"Aku sudah memperhitungkan segalanya," ucap Ramon dengan tegas.
Ramon sudah mengkalkulasi segala kemungkinan yang akan terjadi dan memikirkan konsekuensinya matang- matang, walaupun mungkin nanti terjadi sesuatu diluar dugaannya, setidaknya dirinya yakin kalau ini adalah langkah terbaik untuk diambil.
Ramon bukanlah tipe orang yang menunggu untuk diserang dan mengantisipasi serangan tersebut, tapi Ramon adalah tipe orang yang menyerang lebih dulu, karena dengan begitu dia bisa mengendalikan keadaan.
"Kalau kau sudah bilang seperti itu, maka aku tidak bisa mengatakan apa- apa lagi." Lexus menghela nafasnya.
Di antara mereka berdua, Ramon adalah penyusun strategi, jadi kalau kakaknya sudah yakin dengan langkah yang diambil, Lexus hanya bisa mengikuti petunjuk darinya.
"Apa Hailee tahu mengenai hal ini?" tanya Lexus sambil melirik ke arah pintu, dimana Hailee sedang tertidur. "Bagaimana pendapatnya? Bisakah dia melakukan itu?"
Secara naluriah, Ramon melakukan hal yang sama. Dia menatap pintu yang tertutup itu seolah dia tengah menatap istrinya yang tengah tertidur. "Ya, dia tahu mengenai hal ini dan aku yakin dia bisa melakukannya."
"Kau benar- benar percaya diri mengenai Hailee, dia bisa saja bertindak ceroboh dan terbawa emosi," ucap Lexus sambil tertawa pelan untuk mencairkan suasana.
"Tentu saja dia akan melakukan ini dengan baik." Ramon lalu mengalihkan tatapannya pada adiknya ketika dia melanjutkan kalimatnya. "Dia istriku."
==============
Theodore mencuri- curi pandang pada Aileen ketika dirinya hendak pergi ke bar lagi.
Dirinya tahu kalau apa yang tengah dia lakukan sangatlah salah dan pengecut, tapi Theodore tidak bisa untuk tidak melakukannya. Dia benar- benar butuh menjauh dari Aileen dan tidak ingin melihat wanita itu.
Namun, situasinya kali ini sama sekali di luar bayangannya.
Theodore pikir Aileen akan menangis atau merajuk, memohon agar dirinya bersikap lebih baik padanya, karena biar bagaimanapun juga, Theodore telah meninggalkan Aileen di malam pertama mereka dan malam- malam setelahnya selama bulan madu ini.
Tapi, ternyata semua perkiraan Theodore meleset, karena Aileen sama sekali tidak bereaksi atau pun memberikan respon sesuai dengan ekspektasi Theodore.
Wanita itu terlihat acuh tak acuh ketika Theodore berada di sana. Bahkan sekarang mereka berdua bersikap seperti dua orang asing yang tinggal di satu kamar.
Setiap kali Theodore akan pergi ke bar, Aileen tidak bertanya kemana dia akan pergi ataupun meliriknya sama sekali, seolah dia tidak menganggap Theodore ada dan ini mengganggu pria itu.
Theodore tidak biasa untuk diabaikan.
Tapi, untuk menegur Aileen lebih dulu, bukanlah opsi yang dia ingin lakukan juga, maka dari itu dengan masih sesekali melirik ke arah Aileen, dirinya keluar dari kamar.
Karena ini adalah malam terakhir bulan madu mereka dan setelahnya mereka berdua akan kembali, maka Theodore berencana untuk tidak kembali sampai waktu kepulangan mereka.
Lagipula, untuk apa dirinya mempedulikan wanita sekeji Aileen yang telah melakukan semua tindakan kotor tersebut. Seharusnya dia merasa malu untuk menjadikan wanita itu istrinya.
Di sisi lain, ketika Theodore telah menutup pintu dengan suara yang berdebam yang cukup keras, barulah Aileen menoleh dan menatap pintu yang tertutup tersebut dengan sorot mata penuh kebencian.
Hilang sudah rasa suka Aileen terhadap Theodore, atau bisa dibilang dia tidak lagi mencintai pria itu.
Cinta? Aileen tertawa dalam hati ketika dia memikirkan satu kata tersebut. Memangnya sejak kapan Aileen mencintai Theodore? Dia hanya memandang pria itu sebagai sebuah misi yang harus diselesaikan dari George.
Ya, ayahnya sangat menginginkan dirinya untuk dapat masuk ke dalam keluarga Gevano, apapun yang terjadi.
Tapi, setelah Aileen berhasil melakukan hal tersebut, dia tidak merasa senang sedikitpun karena tujuannya sekarang telah berubah. Dia tidak lagi membutuhkan Theodore.
Jadi, peduli setan dengan dirinya yang telah mengetahui rahasia tergelap Aileen, karena wanita itu sudah tidak memerlukan bantuan Theodore lagi.
Memang, harus Aileen akui kalau dirinya sempat membiarkan emosinya menguasai dirinya dan hampir membunuh Theodore di malam pertama pria itu kembali dalam keadaan mabuk dan tidak sadarkan diri.
Tapi, kemudian dia kembali mengingat hidupnya dan tujuannya. Mengeraskan hatinya kalau pria ini hanyalah batu loncatan dan sekarang setelah Aileen telah masuk ke dalam keluarga Gevano, maka Theodore hanyalah sampah…
"Bagaimana kalau kita merilis informasi pertama mengenai perselingkuhan suamimu?" Aileen bertanya kepada Giana sesaat setelah wanita itu mengangkat panggilan telepon darinya.
Ini salah satu hal yang Aileen sukai dengan bekerjasama dengan Giana, karena wanita ini tidak sulit dihubungi seperti halnya dengan Aidan.
"Berikan informasi itu terlebih dahulu padaku, aku tahu orang yang tepat untuk memanfaatkan berita tersebut," Giana berkata dengan tenang.
"Lalu, bagaimana dengan perusahaan Tatum?" Aileen kembali mengingatkan Giana akan perjanjian mereka.
Mendengar itu, Giana hanya tertawa kecil. Aileen memang kejam dan licik, tapi tentu saja Giana berada di level yang berbeda dengannya. "Aku menjanjikanmu dua bulan dan ini baru berjalan satu minggu, bersabarlah dan tanyakan padaku lagi tujuh minggu ke depan."
Setelah mengatakan itu, Giana tidak ingin menghabiskan waktunya dengan barbasa- basi dengan Aileen, dia lalu menutup panggilan tersebut.
==============
Setelah Giana menutup telepon dari Aileen, dia menatap rumah sederhana di hadapannya dan menghembuskan nafas dengan berat, karena sebentar lagi pun Giana harus menghadapi salah satu masalah dalam hidupnya.
Dengan hati yang berat Giana membuka pintu gerbang rumah tersebut yang berderit protes dan menyakiti telinga, tapi Giana tidak peduli karena pikirannya kini tengah melayang ke percakapan terakhir dirinya dan Dillon sebelum dia pergi untuk menghadiri pernikahan Aileen.
Pada saat itu, keadaan menjadi canggung karena Dillon secara terang- terangan mengakui perasaannya pada Giana dan itu membuat segala sesuatu di antara mereka berdua menjadi rumit.
Seharusnya Giana tidak berada di sini, tapi dia membutuhkan Dillon, baik sebagai assistant pribadinya ataupun sebagai teman yang selalu berada di sisinya, karena sebentar lagi pertarungannya yang sebenarnya baru akan dimulai dan dia benar- benar membutuhkan pria ini untuk menjaganya tetap waras.
Bukan hanya Giana telah memperburuk kondisi ayahnya dengan kunjungannya terakhir kali, tapi ada sidang perceraian yang panjang dan melelahkan yang harus dia hadapi dan Giana membutuhkan Dillon untuk menjaganya tetap waras.