webnovel

mawar Hitam

Rivi Siapa yang tak kenal wanita jahat itu, yang selalu mendapatkan apapun yang dia inginkan, meskipun dengan kekerasan. Baginya Vegard adalah segalanya, lelaki dingin yang sangat dicintainya, namun tak pernah sedikitpun Vegard memandang Rivi sebagai seorang wanita, karena dihati Vegard sudah ada Araya. Araya gadis manis nan lembut yang mampu membuat setiap lelaki membeku hanya dengan senyum manisnya. Dan Rivi sangat iri akan hal itu. Bukan karena kecantikan Araya tapi rasa sayang yang diberikan Vegard kepada Araya secara Cuma-Cuma. Sedang kan Rivi butuh jungkir balik untuk medapatkan tatapan lelaki itu. Rasa cemburu yang membuncah membuat Rivi gelap mata, Rivi membuat sebuah skandal besar untuk menyingkirkan Araya, membuat wanita itu menjauh selamanya dari Vegard hingga akhirnya Rivi mendapatkan Vegard ditanggannya. Namun siapa sangka malam ketika mereka baru menikah Vegard membongkar semua kebusukannya dan ingin menceraikan Rivi malam itu juga. Rivi tidak mau kehilangan Vegard, dia mengancam akan bunuh diri jika Vegard menceraikannya. Vegard tidak peduli akan hal itu, dia mengira Rivi hanya menggertaknya dan meninggalkan Rivi sendirian dikamar pengantin mereka. Merasa semua usahanya sia-sia Rivi berlari mengejar Vegard yang membuatnya mengalami kecelakaan , diantara hidup dan mati Rivi sadar bahwa tidak ada yang peduli dengannya sampai didetik-detik kematiannya,semua yang dilakukannya sia-sia. Andai saja dia diberi kesempatan Rivi akan memperbaiki semuanya.

angel_tear · แฟนตาซี
เรตติ้งไม่พอ
1 Chs

wanita keji

Uhuk uhuk uhuk wanita itu terbatuk hebat, memaksa dirinya terbangun dari tidur panjangnya. Mendengar suara wanita itu seorang pelayan muda berlari tergopoh –gopoh menghampirinya.

" nona Rivi, anda sudah sadar?" Tanyanya menatap Rivi dengan takut.

Rivi tak menyahut batuk tadi membuat nafasnya sesak dan dadanya terasa sakit, melihat wajah Rivi yang menahan rasa sakit pelayan itu segera berlari keluar kamar untuk memanggil dokter yang sengaja mereka paksa untuk berjaga disana, takut jika tiba-tiba terjadi sesuatu yang tidak bisa mereka tangani.

Dokter itu buru-buru menghampiri Rivi yang terbaring lemah dikasur, lalu memeriksa keadaan tubuh Rivi.

" bagaimana dokter?" Tanya pelayan itu. Dokter itu menggaruk pelipisnya lalu menatap Rivi dengan tatapan rumit.

" dia baik-baik saja sekarang" ujar sang dokter dengan nada tidak percaya, bagaimana bisa tubuh wanita didepannya ini dalam keadaan baik-baik saja tanpa cidera sedikitpu? Padahal wanita itu baru mengalami sebuah kecelakaan besar yang membawanya keambang kematian. Menurut keterangan polisi dan beberapa saksi mata , Rivi mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi sehingga menabrak pembatas sungai, lalu mobil itu terlempar kesungai bersama Rivi didalamnya dan keesokan harinya Rivi ditemukan mengapung dipermukaan sungai dalam keadaan tak sadarkan diri sedangkan mobilnya tak ditemukan.

" syukurlah kalau begitu" ujar pelayan itu basa basi lalu melirik Rivi yang masih terbaring ditempat tidur.

" kalau begitu saya permisi dulu, jika terjadi sesuatu cepat hubungi saya" pamit sang dokter, dia mengangguk hormat kepada Rivi sebelum berlalu dari ruangan itu.

Setelah kepergian sang dokter pelayan muda itu berdiri tak bergerak didekat pintu , seperti patung. Takut kalau-kalau dia melakukan tindakan yang salah.

Menyadari sikap pelayan itu Rivi membuka matanya lalu menatap pelayan yang berdiri ketakutan itu.

" dimana semua orang?" Tanya Rivi lembut membuat pelayan muda itu tersentak. jika hari ini adalah beberapa hari lalu mungkin Rivi tidak akan pernah berkata selembut ini kepada seorang pelayan, Rivi cenderung berkata kasar dan memerintah semena-mena seperti mereka semua tak memiliki perasaan.

" me mereka tidak ada dirumah nona, tuan dan nyonya dua hari yang lalu terbang ke Negara S, sedangkan kakak-kakak nona belum pernah pulang kerumah ini semenjak kecelakaan nona" jelas sang pelayan.

" pergilah kau bisa istirahat" perintah Rivi dengan suara lemah, mendengar ucapan Rivi tanpa pikir panjang pelayan itu langsung melarikan diri keluar dari dalam kamar

Rivi menghela nafas setelah mendengar pelayan itu ,memejamkan matanya ,hatinya tiba- tiba terasa ngilu. Bahkan setelah dirinya mengalami kecelakaan tidak ada satupun orang yang menemaninya selain seorang pelayan.

Rivi sadar semua yang diterimanya hari ini adalah akibat dari perbuatanya selama ini, sangat wajar jika mereka tidak memperdulikan dirinya. Namun apakah harus seperti ini? Untuk pertama kali dalam hidupnya Rivi merasa sendirian, matanya yang selalu memandang remeh orang lain kini basah tak berdaya. kesepian dengan cepat menariknya kekepedihan mencabik cabik hatinya meninggalkan rasa sakit.

Jika sebelumnya dia bersikap baik akan kah dirinya mengalami hal ini? Pada akhirnya Rivi menyerah dengan segala sikap kejamnya kepada kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya. Rivi ingat, jika dia hidup dan diberi kesempatan sekali lagi dia akan berubah, menebus semua dosa dosanya di masa lalu.

Rivi beranjak dari kasurnya menuju meja di dekat jendela, dia mengambil sebuah buku dan pena lalu menuliskan prilaku-prilaku kejam yang masih diingatnya. Hingga subuh buku itu penuh dan tak cukup menampung kekejiannya dimasa lalu. Sebagai tanda bukti betapa hitamnya kehidupannya lalu.