webnovel

Hantu Api di Pemakaman 1

นักแปล: Wave Literature บรรณาธิการ: Wave Literature

Aku tertidur hingga siang hari. Pada saat aku bangun, Shang Yi masih berada di rumah. Dia mengamati cincin yang melingkar di jariku dengan kedua matanya yang besar untuk waktu yang cukup lama. Akhirnya dia bertanya "Dari mana kamu mendapatkan cincin itu?"

"Kak Yang Qin yang memberikannya kepadaku." jawabku. 

"Kapan?" tanya Shang Yi lagi.

"Tadi malam."

Shang Yi menundukkan kepalanya sesaat. Kemudian ia membalikkan badan dan berbisik kepada tante Ji Li. Aku tidak dapat mendengar dengan jelas apa yang mereka bicarakan. Tapi aku tahu bahwa aku kelaparan jadi aku pergi ke dapur mencari makanan untuk dimakan.

Aku tidak mendengar saat Shang Yi meninggalkan rumahku. Tante Ji Li masuk ke dapur dan memberiku semangkuk mie.

Saat aku sedang menyantap mie, tante Ji Li berkata "Sixi, sekarang kamu telah menikah dengan Yang Qin. Takdir kehidupanmu selanjutnya tergantung dari belas kasihan para dewa."

Aku melihat tante Ji Li dan tertawa seperti orang bodoh yang tidak mengetahui apa-apa.

Pada saat itu aku tidak mengerti mengapa aku harus menikahi kak Yang Qin. Yang pasti kak Yang Qin adalah seorang kakak yang tampan. Begitu aku teringat kak Yang Qin, hatiku kembali merasa bahagia dan tenang, seperti telah bertemu dengan seorang pelindung.

Aku selalu mengira bahwa semua hantu memiliki wajah yang menyeramkan. Tetapi kak Yang Qin tidak seperti itu. Wajahnya bersih, tidak banyak bicara, dan sabar.

Beberapa hari pun berlalu, semua berjalan dengan sangat tenang dan damai.

Tetangga sebelah rumah memiliki cucu yang berumur sama dengan aku. Badannya sangat gendut sehingga untuk berjalan saja seolah memerlukan banyak perjuangan. Kami semua menyebutnya si gendut. Biasanya setiap dia bertemu denganku, dia akan meludah seolah jijik dengan keberadaanku. Tapi hari ini tiba-tiba dia mendekatiku dan bertanya, "Kamu benar-benar menikah dengan hantu?"

Aku menganggukkan kepala mengiyakan pertanyaannya.

Dia melihatku dengan kedua matanya dan menunjuk ke arahku dengan jarinya sambil berkata, "Kamu memang orang hebat." Kemudian dia membawaku ke tempat dimana para anak-anak kecil di desa biasa bermain. Dia juga memanggil Sha Er.

Sha Er adalah anak kepala desa. Dia lebih tua 5 tahun dariku. Sejak lahir dia memiliki kelainan pada otaknya, karena itu ia tidak seperti anak-anak seumurannya. Perkembangannya sangat lambat sehingga orang-orang menyebutnya anak idiot dan ia selalu menjadi bahan olok-olokan di desa.

Aku tidak pernah mengolok-olok Sha Er karena tidak ada anak lain di desa yang peduli kepadaku. Hanya Sha Er yang mau bermain denganku. Ia bahkan mengatakan kepadaku bahwa warna mataku sangat cantik seperti batu ruby.

Juga karena dia bodoh, dia tidak tahu bahwa kelahiranku membawa roh jahat. Dia tidak takut bermain bersamaku sepanjang hari.

Hari pun mulai gelap, beberapa anak mulai sudah pulang ke rumahnya.

Si Gendut menunjuk mata kiriku dan dengan nada menghina berkata: "Mata kirimu menggunakan penutup mata seperti orang buta. Sangat jelek!"

Aku melihat si Gendut dan membalas olokkannya: "Kamu itu yang jelek. Dasar babi gendut!"

Si Gendut tidak membalas cemoohanku. Dia langsung membawaku pergi ke arah barat desa. Lin Xiao dan Ziyang adalah teman baik Si Gendut sehingga mereka mengikutinya pergi. Sha Er juga mengikuti kami pergi.

"Kamu mau membawaku pergi kemana?" Aku menggerakkan-gerakkan tanganku, namun tidak bisa terlepas dari genggaman tangannya yang begitu erat.

Si gendut memutar badannya dan melihat ke arahku. Tetapi karena dia gendut, matanya terlihat sangat sipit. Bahkan saat dia tertawa, matanya hanya terlihat seperti dua buah garis.

"Bukankah kamu dapat melihat hantu? Aku sedang memberikanmu sebuah petualangan. Aku mendengar ayah Lin Xiao mengatakan bahwa di pemakaman ini dia melihat hantu api. Aku tidak tahu itu benar atau tidak, tapi malam ini kau akan membuktikannya." Kata si gendut

Setelah mendengar perkataannya, sekujur tubuhku berkeringat.

Aku segera mendorongnya, berusaha untuk melepaskan tanganku dan berlari pulang ke rumah.

"Aku tidak mau pergi! Jika kamu mau, pergilah sendiri!"

Aku berhasil mendorong si gendut dan berusaha memanfaatkan kesempatan ini untuk kabur, tapi Lin Xiao dan Ziyang menangkapku. Mereka berdua seperti anak buah si gendut. Mereka selalu membantu si gendut walaupun mereka tahu bahwa itu bukan hal yang seharusnya mereka lakukan.

Mereka berdua menghalangi jalanku. "Menyingkirlah kalian!" teriakku dengan panik.

Ziyang mengejekku dengan menjulurkan lidahnya dan berkata: "Aku tidak mau minggir, aku tidak mau minggir, aku tidak mau minggir! Kalau memang kamu butuh pertolongan, minta tolong saja pada kakak hantu untuk menggigit kita."

Kakak Yang Qin? Dia bahkan datang dan pergi sesukanya. Walaupun aku pengantin wanitanya, bagaimana aku harus mencarinya?