***
Aku bersiap untuk ke kost an nya Susan. Aku udah janji nemenin dia ke dokter kandungam buat cek umur kandungan nya. Semula Susan ogah banged ke dokter, tapi setelah bujuk rayu akhirnya dia mau.
Dengan kets kebanggan ku selesai juga sudah persiapan ku. Aku orang nya sangat simple kalau mau keluar begini, jins, kets, daleman dilapisi cardigan simple ini adalah andalan ku. Yang penting muka! Ya setakpedulinya aku dengan kehidupan ku, aku orang nya memang suka dandan. Bukan dandan badut sih hanya saja selalu menjaga riasan wajah saja biar tetap enak di lihat. Mungkin karena hoby ku juga kali ya bermain make up. Apalagi sering iseng buat tutorial make up di Youtube. Lumayan lah ada juga tembus buat tambahan rupiah.
Kuputar kunci kamar yang sudah seperti rumah ku sendiri.
Ga ada yang boleh masuk tanpa izin ku kecuali saat asisten rumah tangga bantu buat bersihin. Itu pun kalau aku yang minta.
" Cah ayu."
Sontak aku kaget ada suara di belakang.
Saat aku berpaling ada Mbok Wiss, yang selalu kental mengenakan kebaya rumahan. Beliau memang dari tanah Jawa dan sudah ikut di rumah ini sejak kami pindah dari Jakarta. Itu juga bawaan dari keluarga Devan.
" Eh Mbok.. Ya ada apa?" Tanya ku sedikit bingung.
" mau kemana malam begini?" Tanya beliau dengan tutur bahasa lembut logat nya juga kental banged.
" Ke dokter kandungan" Sahut ku sambil merogoh ponsel yang bergetar di saku.
Ada panggilan masuk dari Susan.
Aku mengenadahkan bentar tangan kearah Mbok Wiss untuk izin angkat telepon. Beliau hanya manggut-manggut.
" Ya Sus.. ?
" Kamu dimana?" Tanya Susan di seberang sana.
" Ini mau otw!kenapa?
" Hujan Len. Ntar aja deh. Besok aja. Senin aja balik kerja! Kan ada tu senin dokter nya praktek.." Kata Susan.
" Ga! Aku udah dandan cantik ini! Hujan sih bukan alasan. Tunggu aku.. Okey awas kaburr" Ancam ku lalu mematikan telepon. Aku mendengus kesal. Ada ada saja Susan bikin alasan. Ntar senin alasan nya banyak kerjaan. Anak itu pinter ngelas.
Aku baru ingat dengn Mbok Wiis
" Eh ya mbok? Kenapa mbok nyari saya tadi?" Tanya ku.
" Ga kenapa napa Cah ayu. Cuman Tuan baru datang.."
Mulut ku membeo membentuk huruf O, lalu apa? Tanya ku di jawab bingung sama Mbok Wiss.
" Oke mbok. Makasih udah kasih tau. Saya berangkat dulu ya..." Kata ku lalu bergegas pergi.
Dia mau datang kek, pergi kek. Aku ga peduli. Toh. Sejak pindah ke sini. Asisten nya Rudy. Menyampaikan saat kasih tau kamar ku yang ga sekamar dengan nya. Ia menjelaskan kalau di rumah ini privasi masing masing dan bisa hidup normal seperti sebelum nya. Gila kan! Orang kaya itu ngomong aja harus di sambungkan sama asisten nya. Tentu saja aku senang bukan kepalang.
Aku menuju mobil minibus kecil yang punya level biasa saja. Mobil ku yang aku beli dengan uang sendiri. Si merah yang tak setanding dengan mobil bmw di sebelah nya. Aku sampai lupa mobil tuan rumah ini seperti apa toh aku tak peduli, dan kebetulan Rudy baru keluar dari mobil itu. Kilauan rambut nya langsung bikin mata ini sakit.
" Mba Alena, mau kemana?"
Tanya nya.
" Dokter kandungan" Sahut ku seraya masuk dalam mobil. Aku tak terlalu menganggap mereka ada. Anggap saja mereka itu ilusi di dimensi lain.
Aku memarkir mobil di dekat kost an nya Susan. Tempat ini sudah sering ku jambangi setiap jemput Susan. Dan dengan luwes aku langsung menuju lantai 2. Tapi kaki ku terhenti. Pintu kamar kost nya ga tertutup rapat. Di sana ada pria yang pernah aku liat wajah nya di depan Outlet Pakaian di mall. Jelas sekali. Itu Hendra ! Model yang sering di bicarakan Nita juga. Masih di antara ga yakin sih Tapi wajah nya memang sama. Jadi Susan berhubungan dengan laki laki itu!
Kututup mulut ku yang kaget. Apa jangan jangan dia si penanam saham dalam perut Susan!!!
Tadinya mau masuk tapi suara keras terdengar.
" Gugurkan bayi itu... " Bentak Hendra keras membuat Susan menjengkit kaget dan ketakutan ia menggeleng kuat kuat, bibirnya mencoba tidak bersuara. Rasanya kaki ku ingin sekali melangkah lagi tapi aku tau ini bukan batas ku.cukup mengawasi Susan dari sini.
Berharap Hendra tidak melakukan kekerasan, kalau sampai menyakiti Susan. Dia akan berhadapan dengan ku!!
Kamu tau kan posisi ku bagaimana!!! Kalau mereka tau kamu sampai hamil. Tamat sudah! Teriak pria ini. Pria yang Susan sukai dan pria ini model. Dan sekarang sedang di puncak karir.
" Ga bisa Hend, aku ga mau... " Pinta Susan akhirnya terisak. Ia memeluk erat tangan Hendra yang lantas langsung menepisnya.
" Itu bukan bayi ku!! Jangan lupa kamu bisa tidur dengan siapa saja! Kalau masih ingin hubungan kita lanjud! Gugurkan bayi itu!! Mengerti! Ucap nya lalu malah mendorong Susan hingga ia terjerambab kelantai. Dengan angkuh nya pria ini angkat kaki di tengah tangis Susan disana.
Saat ia membuka pintu lebar lebar hendak keluar.
Bruk...
Ku pukul kepalanya dengan tas Valentino ku yang punya duri runcing di bagian depan nya. Mampos..rasakan tas ini mau nyiplok bajingan kayak kamu....
Hendra memekik mundur dengan jeritan kesakitan di hidung nya, kulihat darah segar keluar saat tas itu kutarik.
" A*jing sialan... Mau kabur kamu hah.. , ngatain itu bukan anak kamu... Bang*at...."
Aku kembali menyerang. Kali ini ku ayunkan tas ini. Membuat bajingan ini jadi was was. Tapi tak membuat nya takut mehadapi ku.
"Siapa kamu!! Ga usah ikut campur, sialan.. Jalang sialan.. Akan ku laporkan kamu ke polisi.. Ini penganiayaa... Duh muka ku..." Teriak nya marah besar apalagi wajah ganteng nya sudah aku beri oleh oleh.
" Silahkan. Jadi orang-orang tau siapa Hendra Chris Joseph itu hanya pengecut! Ah jangan lupa udah hamilin sahabat ku! " Balas ku tak gentar. Sungguh rasanya ingin ku cekik batang leher nya itu sampai ceking.
Ia malah menyunggingkan senyum!
Oh ya coba saja. Kalian ga ada bukti dan kamu... Ingat ini akan aku balas.. Sialan jalang Anj-
Bruk..
Selangkangnya langsung aku tendang. Aku tersenyum puas.
" Rasain.. Mampus deh.."
Pria ini langsung menunduk tanpa suara. Lalu tumbang kelantai dan menjerit nyaring sekali sampai kuping ku berdenging, beberapa detik kemudian. Hingga ada dua pria lain muncul. Kayak nya itu bodyguard nya atau teman nya mungkin. Tapi badan nya gede banged kayak raksasa saja.
Mereka syok melihat Hendra disana gulung gulung kesakitan. Atas bawa kena!
Aku menuju kearah Susan membantunya yang sedari tadi tampak kesakitan di bagian perut nya.
"San.. Kamu ga papa..?" Tanya ku panik. Tapi kemudian mata ku melebar melihat noda darah di jins yang ia pakai.
" My god...darah darah.. Sus.. "Pekik ku syok.
" Tangkap wanita itu.." Seru Hendra kepada dua teman nya.
" Pergi Len.. Lariii..." Suruh Susan berusaha bangun.
Aku bingung, antara Susan yang perlu pertolongan dengan 2 pria berotot kekar yang langsung kearah ku.
Lantas Susan mengambil selimut di sebelah nya melempar tepat ke arah pria pria itu. Mereka jadi mirip kucing mengamuk dalam karung. Dengan sorot yang memerintah Susan menyuruh ku lari.
Aku harus bagaimana.
Oke aku akan lari dan segera menghubungi polisi. Pikir ku sejenak dan langsung mengambil langkah seribu, bertepatan saat itu kedua nya berhasil menyingkirkan selimut tadi lantas dengan gesit balik haluan mengejar ku seperti kesetanan.
Aku berlarian menuruni tangga. Mobil ku ada di sana tapi kunci, ponsel dan lain lain di dalam tas. Dan itu tertinggal di sana, aku lupa bagaimana terlepas intinya sekarang aku bagaimana sekarang..!
Dengan tungkai kaki yang lebar nafas juga semakin di buru aku hanya bisa lari dan lari, dua pria tadi lari nya lebih kencang dari aku. Tak tau seberapa lama dan jauh aku lari. Harus nya aku lari menuju jalan raya untuk minta pertolongan tapi langkah ku malah hanya masuk ke dalam jalan jalan rumah rumah disana hingga aku menemukan jalan besar. Dan tampak sebuah bar. Aku masuk kesana saat kaki ini rasanya mati lemas. Tempat yang agak temaram dan tentunya penuh dengan orang orang yang bisa di bilang mulai mabuk dan mabuk. Aku berjalanan bersisihan dengan nafas memburu, sementara kulihat pria pria tadi ada di depan Bar ia juga masuk dengan langkah yang sama mencari cari. Aku harus mengelabui mereka pikirku, Pertama ku ikat rambut ku hingga menguncir, kedua melepas cardigan dan hanya mengenakan kaos berlengan tali spageti. Ketiga aku harus mencari sudut untuk bisa mengelabui pria pria itu, tapi pikiran ku tak berjalan mulus. Salah satu dari mereka melihat keberadaan ku, lantas aku segera menepi dan menerobos masuk ke jalan gang lain. Seperti nya luar dari bar ini cahaya nya malah lebih terang, kenapa langkah ku selalu tak mendukung. Ku percepat langkah hingga ada yang datang dari sisi lain. Dan aku mengenalinya.
"J"
Dia mengenakan kaos polos yang membungkus porsi tubuh nya yang aku bilang bidang dan keren itu kaos putih yang sukses membuat pria ini sangat klop dengan jins sobek nya. Rambut nya tidak serapi saat bekerja, hanya disisir acak tapi ini lebih keren bahkan sangat manly dengan tekstur wajah bersikuk tajam dan sangat laki laki sekali itu. Aku rasa ia juga mengenali ku tapi bukan saat nya untuk tegur sapa aku perlu dia.
Dengan cepat J ku dorong ke dinding dan ini tindakan absrud yang tercetak dalam sejarah riwayat ku. Ku tangkup rahang milik nya yang tegas itu dan meraup bibir penuh disana tanpa izin. Aku mendorong tubuh ku ke dinding. Memojokan ia dan kurasakan aura dua laki laki tadi yang juga datang, melihat kegiatan kami yang mungkin ia pikir aku wanita lain yang sedang berciuman dengan pasangan nya lalu memilih tidak ikut campur.
Tangan ini ikut menyusup kedalam rambut J, menarik bagian rambut nya.
Karena kondisi ku yang ketakutan, sedangkan bibir ini hanya bergerak alami, menempel saja bukan mencumbui J dengan rakus.
Siluit dua pria tadi menghilang di gang sisi lain, dengan nafas terengah aku melepas ciuman kaget ku. Nafas ku masih sangat berpacu tidak karuan.
Aku tau aku harus menjelaskan padanya. Tapi tidak sekarang aku harus minta bantuan untuk Susan.
" Tolong pinjami aku ponsel!" Pinta ku menadahkan tangan dengan permintaan menuntut.
J tampak masih kagok tapi juga menurut dengan seribu bahasa.
Terdengar suara pria tadi, apa mereka curiga dan langkah besar yang berlari. Apa mereka sadar! Sial.
Aku harus segera kabur, benar saja sosok mereka muncul sambil berteriak menunjuk nunjuk. Aku melotot syok bersiap kabur lagi. Selangkah lebih cepat mereka nyaris menjangkau ku. Tapi kurasa J bisa memahami keadaan. Ia menghalangi mereka dan lantas terjadi adu fisik. Aku bisa saja lari tapi J? Oh..
Kulihat ia benar benar akan mati kalau melawan dua pria berpostur mirip raksasa itu.
Dengan sangat intens dan rasa takut luar biasa kulihat J benar benar melawan mereka, walau tubuh nya tidak kecil ia tampak kuat saat pukulan salah satu nya mengenai wajah nya. J hanya termundur beberapa langkah dan kembali menyerang.
Aku tak bisa memprediksi siapa yang akan menang. Aku harus bantu J lalu masuk kedalam bar berlari disana hingga kurasa aku menemukan penjaga Bar. Mereka mudah ditemukan karena tubuh nya tak kalah besar dan mengawasi tempat itu dengan seksama.
" Ada keributan pak! Di sana! Teman saya di keroyok" Cecar ku dengan nafas memburu.
Pria ini lantas mengajak beberapa teman nya dan mengikuti langkah ku menuju tempat kejadian.
Saat aku kembali J membungkuk di jalan itu dengan tendangan bertubi mehujam perut nya.
" Woy kalian" Teriak pria di belakang ku dengan menunjuk. Lantas mereka berlari dan ikut menyerang absurd orang orang Hendra. Aku menghampiri J yang meringis kesakitan.
Kulihat pipinya agak memar.
" Ya ampun J. Maaf.. Aah.. Aku akan membawa mu " Kata ku dengan rasa bersalah luar biasa. Ku bantu J berdiri dengan memapah tubuh nya yang besar. Punggung ku rasanya berat tapi aku kuat kok!
" Aku ga papa Mba Alena..." Ucap nya mencoba menegakkan tubuh ku untuk mengurai bantuan ku.
" Panggil saja Alena, J.. Aku berhutang banyak padamu" Kata ku mencoba memberikan senyum tulus ku. Kulihat sudut mata nya nampak tersenyum cerah dan tentu ada undangan siratan dari sana.
*
Aku sudah menghubungi polisi dan memberikan alamat Susan. Aku juga menghubungi Nita untuk mendatangi kost an Susan! Beruntung aku mudah ingat nomor telepon Nita yang lebih banyak angka double. Dan sekarang aku berada di salah satu pos jaga di sana. Kepala ku rasanya sangat pening mengingat rentetan masalah. Andai saja tadi aku tertangkap entah apa yang di lakukan Hendra! Aku sudah merusak wajah pasaran nya dan melukai aset berharga nya.
"Minum lah.. "
J datang menyodorkan soda dingin. Aku segera mengambil nya dan meminum separo isinya. Rasanya benar benar segar.
" Thanks J, apa kamu baik baik saja? Tanya ku menukik ke wajah tampan nya yang sekarang ada warna merah di rahang pipinya. Ia menyebik tertawa singkat, manis sekali senyum nya.
Ga papa ini hanya perih sedikit, tutur nya tapi aku masih merasa bersalah.
" Coba kamu mendekat" Pinta ku.
J menurut, ku taroh kaleng soda yang masih terasa dingin nya itu ke sisi memar, J tampak kaget saja saat kaleng menyentuh memar nya selebih nya ia tampak hanya menahan sakit. Itu asli nya pasti sakit sekali. Mungkin wajah nya kena tonjok atau tendang. Aku sampai meringis sambil menekan kaleng soda.
" Maaf kan aku J, melibatkan mu! Ini pasti sakit sekali! Apa perlu ke rumah sakit? Tanya ku lalu melihat matanya disini aku ga kuat! Desiran aneh menyusup. Apalagi mengingat aku mencium bibir penuh itu, meski cuman nempel tapi tetap aja bikin dag dig dug duar sekarang.
Ya ampun rasanya kalau saja lampu disini ga terlalu terang, wajah ku semerah kepiting rebus.
J menjengkit kaget mungkin karena aku terlalu menekan kaleng, spontan ia memegang tangan ku. Saat itu tatapan kami terkunci. Nafas ku serasa pendek sekarang.
" Aku baik baik saja" Ucap nya dengan suara intens dengan nada rendah. Sedangkan mata ku malah tersedot kedalam mata nya. What The Hell.. Alena!! Ingat siapa kamu!
Sontak jiwa lain menegur ku.
aku menarik mata ku dan segera turun dan sana. Bisa kurasakan jantung ku berdetak aneh, benarkah barusan bahkan ia seolah mendekatkan wajah nya, apa dia mau mencium ku? puuuh... Ayolah Alena! Hentikan kegilaan ini. Jangam geer dulu!
Aku terbata bata bingung pada situasi barusan." Aaa aku. Harus memastikan Susan baik baik saja. Bisa aku minjam uang J? Uang ku ketinggalan dalam tas" Jelas ku sukses mencairkan suasana aneh tadi.
" Tentu! Aku akan menemani mu kesana Alena" Ujar nya terdengar hangat saja tanpa embel mba, dan kenapa rasanya ada yang nyelekit didada ini.
Aku mengangguk kikuk dengan sejuta pesona yang ia tinggalkan. Sumpah apa ini artinya aku jatuh cinta pada J?