhku agar ia mendapatkan kehangatan lebih.

Matahari pagi menyinarkan kedua mataku, memaksaku membangunkan diriku dari mimpi indahku.

"Eehhmmm Likaaaa.."

"Ka-amu udah bangun"

Aku pun terkaget melihat Lika sedari tadi terbangun menatapku.

Aku pun langsung meminta maaf padanya karena dengan sengaja menghangatkan tubuhnya dengan cara memeluknya

"Rexa, aku ke kontrakan kamu boleh ? Tanyanya.

Aku diam seribu bahasa dan hanya bisa mengangguk menjawab pertanyaannya.

"Lika maaf di mobil tadi aku ga bermaksud"

"Aku masakin kamu makanan dulu ya, kamu pasti belum sarapan kan"

"I-iya, makasih Lika"

Kenapa dia jadi seperti ini, apa dia marah padaku, ahh tidak mungkin, tapi dia mau membuatkanku sarapan, entah kenapa aku tidak bisa membaca jalan pikirannya.

"Kalo nasi gorengnya kurang enak gapapa ya, aku baru belajar masak soalnya" ia pun sedikit tertawa, sedangkan aku hanya terdiam bisu karena bingung harus berkata apa.

"Rasanya gimana ?" tanyanya

"Mmppphhss eemnnaakmmhpp baannmmmggeett"

"Ihh dikunyah dulu baru ngomong lagi" senyum dari bibirnya terlihat lelah sekali.

Untuk saat ini aku hanya bisa membalas senyumnya saja.

"Mmphh"

"Uhuukkkkkkk"

Aku benar-benar kaget hingga tersedak saat ia mengecup salah satu pipiku.

"Makasih ya Rexa, selama ini kamu baik sama aku"

"Uuhhhuuukkkkk uuhhhuukkkkkk"

Raut wajahku benar-benar merah seperti buah apel yang sudah matang

"Minum dulu, makannya pelan-pelan aja Rexa" desahnya yang lembut terngiang-ngiang ditelingaku hingga membangunkan adik kecilku justin.

Melihatku membenarkan celana jeansku membuat ia sedikit mundur dari posisinya yang tadi.

"Rexa, aku masih capek, aku boleh ga minjem tempat tidur kamu dulu"

Aku yang memang dari awal sudah salah tingkah dihadapannya hanya bisa mengangguk memberi isyarat bahwa ia bisa menaiki tempat tidurku tersayang.

"Maju terus atau mundur"

Hah?! Benar juga kata si brengsek ini, bagaimanapun saat ini hanya ada kami berdua.

Lalu ku kunci pintu depan secara perlahan agar tidak terdengar olehnya.

Imajinasi liarku mempengaruhi egoku agar aku tidak melewatkan salah satu kesempatan emas ini tapi sedikit hati kecilku menolak karena ada beberapa faktor yang membuatku mengingat semua kebaikan Lika padaku.

Aaaaarrrggggggggggghhhhhhhhhh

Ingin sekali kubenturkan kepalaku menuju tembok agar bisa berfikir positif saat ini.