webnovel

Marriage in lost Memories

Hidup ku seperti potongan puzzle Banyak nama yang aku hapus dalam memori ku, otak ku menolak mereka yang pernah menyakiti ku dan sekarang mereka muncul satu persatu. Salah satunya adalah Devan-suami ku! Suami dalam pernikahan berlatar bisnis ini. Dan dia-J juga kembali dari koma mencoba membawa ku kembali dalam kehidupan nya! Saat kenangan itu kembali bisakah aku menerima mereka kembali.

Daoist253276 · ย้อนยุค
Not enough ratings
74 Chs

Enam Puluh

Author Pov..

Devan memburu nafas menarik Peck Deck Fly semakin lama semakin memacu berat punggung nya yang terasa tertarik tapi juga memberikan nyeri yang masih tersisa. Luka tusuk beberapa bulan lalu yang masih menyisakan sakit kalau di bawa berolahraga berat.

Kalau tidak ada cedera ia tidak akan merasa kelelahan dengan cepat seperti saat ini.

Serasa tak sanggup ia mencoba beristirahat. Keringat nya turun deras membasahi lantai beradu dengan nafas nya yang keluar masuk seperri balon udara yang mengempes.

1 botol air mineral pun kandas ia minum.

Serasa cukup beristirahat ia menuju treadmill. Mengatur kecepatan dan segera kaki nya mengikuti jalan alat itu yang makin lama makin kencang.

Didepan nya kaca Estelase yang menghadap ke perkarangan samping.

Dari sana ia bisa melihat kolam karet besar. Tampak anak kecil dengan celana pendek berjalan pelan dan menyeburkan diri ke kolam itu, itu Jeremy putera nya yang sedang mehabiskan weekend ini dengan para pengasuh juga Alena.

Wanita itu mengenakan dres putih dan terlihat lari lari mengitari kolam disana. Ia terlihat sedang bersenang senang dengan Jeremy. Dari sana sangat jelas wanita itu tertawa lepas saat menyiram Becc

Devan makin terengah karena treadmil membawanya berlari dengan kencang tapi matanya juga tak berhenti melihat Alena di depan nya sana. Gerakan badan dan tawanya seperti pemandangan yang sangat menyentil nya. Tubuh Alena terekspos di balik dres putih itu bergerak kesana kemari dan kalau dalam gerakan lambat isi dalaman itu sangat berlomba lomba untuk mengintip apalagi di bagian atas, payudara Alena memang agak lebih besar dari porsi tubuh nya dan Sontak ia merasa hawa panas mengguyur tubuh nya juga, membayangkan bagian itu pernah ia lihat dan tentu pernah dicicipi.

Mengingat itu kepala nya terasa pening kalau keadaan tidak sekarang sudah pasti saat ini Alena ia tarik dan dikurung dalam kamar seharian penuh.

Sulit bagi Devan untuk mengenyahkan Alena dalam otak nya. Meski ia bersumpah akan melupakan wanita itu seumur hidup setelah rasa sakit yang Alena toreh. Ia berjanji tidak akn pernah membiarkan wanita itu muncul dihadapan nya lagi. Terlebih rasa benci nya membumbung tinggi saat mengetahui Alena hamil yang semula ia mengira itu anak Jordan.

Ia mendapat berita itu dari Sodara nya Dave.

Ia merasa cukup sudah harus mehapus Alena dalam hidup nya. Tapi sisi kepedulian nya kembali ada saat mengetahui Jordan ingin menggugurkan anak itu saat ia meretas perangkat Jo dan menemukan percakapan nya yang melibatkan obat ilegal yang ia telusuri punya efek bahaya untuk yang mengkonsumsi terlebih saat hamil. Tentu itu mengundang pertanyaan besar padanya. "Jordan tidak menginginkan anak itu!!"

Diam diam ia mengikuti Alena dan tepat malam itu Alena ketakutan sambil berlari masuk mobil nya. Dan semakin mengemudi liar di jalanan tanpa memperdulikan keselamatan nya.

Ia tentu mengejar Alena waktu itu hingga mobil itu menabrak sesuatu dan terputar putar di sana. Wanita itu didalam nya seperti kesakitan hebat. Dan malah bahaya lain mengintai. Truk dengan badan besar malah ada dimalam hari yang padat merayap melaju kencang seperti mengincar mobil yang berhenti di tengah jalan. Tentu tak lazim.

Bisa di tebak kalau Truk itu tidak berhenti maka mobil yang di tumpangi Alena akan tergilas dengan mudah nya.

Rasa ketakutan melingkupinya tanpa memikirkan bahaya untuk nya Devan menginjak gas sampai titik dasar. Mobil itu melaju kencang dan kejadian nya sangat cepat. Suara hantaman keras langsung terasa meremukan tulang tulang nya meski Mobil milik nya yang kalah bobot tapi cukup membuat miring Truk itu yang terus berjalan menyamping. Kalau saja telat sedetik Truk itu akan menabrak Alena.

Saat itu ia sendiri sudah mengalami hal tragis tabrakan itu membuat kepala nya dan tubuh nya terpental. Meski tidak sampai keluar mobil dan hanya terjepit. Yang ia pikirkan adalah Alena yang kesakitan didalam mobil itu.

Tapi situasi mencekam lain terjadi.

Muncul percikan api di sana. Mobil akan meledak kalau ia tidak bisa melepaskan diri.

Sekuat tenaga dengan tubuh sudah bermandikan darah ia berhasil mendorong dashboard yang menjepit pinggang nya. Dan lagi Api disana semakin terlihat menyebar.

Dengan cepat ia mendorong pintu dan keluar dari jarak tidak terlalu jauh tapi suara ledakan langsung terdengar dahsyat hingga punggung dan lengan nya berhasil di lalap kobaran api. Kalau saja ia tidak menunduk sudah jelas ia akan mati jadi abu saat itu juga.

Beruntung Rudy muncul dan memadamkan api di badan nya yang sudah terlanjur terbakar.

Perjuangam Devan tidak berhenti disana. Kondisi nya sudah 30℅ terbakar. Tentu Rasa sakit yang mengerikan ia alami. Tapi ia khawatir kalau Alena disana kenapa napa.

Dengan dibantu Rudy ia berlari menuju mobil yang dikemudikan Alena.

Wanita itu tampak tak bergerak disana dengan kepala terkantuk pintu.

Rudy menggulung jas ketangan nya dan memecahkan kaca mobil lalu membuka pintu disana.

Alena melorot dengan dres yang sudah ternoda darah di bagian pangkal paha. genangan darah terlihat di bangku yang ia tempati. Tampak jelas wajah wanita itu sudah sangat pucat pasi.

" Biar saya aja tuan..." Kata Rudy yang tak ia gubris. Dengn tertatih dan mengabaikan luka di tubuh nya Alena dan mengeluarkannya dari dalam mobil itu. Bisa ia rasakan Alena meraba raba di tangan nya dan membuka mata kemudian tertutup lagi tak sadarkan diri.

Bayangan lain saat wanita ini tampak ketakutan saat pisau yang dibawanya menancap di dadanya. Itu merupakan bagian dari terakhir ia perlu

Tegaskan ia tidak akan terlibat lagi dengan wanita itu lagi, membiarkan wanita itu sendiri yang akan membunuh perasaan di jantung nya. Kalau ia mati ia akan merasa senang mati ditangan Alena. Dan kalau tidak itu adalah awal baru wanita itu tidak akan ada di kehidupan nya yang mendatang, karena itu cukup adil karena rasa benci nya yang tak terhingga pada Alena. Ia semakin membenci Alena saat tahu hasil Dna anak yang di kandung Alena adalah anak nya.

Apa sebegitu menjijikan nya ia sampai wanita itu tetap memilih bersama dengan pria lain saat anak nya masih dalam perut nya.

Devan sangat membenci Alena dan tidak akan membiarkan wanita itu bertemu dengan anak nya. Itu sumpahnya waktu itu.

Tapi takdir malah tetap mempertemukan nya dengan Alena. Ia pikir Alena sudah menyerah ternyata cukup lama juga ia bertahan di Negara itu seorang diri.

Bahkan badan nya semakin kurus dan tak terurus. Tampak lemah saat memohon mohon padanya.

Sulit untuk menerima Alena lagi.

Tapi tetap saja wanita itu tetap punya pengaruh besar pada keangkuhan nya. Ia menyerah

Tapi ia punya cara untuk membalas Alena.

Melalui Alea! Ia tau bagaimana sakit hati nya Alena pada Devi. Dan itu bisa jalan untuk nya membuat Alena sakit hati dan berharap wanita itu akan mundur dengan sendiri nya. Apalagi bisa menikmati setiap detik Alena saat bertemu dengan Alea. Tatapan kebencian nya tampak jelas disana. Tentu sosok Devi punya pengaruh psikis terhadap ingatan nya.

Jahat memang tapi itu hukuman buat Alena.

Wanita itu harus membayar apa yang perbuat!!!

*

Spontan tangan nya meraih remote dan menekan satu tombol.

Ia panik saat ada pria di belakang sana yang tiba tiba muncul. Pria belukar itu muncul begitu saja dan ia tidak bisa membiarkan pria lain melihat kondisi Alena saat ini. Yang transparan.

Estalase itu terbuka otomatis dan tubuh Alena langsung terhuyung ke belakang masuk kedalam ruangan Gym nya. Jatuh nya pun tam cantik ia yakin pantat nya pasti sangat sakit mencium ubin disana.

" Aduuuuuuh duuuh" Alena melolong kesakitan. Mengusap bokong nya.

Becca yang kaget segera mendekat tapi ia mengurungkan niat saat melihat Tuan Besar nya di dalam sana berdiri di belakang Alena jatuh sedang mengawasi orang lain selain ia disana.

" Alena.. Kamu-

Max merasa aura mencekam dibelakang Alena. Menatap nya sangat tidak suka. Ia tentu memilih mundur. Terlebih ia tau siapa pria itu.

Estalase di depan Alena kembali tertutup rapat beserta tirai yang bergerak menutup rapat.

Alena terengah dan melihat keatas. Mata nya mendelik kaget dan segera bangun mengalihkan rasa sakit di pantat nya.

" Dev.. Aah tuan" Pekik nya dan mata nya mencoba mengedar kedalam ruangan ia jatuh. Banyak alat fitnes disana. Bahkan ia tak tahu pria itu sedang berolahraga. Mata nya lalu tertuju pada kondisi Devan yang toples lengkap dengan tetesan keringat di tubuh pria itu mengalir di sela bekas luka bakar seperti aliran air di petakan sawah. Keringat itu turun menelusuri perut kotak milik Devan membuat wanita ini kembali meneguk air liur. Ia segera menggeleng geleng sendiri disana. Harus nya ia sudah menginstal ulang otak nya kemaren malam. Tapi lagi lagi iman nya di uji.

Kemudian wajah nya dilempar anduk putih.

" Ganti pakaian mu! Tidak malu apa keliatan manusia kuda itu?"

" Manusia kuda? Max?" Pekik Alena kaget ada gelaran baru buat Max.

" Cepat ganti! Apa kamu mau sakit Flu dan harus di isolasi lagi?" Hardik Devan membuat Alena baru menyadari badan nya sudah basah kuyub dan cetakan merah-hitam membuat nya beringsut malu. Dengan cepat handuk itu ia lilit kan ke badan nya.

" Nanti sore! Alea keluar dari Rumah Sakit. Ia langsung ke sini! Sementara waktu ia akan tinggal disini! " Kata Devan menghentikan langkah Alena disana yang hendak keluar dari ruangan itu.

" Tinggal disini? Apa dia tidak punya rumah? " Seru Alena spontan. Ia langsung mengerucutkan bibir nya seolah yang ia ucapkan adalah ketidak sengajaan.

Devan melirik dan meninggikan dagu nya sambil mengusap handuk kecil di bawah dagunya.

" Kenapa memang? Dia masih dalam perawatan! Dan aku tidak mau dia kenapa kenapa" Jawab Devan sukses membuat Alena bungkam. Wajah nya memerah gelap disana. Marah. Wanita ini jelas sekali marah tapi memendam nya.

" Oh. Oke! " Sahut nya ketus lalu menarik ganggang pintu dan keluar dari sana menutup nya dengan kasar.

Melihat itu Devan tersenyum. Ia puas membuat Alena kesal. Dan kembali mengeringkan keringat nya lagi...

*

*

*

Alea di antar Rudy.

Wanita itu langsung disambut Devan dengan antusias. Bahkan membantu nya berjalan memasuki rumah. Kondisi nya sudah lebih baik dari kemaren dan itu terekam jelas di mata Alena. Ia hanya bisa tersenyum samar saat wanita berwajah persis Devi itu berlenggang dibantu eks-Husband nya seperti sedang memapah nenek nenek tua.

" Apakah ga papa aku tinggal disini Dev?" Tanya Alea dengan suara pelan. Alea punya khas suara yang tenang dan lembut.

" Aku lebih senang bisa memantau mu lebih sering" Sahut Devan sambil mengulas senyum. Lalu membantu Alea menggulungkan syal di leher wanita itu. Alea tampak malu-malu disana.

Melihat itu perut Alena mendadak mules. Kenapa juga harus menyambut titisan Devi itu disana sudah tahu akan membuat hati nya sakit.

Alea menoleh pada Alena yang hanya diam saja di samping pintu. " Maaf Alena, aku jadi merepotkan kalian"

" Tidak! Biasa aja" Sahut Alena dingin dan membuang muka. Melihat itu Devan rasanya mau bersorai sorai. Tapi saat dilirik Alea ia langsung melebarkan senyum.

" Kamar mu disebelah sana" Dalih nya kembali memapah Alea menuju sebuah kamar persis disebelah kamar nya Alena.

" Nyonya baik baik saja? "

Alena kaget tiba tiba ada Rudy berbisik di belakang nya.

" Menurut mu?? Apa aku baik baik saja? Apa baik setelah melihat setan yang hidup lagi?" Rudy malah mendapatkan omelan dari Alena. Ia memang salah bertanya disaat wanita itu kesal.

Alena langsung pergi dengan derap langkah yang lebar lebar.

" My God" Rudy mengurut dada.

Ia geleng geleng kepala tak habis pikir lagi bagaimana membayangkan hubungan rumit atasan nya yang kedua nya punya sifat keras kepala dan saling mementingkan ego sendiri-sendiri. Walau ia yakin Alena tampak menderita setiap melihat Tuan nya sengaja memamerkan kemesraan didepan mantan istri nya itu. Padahal ia berharap kedua nya bisa saling jujur satu sama lain.

*

*

Di kasur Adela sudah tidur nyenyak sedangkan Jeremy masih sibuk menonton Youtube lalu Alena?

Ia beringsut menekuk kedua lutut nya diatas bangku yang menempel di dinding wajah nya di tekuk jelas sekali mood nya buruk saat ini.

Jeremy bahkan mengurungkan niat bertanya macam-macam saat melihat mood Alena yang seperti singa betina disana. Sebentar bentar mau mengaun dan mencakar cakar sebentar sebentar matanya ingin menangis.

Terdengar suara percakapan. Alena mendelik dan menempelkan telinga nya ke dinding. Jelas tak begitu terdengar tapi ia memaksakan telinga nya bisa menangkap sesuatu.

Ada suara ranjang berdecit. Hati nya was was tak karuan. Tangan nya panas dingin dan lagi lagi menajam kan telinga nya ke dinding itu.

Diam sesaat! Kemudia ada suara suara aneh terdengar. Ada suara tawa dan sesuatu yang berbau vulgar. Percakapan berhasa Indonesia.

Air liur yang Alena teguk seperti nya mengandung jarum. Terasa sakit.

" Besar sekali" Ia mendengar kalimat itu dari suara mirip Alea.

Lalu suara cekikan lain. Ada suara Devan tertawa.

" Kamu pasti suka"

Alena menganga tak percaya dengan kalimat yang jelas di dengar nya.

Kursi yang ia duduki saja sudah ia cakar cakar.

Sesekali ia pindah posisi untuk bisa mendapatkan pendengaran yang lebih jelas ia takut akan salah dengar dan itu bisa berakibat fatal walau hasil nya sama saja. Ada percakapan yang mengandung konten dewasa dan ini membuat otak nya terbakar.

Beberapa detik tak ada suara lagi.

Ia tetap menunggu dengan was was.

" Aku buka kan? Atau kamu sendiri?" Itu suara Devan lagi.

Kembali lubang yang terasa di iris iris silet dalam jantung nya. Sakit sekali. Itu yang Alena rasakan.

" No.. No.. Ga mungkin mereka bercinta kan.." Kalimat itu seliweran di kepala Alena walau jelas percakapan yang ia dengar sudah tidak normal pada dua manusia beda kelamin di 1 kamar.

Ia lalu menempelkan lagi telinga nya

Kali ini terdengr suara decitan yang berirama. Bayangan Alena sudah bisa menebak itu decitan apa. Makin lama makin cepat.

Ia membayangkan saat ini pasangan itu benar-benar sedang bercinta. Apa lagi suara decitan ranjang yang mendominasi. Lalu telinga nya menangkap suara desahan yang bersahutan.

Ia menutup kuat kuat mulut nya agar tak bersuara.

Air panas dipelupuk matanya mengalir begitu saja. Dengan lemas dan tak berdaya ia tak mau menguping lagi.

Buru buru ia segera pergi kekamar mandi sambil menangis.

Sementara itu di kamar Devan.

Alea duduk di kursi dengan headset menempel di telinga nya. Ia enggan mendengar desahan palsu yang di buat sahabat kecil nya itu. Malah ia jijik mendengar nya.

Di sisi lain Devan sengaja memutar keras-keras film porno yang ia putar di ponsel nya sambil terkekeh sendiri seolah melakukan hal keren sejagat raya.

" Kamu akan menyesal Dev" Keluh Alea dengan suara kecil. Ia sudah melarang Devan membuat Alena salah paham pada hubungan nya tapi pria itu bersikeras ingin membalas dendam pada mantan istri kecil nya itu.

" Sssst biarkan saja. Aku yakin dia sudah mendengar nya" Kata Devan semakin menambah volume di ponsel nya. Telinga nya juga menempel di dinding itu dengan senyum yang mengembang sempurna. Membayangkan bagaimana Alena mendengar suara orang sedang bercinta. Membuat nya sangat ingin melihat nya langsung.

Alea geleng geleng kepala dan kembali mendengarkan music di telinga nya. Itu lebih menyenangkan dari pada melihat kelakuan Devan yang kekanak-kanakan.

Tangan nya juga intens terus membalas chat dari suami nya yang sedang berada di Tokyo.