webnovel

Marriage in lost Memories

Hidup ku seperti potongan puzzle Banyak nama yang aku hapus dalam memori ku, otak ku menolak mereka yang pernah menyakiti ku dan sekarang mereka muncul satu persatu. Salah satunya adalah Devan-suami ku! Suami dalam pernikahan berlatar bisnis ini. Dan dia-J juga kembali dari koma mencoba membawa ku kembali dalam kehidupan nya! Saat kenangan itu kembali bisakah aku menerima mereka kembali.

Daoist253276 · ย้อนยุค
Not enough ratings
74 Chs

Empat Puluh Delapan

Seperti biasa suasana latihan Rock Climbing disana ramai dengan anggota anggota yang berlatih baik yang pemula maupun yang sudah senior. Mereka bergelantungan dan memanjat di dinding seperti pasukan cicak di tebing dinding setinggi 15 meter itu.

" Bosque... Ada yang nantangin loe nih" Teriak Farel dari bawah. Diatas sana Randy sudah setengah jalan. Tali yang dipakai Randy mengulur, dan ia manjat manjat ke sisi batu ke batu lain hingga kaki nya menginjak lantai.

" Apaan Rel, ga dengar..." Tanya pria ini setengah tersengal, keringat membanjiri pelipisnya

" Noh. Ada cewek yang nantangin loe!! Kata nya kalau dia menang loe harus ikutin kemauan dia, gila bro! Gue suka cewek macem gini..." Kata Farel sambil menepuk dada Randy dengan alis naik turun.

" Mana anak nya?" Tanya Randy ikut penasaran.

" Dia ada di sebelah sana, bentar" Farel lalu melompat lompat sambil mengangkat tangan nya.

Terlihat di bangku penonton ada siluet wanita dengan helm dan segala atribut pemanjat merekat padanya. Hanya saja wanita itu menggunakan masker hidung dan kacamata yang dipakai berwarna oranye.

Tak menunggu lama wanita itu berlari kecil dan mengahampiri ke arah 2 pria ini.

" Dia bersedia neng" Kata Farel  asal lalu membiarkan wanita itu berbicara pada Randy, wanita itu yang tak lain adalah Alena.

Pov Alena...

Randy menatap ku penuh selidik. Aku yakin dia hanya bisa menerka tanpa tahu siapa yang menantang nya ini. Mungkin ia sudah lupa bagaimana perawakan ku sekarang yang tanpa perut buncit.

" Siap loe?" Tanya nya bahkan menggunakan elo! Biasanya ia memakai kata aku.

Aku mengambil ponsel dan menuliskan dilayar itu.

" beautiful from a ghost cave"

Pria ini tergelak " Oke loe mau main teka teki dulu ya! Baiklah. Apa yang gue dapet kalo gue menang??"

Aku kembali mengukir tulisan.

" Don't be sure..! I will definitely win"

Aku lalu berkacak pinggang untuk benar benar menantang Randy.

Randy mendesis melihat tingkah angkuh ku. Sebagai pria ia pasti kesal.

" Gue harus punya keyakinan dulu waktu gue ga sia sia! Apa yang bisa gua dapatkan kalau gua menang?" Randy cukup konsisten.

Aku memang tak punya kunci untuk membuat Randy setuju tapi ku coba peruntungan dulu.

Dan kembali merogoh saku ku , memberikan cincin berlin yang Devan berikan dulu.

Pria itu memekik lalu bertepuk tangan dengan mencemooh.

" Oke Grils Gue ga sehijau itu! Kita liat dulu siapa yang menang!!" Katanya menerima tantangan ku dengan mudah.

Aku langsung tersenyum senang, nyaris saja menjerit.

Ku tahan sikuk Randy dan kembali menuliskan di ponsel ku.

" Pria sejati harus menempati janji nya!" Itu yang kutulis lalu aku berjoget ala monyet. Menggaruk kepala dn pantat lalu mengakang berputar putar. Maksud ku dia hanya jadi monyet kalau nantinya berbohong. Dan itu Membuat bukan hanya Randy tapi juga Farel menertawakan ku. Beruntung aku pakai masker kalau tidak ini tindakan implusit yang memalukan juga.

" Of course" Jawab Randy lisan dengan mata berair.

Aku dan dia bersalaman tanda sepakat.

Farel meniup peluit. saat itu juga aku dan Randy mulai merambat satu persatu ke point panjat / batu yang menempel di dinding panjat.

Kami memiliki akses dinding sendiri sendiri. Aku pernah beberapa kali memanjat dengan Randy dan tentu itu seperti pemula. Tapi riwayat ku dahulu adalah pemanjat terbaik. Meski aku yakin tak sebagus dulu, aku harap kali ini semangat itu bisa aku rasakan saat ini. saat itu aku masih merasa tak ada beban apa apa. Sebelum perusahaan Papa diserang aku adalah mahasiswi yang hidup nya normal dengan seorang pacar setia dan baik hati, Jordan! Itu kehidupan ku yang kuingat tak ada masalah selain pernah di kecewakan sahabat dan mantan gebetan. Devi-Devan!

Semangat ku ke olahraga ini sangat tinggi. Beberapa kali pelatih masa itu memuji ku. Dan sering bertanding dengan para Senior. Aku harap aku menang kali ini. Incaran ku adalah Randy untuk menempati janji nya kalau aku menang da berharap belas kasihan nya kalau aku kalah.

Tapi dulu dan sekarang tetap lah berbeda.

Tangan ku rasanya kebas saat memegang point ini. nafas ku juga ngos ngosan. Aku sadar aku tak sekuat dulu.

Aku sudah seperempat jalan sedangkan rival ku sudah beberapa tingkat lebih tinggi.

Dibawah sana ternyata kami jadi ajang tontonan anggota disana. Mereka saling berseru dan bertepuk tangan. Walau banyak yang mendukung Randy, tapi tak menyulut semangat ku untuk terus menarik tubuh ku keatas. Yang kulakukan adalah strategi seperti yang aku dulu lakukan. Memilih batu pijakan mana yang bisa membuat ku menyimbangi Randy disana. Tubuh ku ringan aku pasti dengan mudah mengangkat berat tubuh ku. Tapi tetap saja mengatakan tak semudah melakukannya.

Aku berhenti sejenak. Nafas ini semakin seperti di uber anjing gila. Keringat ku banjir dimana mana. Bahaya nya adalah tangan ini. Kalau kebanyakan air. Batu akan licin. Walau bubuk magnesium / bubuk anti keringat masih terisi penuh di chalk bag, tetap saja bahaya kalau keringat nya lebih besar.

Waktu juga sebagai kunci bisa menggapai puncak. Aku harus ambil waktu singkat.

Di atas sana Randy bersiul. Ia tersenyum mengejek dengan jempol di hidung nya, dan menggerak gerakkan nya.

" Oke. Baiklah. Semangat Alena. Untuk kebenaran aku pasti bisa" Rapal ku lalu menarik nafas dalam dalam.  Aku hanya perlu waktu 6 menit agar bisa memenangkan nya.

Kembali keyakinan ku muncul. Tali di tangan ku kencangkan dan kaki ku kuatkan seperti sudah mehapal semua batu disana tangan ini bergerak cukup gesit. Tangan ku mencengkram kuat dan kaki ini dengan tangguh mengangkat tubuh ku ke atas satu persatu, sama seperti dahulu aku merasakan sensasi yang menggolora saat mengejar puncak. Kaki-tangan ini sangat bekerja sama dengan baik. Hingga sekali tingkat lagi aku bisa menyeimbangkan Randy. Suara riuh terdengar di bawah membuat semangat ini terbakar.  Dan di atas ini yang terdengar adalah nafas ku juga Randy. Pria ini menoleh kearah ku.

" Begitu dong. Baru lawan yang imbang" Ucap nya seolah mengolok ku saja.

Ku tatap ia dengan tajam dan tanpa menyiakan waktu tangan ku kembali naik ke atas, Randy juga tak kalah bergerak cepat.

Gila memang melawan seorang pelatih dan atlet nasional. Tapi aku hanya mau aku di lihat sungguh sungguh. Kalah menang aku tak peduli. Aku tau Randy adalah orang Jordan. Tapi dia juga teman ku! Yang ingin ku tunjukan adalah perjuangan ku!

Sudah berjalan 5 menit. Randy selalu berhasil menyelip ku, dia juga seperti nya tak mengolok ku lagi. Pria ini sungguh sungguh menjalankan tantangan ku dengan baik.

Rasanya kepala ku pening saat menatap keatas. Ada sinar lampu Neon yang cukup terang menggantung di atas gedung itu seperti simbol puncak itu. Aku harus mencapainya! Tapi makin kesini suara nafas ku juga sangat berantakan. Tangan-kaki ini semakin kebas. Aku jadi pesimis. Hanya tinggal beberapa jarak lagi akan ada hasil. Ya hasil nya seperti nya aku kalah. Randy masih terlihat bugar dan bergerak seperti kadal besar yang merayap.

Aku tidak menyerah

Aku tetap lah Alena yang dulu

Aku pasti bisa.

Sisi percaya diri ku yang seolah hanya omong kosong belaka. Tapi tak membuat ku gentar.

" Ayolah dewi Fortuna berpihak lah padaku"  Jerit ku dalam hati.

Hingga kulihat sikadal besar ini melakukan kesalahan fatal, sepatu nya tak cukup tepat menginjak batu pijakan. Entah ia terburu buru atau meragukan langkah nya saat menggapai point panjat.

Akibatnya. Kaki itu tergelincir dan tangan nya jatuh berpegangan di batu pijakan 1 tingkat bawah, beruntung Herness alat penompang tubuh terpasang kuat. Bisa saja Randy terjatuh jika ia tak gesit menangkap batu panjat, dan tali Karmantel akan mengulur ia turun kedasar.

Suara seruan dari bawah juga makin terdengar saat itu terjadi.

Melihat itu aku punya kesempatan. Kaki ku bergerak gesit dan tangan ini juga seperti jelmaan cicak menempel erat di point panjat. Tubuh ku juga mendadak seringan kapas dan kepala ku isinya Stopwatch menghitung mundur dari angkat 5

Empat

Tiga

Dua

Sa...

Tangan ku menggapai batu terakhir dan memasukan chock kedalam batu agar bisa menahan berat badan dari arah tertentu

dengan suara lantang aku berteriak keras. Bahkan tak menyangka aku berhasil menggapai puncak.

Teriakan di bawah juga tak kalah heboh. Yang tadinya berpihak pada Randy malah ikut ikutan bertepuk tangan untuk ku.

Hanya selisih 1 batu. Randy hanya sial pernah gugur, kalau tidak dia lah yang menang. Mungkin keberuntungan sedang berpihak padaku.

Aku tertawa puas, sangat melegakan juga cape luar biasa.

Di sana Randy tertawa singkat, walau ia merasa tak percaya ia kukalahkan. Hingga masker ku buka. Randy makin tergelak.

"  Alena!!! Shit!!! " Umpat nya.

Aku merayap ke dinding tempat nya dan menepuk bahu nya berkali kali. Kami bergelantungan diketinggian sana.

" Aku menang! Kita selesaikan urusan kita" Kata ku mengingatkan!

" Ck!! Kamu gila! Hooh! Apa itu tadi semacam hinaan! Aku dikalahkan junior ku dan seorang wanita yang beberapa tahun hiatus manjat! " Seru nya kesal.

" Jangan meremehkan wanita bung... " Jawab ku mengolok nya.

"Hmmmp okey gadis cantik dari goa! Aku mau dengar penjelasan kamu membuat ku malu begini" Kata Randy disana sambil terus tertawa.

Lalu kami berdua turun beriringan.

Anak anak disana masih memberi ku tepuk tangan membuat Randy mati gaya.

" Aku hanya mengalah pada perempuan! " Elak pria ini cengengesan saat Farel mau mengolok nya.

Dan sekarang kami sudah mengganti baju kami yang basah dengan yang baru. Aku dan Randy duduk di kursi penonton sambil meluruskan kaki yang terasa sangat pegal.

" Bukan nya kamu lusa menikah! Kenapa malah datang menemui ku! Apakah mau jadi pengantin wanita yang melarikan diri dan mengejar duda seperti ku?" Guyon Randy membuat ku cukup terhibur.

" Itu masuk akal"

" Katakan ada apa! Aku rasa kamu berbuat ini karena ada hal penting yang ingin kamu ketahui!" Tanya Randy seperti nya bisa menebak niat ku sebenarnya.

" Sesuai kesepatan kamu harus menempati janji mu Rand!! Jawab ku dengan serius dan menekan kalimat nya. Pria inj aku tatap tajam.

" Ya! Aku sudah dibuat malu sama senior ku! Mau dibuat malu berapa kali lagi kalau aku berbohong!!" Jawab Randy meyakinkan ku," Dan jangan menatap ku seperti itu! Matamu itu besar, serem juga kalau melotot lotot" Kilah nya menyebik.

" Bilang saja kamu terpesona dengan mata ku" Sahut ku membuat nya tergelak dan ia bersedekap.

" Aku meragukan kesedihan mu deh Len! Kamu masih bisa bersenda gurau begini" Ujarnya lagi.

" Ya! Kalau mengingat nya kamu akan melihat bagaimana zombie cantik itu nyata"

Randy tertawa lagi. " Oke wanita cantik dari goa hantu. Katakan apa yang membuat mu menantangku!"

" Ini mengenai penyerangan perusahaan waktu itu! Apakah IP peretas yang waktu itu menyerang ku adalah Devan?

Air muka Randy berubah. Aku merasa ia tampak tak nyaman dengan topik yang aku sampaikan. Mata nya berkeliaran ke sisi lain.

" Kenapa kamu melihat ke sana kemari! Apa ada yang mengawasi mu?" Tebak ku membuat senior ku ini mendelik dan menggeleng.

" Ya kamu benar! Aku hanya merasa ada pria asing saja  mengawasi ku! " Jawab Randy seperti nya bicara apa adanya.

" Benarkah... Jadi baiknya bagaimana? " Aku ikut berbisik.

" Pulanglah dulu! Aku rasa akan aman kita bahas di pesan saja! Kau tau kan aku bisa mengetahui kalau ada yang mencoba memata matai perangkat!"  Ucap Randy bicara dengan wajah lurus di depan dan hanya mengeluarkan suara  perut. Semaksimal mungkin bibir nya tak begitu bergerak.

" Aku janji akan menjawab nya dengan jujur dan ada yang ingin aku sampai kan juga" Sambung Randy lalu berdiri. Ia tertawa seperti tidak mengatakan hal serius seperti tadi, apa ia sedang mengalihkan kecurigaan dari orang yang mengawasinya. Kalau itu benar aku akan berpartisipasi dalam sandiwara nya.

" Baiklah Rand. Aku tunggu kedatangan mu di pernikahan ku! Olahraga kali ini membuat ku lebih merasa baik" Ucap ku dan segera menjauh dari sana. Berjalan lurus seolah tidak ada apa apa dan insting Randy benar saja. Aku melihat ada sosok yang familiar di salah satu bangku penonton. Apa itu Diego! Aku masih ingat perawarakan nya saat di Bern. Walau ia mengenakan topi hitam tapi postur orang Eropa dengan Indonesia tentu punya perbedaan.

Aku langsung menghubungi Jordan.

" Hey.. Lagi apa?" Tanya ku basa basi.

" Baru selesai meeting dengan klient! Kenapa menghubungi ku?" Tanya Jordan disana.

" Mm tidak. Aku baru selesai climbing dengan Randy! Kau tau aku menantang nya untuk bertanding dan aku memenangkan nya! Ini sangat menghibur ku" Kataku disana berapi api.

Aku harus mengatakan hal yang sebenarnya agar saat ia mendapat laporan dari Diego dia sudah mengetahui nya dari ku.

" Randy! Benarkah! Kenapa baru mengatakan nya? Terus ini kamu dimana?" Cecar Jordan disana.

" Aku hanya kebetulan melintas, sumpek saja di mension terus. Susan- Nita juga pergi nonton bioskop. Tubuh ku rasanya remuk jadi terlintas untuk berolahraga climbing saja! Emmmm aku sudah selesai ini mau pulang" Jawab ku lagi.

" Benarkah! Kenapa tidak ikut Susan?, aku lebih suka kamu tidak beraktivitaa berat Alena! Kondisi mu masih belum pulih kan!"

" Aku baik baik saja J, malaham tambah sehat setelah main climbing ini lagi pula Susan Nita nonton adegan pembunuhan. Aaaku merasa itu bukan  film yang tepat! Darah membuat ku merasa ingat kejadian Devan" Jawab ku lirih dan sukses membuat Jordan merasa bersalah menanyakan nya, padahal kedua sahabat ku itu sedang ke Rumah Sakit menemui Eric.

" Ah maaf sayang! Ini aku sudah selesai! Sekitar 1 jam aku jemput atau bagaimana?"

" Ga perlu! 1 jam terlalu lama. Aku mau cepat sampai kasur. Lusa kan pernikahan kita! Aku harus extra istrirahat juga takut jahitan nya nyeri lagi" Jawab ku pelan. " Dan aku ingin cepat-cepat berendam di air oanaa setelah ini

" Okey baiklah! Hati hati dijalan, kabari aku kalau sudah sampai.

Aku mencintai mu Alena...

" Me too" Jawab ku lalu mematikan telepon.

Ponsel itu aku genggam erat.

Tinggal menunggu kabar dari Susan dan Nita maka kata kata itu hanya sebuah kiasan.

Aku tidak akan memaafkan Jordan kalau ia pelaku nya sebesar apapun kebaikan yang ia perbuat tidak untuk perbuatan nya kali ini. Membunuh seorang bayi yang bahkan belum lahir, itu terlalu keji sebagai manusia. Apalagi bayi itu adalah anakku!

*

*

*

Sesampai di Mension aku

Sudah di tunggu oleh kedua sahabat ku.

Mereka tampak tak konyol seperti biasanya. Aku tau hasil nya pasti sangat lah buruk, terlihat dari raut kedua nya yang bersitegang.

" Kita kekamar mandi" Kata ku pelan. Biasanya kamar mandi tempat teraman dari semacam mata mata. Aku tak pernah tau kalau Jordan menaruh cctv di mana. Jordan itu pandai menyembunyikan  sesuatu. Di depan ia terlihat biasa saja tapi dibelakang aksi nya tak pernah disangka! Sebagai contoh penyerangan nya dulu terhadap Perusahaan Papa. Tak ada tanda tanda ia melakukan nya kalau saja dulu aku tak mendengar percakapan nya di telepon. Semua tertutupi oleh wajah manis nya.

Kami menuju kamar mandi kamarku.

" Yakin disini aman?" Tanya Nita mencoba menelusuri langit langit kamar mandi disana. Kalau kalau ada kamera tersembunyi.

" Apa perlu kita keluar?" Tanya Susan juga meragukan.

" Ga bisa aku udah keluar tadi! Jordan sudah selesai mungkin saja ia akan kesini beberapa menit lagi" Jawab ku.

" Kalau begitu langsung aja Sus! Keluarkan  hasil penyelidikan kita" Seru Nita segera duduk di atas bathup. Ia tampak sangat semangat.

Susan mengeluarkan ponsel nya dan memberikan nya padaku.

Disana ada rekaman sebuah cctv. Tepat nya berupa kasir apotek Rumah Sakit tempat ku memeriksa kandungan.

Terlihat Jordan menuju kasir dan membayar sesuai tagihan. Dari pakaian nya itu terakhir kami menemui Dokter kandungan. Malam aku ketemu Dave.

Rekaman dipersingkat! Jordan maju lagi setelah nama ku dipanggil. Seorang apoteker perempuan memberikan sekeping obat dan menjelaskan nya. Obat itu bukan obat yang kami maksud.

Di obat kedua berupa obat yang juga bukan. Hingga bagian ke-4. Obat yang kami tunggu tak terlihat. Sampai apoteker itu memasukan semua kedalam kantung plastik di depan J dan memberikan nya secara jelas didalam kamera.

Melihat itu hati ini rasanya remuk. Rekaman ini jelas menunjukan kalau pihak dokter atau Rumah Sakit tak memberikan obat berbahaya itu. Dan aku juga ingat semua obat ia berikan saat sampai di rumah termasuk obat itu yang sudah ada dalam kresek.

" Ini salinan struk obat dari sana" Susan memberikan salinan struk kepadaku" Juga salinan resep yang dokter kandungan kamu berikan, semua nya negatif! Tak ada obat itu Len" Kata Susan dengan lirih.

ini suatu guncangan hebat lagi buat ku. Bagaimana tidak Jordan melakukan hal yang sangat fatal. Bahkan dia luput dari prasangka ku! Sungguh kerjaan nya sangat bersih. Sesuatu yang panas merambat naik. Aku terisak menutup mulut ini. Rasanya hati ini sangat hancur setelah lagi lagi menganggap orang itu pilihan hati ku dan dalam waktu singkat dia kembali menyakiti ku. Aku merasa jantung ini seperti di tusuk sangat dalam. Nita dan Susan mengusap bahu ku berulang ulang. Tak ada kata yang bisa mereka suarakan hanya suara tangis ku memecah kesunyian.

Drrrt drrrt

Ponsel ku bergetar, aku segera mehapus air mata.

Sebuah pesan muncul. Ada notif dari Randy.

Jari ini langsung meluncur tak sabaran lagi walau jiwa ini seolah lenyap kemana. Kubuka pesan dari Randy dengan antusias.

" Aku hanya menjalan kan tugas! Perusahaan mu tidak diserang siapa siapa! "

Membaca itu mataku langsung terpejam. Menjalan  kan tugas artinya itu! Fiktif kalau Devan yang meretas perusahaan ku. Dan Randy hanya orang bayaran  dari Jo. Benar kata Susan! Penyerangan perusahaan waktu itu hanya dalih agar aku membenci nya dan rencananya akan berjalan mulus.

" Siapa Len? Tanya Susan yang mungkin cemas melihat reaksi ku saat membaca pesan itu.

Kemudian pesan lain muncul. Sebuah pesan media berupa rekaman suara. Aku mengabaikan pertanyaan Susan dan memilih memutar rekaman itu, mencoba memantapkan jiwa kembali.

Ada suara nafas ditarik dan dihembuskan.

" Berapa persen keberhasilan nya?"

Aku kenal itu suara Jordan.

Terdengar suara ketukan, seperti ketukan dimeja, itu seperti kebiasan nya yang suka mengetuk ngetuk meja.

" 1000 persen Jo! Pesanan nya dari 5 bulan lalu dan kau tau kan mendapatkan nya sangat sulit! Ini ku dapat dari seorang mafia!! Dan tentu sangat akurat!!" Jawab seorang pria lain. Tapi suara nya aku tidak kenal. Hanya saja suara orang baru ini lebih standart dan aku yakin dia dari orang indonesia. Dari sebutan nya kepada J, seperti nya dia teman nya.

Lalu terdengar suara mengisap seperti sedang merokok.

Jordan terkekeh. Kali ini suara dencingan kaca seperti sebuah botol yang di dentingkan dan suara kucuran air jatuh kedalam cangkir.

" Apa saham ku bisa di berikan besok?" Tanya pria itu tampak tak sabaran.

" Aku akan kirim separo! Sisanya setelah percobaan ini berhasil" Sahut Jordan mendapat tawa sinis dari lawan pembicaranya.

" Ck! Baiklah! Aku akan ikut merayakan nya jika hasil nya sempurna! Tapi ngomong-ngomong kenapa kamu melakukan nya! Kalian terlihat komplit"

Ada suara air diteguk dan ketukan meja lagi " Yang aku inginkan hanya 1 bukan 2" Jawab Jordan membuat kaki ku tam bisa menompang tubuh ku. meski pembicaraan  nya tampak absurd. Otak ku mencerna ini transaksi dari penerimaan obat ilegal itu dan kata 1 itu aku. 2 itu aku dan bayiku.

Bahkan Jordan sudah menyiapkan nya selama 5 bulan yang lalu. Jadi dia menipu ku mentah-mentah. Alibi nya sangat sempurna membiarkan aku menerima semua perhatian dan rasa sayang palsu nya kepada anak ku! Itu hanya dalih agar aku tetap menerima nya ternyata ia menyiapkan ranjau besar.

" Bullshit! Aku benci dia hanya menomorsatukan nya! Setiap ketemu hanya itu yang dibicarakan! Bagaimana nanti! Aku hanya akan kambing congeknya saja! Anak nya akan jadi prioritas nya dan aku benci kalau ada darah pria busuk itu hidup bebas disekeliling ku!

Duaaar..

Rasanya ada yang meledak di atas kepala ini. Mendengar umpatan Jo yang sangat jelas mengatakan betapa ia eneg setiap aku membicarakan tentang kehamilan ku. Aku pikir ia akan senang terlebihbia tampak tersenyum gembira setiap aku bicara a sampai z tentang bayi ku. Aku juga ingin mendekatkan ia dengan bayi ku. Tapi ternyata ia berhasil membuat topeng didepan ku.

Kalimat terakhir itu adalah akhir dari boom Besar ini.

Aku bahkan melorot sempurna. Seperti petir disiang bolong dan langsung membunuh ku seketika. Tak ada lagi penyangkalan tentang pelaku sesungguhnya.

Nita dan Susan sama sama memekik nyaring. Mereka kembali membantu ku berdiri saat aku terjatuh kelantai.

Rekaman itu berakhir. Lalu muncul pesan suara Randy.

" Sorry banged Len! Hanya ini yang bisa aku bantu! Aku ga paham maksud rekaman ini! Tapi ini rekaman yang paman nya gunakan untuk mengancam Jordan! Dia juga meminta ku mehapus atau mengubah suara nya dibagian akhir! Hanya saja kalimat terakhirnya bikin aku tak nyaman mendengarnya. Aku rasa kamu perlu tau"

Suara pesan suara Randy hanya sampai disitu.

" Oh my god... Ini spektakuler Alena! Orang yang melakukan nya benar benar..." Pekik Nita sampai menarik rambutnya kebelakang. Juga terlihat tidak menyangka. Apalagi aku yang di tipu mentah mentah oleh sikap manis nya.

Susan mengusap bahu ku. Aku hanya diam mematung. Hingga tubuh ku ditarik Susan ke pelukannya.

Jordan hanya terobsesi padaku bukan pada diriku yang lain. Harusnya aku sadar itu. Pria ini tidak benar benar mencintai ku. Kalau dia sungguh mencintai ku. Anak ku pun harus ia terima apa adanya.

" Alena.. Yang kuat ya..mungkin ini petunjuk Tuhan agar kamu tidak bersama orang yang melukai mu" Kata kata Susan seperti nyanyian tidur.

Mata hati ku sudah menipis.

Fine...

Kalau ini yang diinginkan Jo.

Dia akan mendapatkan yang dia mau...

Lihat saja pertunjukan apa yang aku berikan padanya.

**********

koment yang banyak dong. juga saran nya biar ada inspirasi di bab berikutnya!! ☺☺☺