Makan malam di sana bersama Mami dan Dave sedikit banyak membuat ku lupa dengan ada yang terjadi padaku barusan. Aku berusaha total menyembunyikan kepedihan diwajah ku, ikut menikmati jalan nya makan malam bersama guyonan Dave yang receh tapi cukup menghibur.
" Apa semua baik baik saja?" Tanya Dave setelah Mami ke toilet sebentar.
Aku mengangguk! Ya.. Emang apa yang terjadi setelah aku pergi?
Dave meringis! Suami loe itu sarap! Dia mengamuk! Bahkan loe lihat ni.. Pala gue beneran pitak. ! Anjrit! Turun pasaran gue kalau begini" Dave memperlihatkan ada bagian rambut nya menghilang di belakang.
Aku hanya tertawa hambar tapi lucu juga melihat pitakan Dave yang melingkar disana.
" Sumpah! Gue bakal minta ganti rugi buat ini!! Rambut ini mahkota gue tau!!
Aku makin ketawa mendengar nya " Kamu ngondek ya Dave? Mahkota rambut itu cewek kali!
" Kagak lah. Bagi gue ini rambut yang bikin gue macho! Aduh sial sekali gue! Mana tentara kan potongan nya begini aja terus sampe tuir!
" Ntar juga numbuh Dave! Ato mau aku kasih spidol permanen biar di pikir rambut?
" Aissh tambah aneh aja.. ! Oh ya... Dia minta apa lagi? Uang? Tadi dia bilang bakal nuntut elo kan??
Sesaat aku teringat sakit dari perbuatan Devan barusan! aku hanya mengangguk menyembunyikan rasa perih ku! Rasanya mau nangis aja sama Dave.
" Dasar naif! Kalau kurang uang calling aja ya beb! Jangan ragu buat minta tolong sama gue! Soal nya sodara gue itu kalo marah dia rasa hilang akal sehat" Kata Dave disana membuat ku lagi lagi merasa terlindungi oleh Dave.
" Apa dia memang seperti itu Dav?" Tanya ku hati hati " Maksud ku kalau dia marah apa dia gelap mata?"
" Iyalah.. Devan itu sifat nya sama bokap gue! Bahkan waktu kecil nyokap gue pernah di pukul. Eh.. Loe jangan parno an dulu! Gue rasa dia ga bakal main tangan juga! Tapi kalo sampai itu terjadi gue siap cincang dia!" Ucap Dave dengan suara geram.
Entah kenapa mendengar nya membuat ku jadi parno! Yang Devan lakukan tadi saja membuat ketakutan setengah mati. Lebih baik aku di pukul dari pada di perlakuan seperti tadi. Penyiksaa lewat seksual ini mehancurkan harga diri ku sebagai wanita.
" Mami datang" Seru Dave segera pura pura melanjutkan minum dan aku sibuk melihat ponsel.
" Perut Mami ga enak nih! Kita balik yuk..." Kata Mami memegang perut nya.
Aku hanya mengangguk kikuk! Kalau bisa lebih lama lagi aku tidak ingin pulang. Ancaman Devan masih terngiang di telinga ku.
Kami tiba di rumah jam 10 malam. Langkah ku semakin berat saja menuju kamar itu.
Aku harus mehadapi nya bukan! Aku tidak boleh menjadi Alena yang dulu! Memilih menghindar dan melupakan mereka tapi tetap saja mereka tidak menyelesaikan masalah.
Come on Alena..
Kutarik handle pintu ke bawah dan mendorong nya dan semilir ac langsung masuk dan menyesap di kulit ku. Devan memang seperti beruang es. Volume ac nya selalu jet.
Apa aku kabur saja!tidak!
Aku menggeleng kuat kuat, tapi masih terbesit ketakutan mehantui.
Perlahan aku melangkah dengan mata waspada. Dimana dia..
Hingga ku lihat sosok nya di balik jendela, ia sedang melepon ternyata.
Aku menuju lemari untuk mengambil baju ganti.
" Yes, I know, tomorrow I'll pick you"
"No! She is a not a problem.."
Devan lalu tertawa ringan. Bahkan tawa nya terdengar renyah sekali.
Kenapa aku berusaha menguping pembicaraanya! Bahkan dia tertawa seperti tadi. Oh aku penasaran dengan siapa lawan telepon nya. Bahkan ia sendiri yang akan menjemput! Oh pasti orang itu spesial.
Apa itu Jessy?
Aku ingat gosip yang Nita bilang waktu itu.
Mungkin jadi.
Aku segera masuk kedalam kamar mandi untuk mengganti pakaian. Mengenyahkan pikiran yang sempat mampir.
Kubasuh wajah ku dari make up yang aku pakai. Menggosok gigi dan atribut lainnya.
Dada ku berdetak lagi.
" Hey Dev.. Kamu tau aku bingung sekali dengan kehidupan ku sekarang.. Apa aku dulu jahat atau baik padamu! Kenapa kamu mau memberikan jantung ini untuk ku Dev..
Aku seperti orang aneh saja bicara sendiri dengan jantung ini.
Kalau saja jantung ini bisa bicara, banyak sekali yang ingin aku tanya kan pada Devi.
Aku keluar dengan kembali was was. Kulihat Devan tak lagi di balik jendela sana. Kemana dia.
Ternyata ia ada di atas kasur, bercermin mengolesi obat nya sendiri ke wajah nya yang agak membiru.
Kalau J aku tak sungkan untuk mengobati nya kalau Devan? Bahkan berada disini saja membuat ku ingin lari. Tapi luka itu karena aku! Tidak! Dia sudah jahat padaku!
Aku mengambil aerphone dari dalam tas. Semoga saja dia tidak melakukan perbuatan nya tadi aku lebih baik mendengar music dan tidur.
Music dari ponsel aku putar dan mengalir melalui kabel tipis aerphone yang sudah aku selipkan di telinga.
Aku merangkak pelan naik ke atas kasur sana. Memiringkan badan dan berada paling pojok sekali menutupi sebagian kaki ku dengan selimut.
Mendengarkan music disana dengan tenang cukup menalisir kekhawatiran ku.
10 menitan berlalu. Tiba tiba mata ku yang tadi serasa mau tertidur terbuka. Selimut ku di sibak kasar. Aku menegakkan tubuh dengan cemas.Memutar ke dasar masalah . Di sana Devan lagi lagi melihat ku tajam- kebencian nya bisa aku lihat.
Ia bicara tapi aku tak dengar.
Ku lepas aerphone ku.
Wajah nya seperti kaget saja melihat benda itu lepas dari telinga ku. Apa dia kesal karena tadi bicara dengan ku. Dan aku mengabaikan nya!!!
" Sedari tadi aku bicara kamu tidak mendengar?" Tanya nya tidak terima.
Ku tarik kabel itu dan melilit nya di Hp ku.
" Bicara lah lagi! Kamu mau melanjutkan kekasaran mu lagi kan. Lakukan saja! " Kata ku membuang muka. Sebenar nya aku ingin menangis. Aku gila menantangnya. Padahal yang ia lakukan membuat ku sakit!, tapi lagi lagi mulut ini tak sejalan dengan ketakutan ku.a,
Alis Devan bertautan! Ia lalu melempar obat yang ia pegang ke lantai. Mengumpat pelan
Sambil turun dari ranjang dan masuk kedalam ruang kerja nya itu bantingan pintu sangat keras.
5 menit, 10 menit ia tak keluar.
Aku lega ia tak melanjutkan kekasaran nya.
Apa aku boleh tidur..?
Mataku mengantuk sekali.
Aku merasa pinggang ku seperti terbelit. Sedikit susah bernafas.
Aku terbangun dan melihat ada tangan besar melingkar di sana dan mendengkur halus.
Apa ini? Kenapa sekarang dia seperti ini.
Kulepaskan pelan jari jari itu. Aku tak mau disentuh nya.
Hingga tangan itu terlepas, pelan pelan aku turun dari sana pidah ke sofa untuk tidur kembali.
Pagi nya entah jam berapa aku terbangun. Kulihat matahari mulai naik. Pantat kurasa nyeri sekali. Mungkin karena kemaren habis jatuh saat melerai J dan Devan.
Kulihat di tempat tidur sana sudah kosong hanya sisa bantal dan selimut yang berantakan. Tak tahu empu nya ada dimana.
Aku bergegas ke kamar mandi untuk buang air kecil.
Selesai mengeluarkan nya hendak keluar tapi sial nya kaki ku menginjak sandal.
Dan Bruk.. Aku terpeleset dengan pantat kembali mencium ubin dingin. Sakit menjalar kembali terasa. Sampai susah bangun.
" Aduuh ya ampun pagi pagi udah begini aja..." Ringis ku sekuat tenaga untuk bisa berdiri.
Lalu pintu kamar mandi di buka. Ada Devan nongol dengan celana pendek.
Sakit berkurang tapi malu nya langsung brasa.
Pasti dalam hati nya tertawa bahagia melihat ku terpeleset begitu.
Tapi ia mendekat seperti nya mau membantu ku.
" Jangan kesini.. " Cegah ku berusaha bangun lagi dan berhasil juga. Aliran sakit langsung terasa saat ditegakkan.
" Ga perlu! Aku bisa" Kata ku menolak mentah mentah bantuan nya. Dia sok apa lagi sekarang! Sok mau bantu! Tapi ia tetap mendekat dan dalam keadaan ga bisa gerak pria ia melingkarkan tangan ku ke bahu nya.
" Jangan membantah, diam saja" Perintah nya dengan nada datar.
" Aku bilang ga perlu!" Kali ini suara ku naik oktaf. Kutarik kembali tangan ku.
" Jangan sok baik dengan ku!" Aku benar benar kesal dengan orang ini. Mendorong nya tapi seperti biasa tenaga ku hanya sekian persen buat membuat nya terjungkal.
Aku terseok seok keluar dari sana. Kaki ku atau pantat nya ini seperti nya keseleo. Seperti nya aku harus ke tukang urut! Kalau tidak bagaimana dengan hari ini.
Tangan ku di tangkap! Jangan naif... Kamu kesusahan berjalan begitu..
Tangan itu aku tepis lagi! Lebih baik aku mati dari pada di tolong oleh mu" Cecar ku begitu saja.
" Apa maksud mu " .
Tangan ku terus didapatkan nya kali ini aura nya kembali menakutkan. Tapi aku tidak mau teritimidasi terus menerus.
" Lepas! Apa tidak bisa kamu memperlakukan ku sebagai manusia! Ingat yang kamu lakukan kemaren seperti iblis.!
Alis nya berkerut dengan kabut kemarahan masih disana.
" Lantas kamu sendiri apa?
What..
" Kamu yang salah! Itu akibat nya kalau tidak patuh! Kamu bahkan lebih memilih pergi dengan bajingan itu!! Kamu lupa lagi dengan status mu hah..
Bahkan lekingan suara nya membuat ku menutup telinga.
" Terus mau apa! Membiarkan kalian saling mencabut tulang? Ngebotakin rambut ato rontokin gigi! Lagian apa penting nya status ku tuan Devan.. Kau bahkan tak terlihat sebagai suami!!
Kata kata itu keluar begitu saja. Tak terkontrol !! Meski pernikahan ini hanyalah diatas kertas, kadang seorang wanita perlu di hargai sebagai status nya. Bahkan aku merasa memang tak pantas di beri gelas Nyonya Hurmous. Karena merasa diri yang tak ada nilai plus nya.
" Oh aku lupa dimata mu aku ini tidak lebih dari jalang saja kan. Aku hanya penerima organ kekasih mu! Bahkan aku mau nanya! Kapan pernikahan ini berakhir! Lama lama aku muak..." Ku dorong ia untuk aku bisa menjauh dari nya. Ini kata kata terparah yang aku ucapkan pada Devan. Amarah bisa mengubah apa yang mereka pikirkan.
Lagi kesekian kali tangan ku di tarik kali ini bukan ditahan tapi di tampar! Aku jatuh ke lantai dengan sakit bertubi tubi.
Mata ku basah. Kulihat pria ini dengan semua rasa yang berkecamuk. Dia ini iblis!
" Mulai berani kamu bicara seperti itu! Apa Jordan yang mau menebus mu? Hah...
" Ya.." Jawab ku ikut berteriak sambil menangis.
" Kenapa kalau dia bisa menebus ku! Haah lucu sekali bahkan kamu bilang di tebus. Apa aku selama ini hanya sebuah barang yang di beli dan di simpan dalam gudang! Kamu sungguh brengsek Devan!!
Tangan nya kembali melayang. Kali ini aku menutup mata juga kepala ku. Apa harus begini mama.. Aku diperlakukan sebegini buruk, bahkan Mama Natasya yanh acuh tidak pernah memukul ku.
Tak ada tamparan lagi yang aku terima. Tapi suara kursi di tendang hingga terlempar. Melampiaskan kemarahan nya disana.
" Sial..! Dengar Alena!! Berapa pun nilai mu!! Dia tidak akan bisa menebus nya!!kamu akan terperangkap di ikatan ini selamanya!!!" Dekti nya di kalimat terakhir membuat ku hanya bisa menangis.
" Fine!! Jangan salahkan aku kalau aku kabur dengan nya!! " Teriak ku sudah tidak bisa mengontrol perkataan lagi.
Lalu rambut ku di jamah. Aku di paksa berdiri. Di sana kulihat sorot Devan sungguh menakutkan.
" Coba saja kalau ingin kepala nya.. Dor" Ancam nya tidak main main. Lalu rambut ku di lepas dan aku jatuh lagi disana. Tubuh dan hati ku sakit sekali.
" Aku tidak pernah main main dengan ancaman ku! So! Jadi wanita yang baik! " Kata nya menunduk dan sial nya pria iblis ini sempat sempat nya mencium kepala ku. Aku semakin berang dan berteriak disana seperti orang gila.
*
Kami berangkat jam 8 pagi. Menggunakan kapal pesiar pribadi milik keluarga Devan. Dan aku! Aku tampak sangat berantakan walau bengkak mata bisa aku atasi dan beberapa sentuhan conceler. Tapi tidak pantat ku. Masih begitu sakit. Bahkan mungkin hati yang lebih parah
" Beb.. Apa loe sakit?" Tanya Dave menelusuri wajah ku dengan matanya.
Kulirik Devan di sebelah Mami. Kulihat ia hanya melihat ku sekilas.
" Tidak!!
" Wajah loe pucat sekali! Apa sebaiknya ke dokter saja??"
" Tidak usah. Hanya cape sedikit" Ujar ku meringis dalam hati. Kalau boleh aku mengadu! Ingin ku sampaikan semua pada Dave! Aku tau dia akan menolong ku! Tapi dampak nya pasti juga besar! Devan bisa saja melukai J atau siapa pun yang menurut nya pantas sebagai balasan nya.
" Sebaik nya kamu istirahat didalam sayang 30 menit lagi kita sampai.. Dev.. Antar kan istri mu ke dalam.." Kata Mami.
" Ga usah Mi.. Alena baik baik saja! Lagian disini pemandangan nya bagus.. Sayang di lewatkan.." Kataku berkilah dari pada harus bersama Devan.
Dan sebisa mungkin aku menjauh dari manusia iblis ku. Meski ancaman nya aku takuti tapi sungguh tubuh ku mengikuti hati ku. Aku lebih merasa aman disebelah Dave.
" Apa kalian bertengkar?" Bisik Dave mengejutkan ku. Saat kami sudah sampai di Singapore masih berada di Hourbour Cruise Centre untuk menunggu mobil datang.
Tidak!"
" Masa...
" Iya.. !" Dengus ku menjauhi selidikan Dave.
" Baiklah... Gue rasa kalian punya sengatan listrik di mata kalian, apa perlu gue menggodanya??
" Jangan Dave! Jangan cari gara gara!
" Hmm jadi benar kan! Kalian ada sesuatu??
Sialan Dave ia memancing ku. " Bukan masalah berat! Biasa cekcok" Jawab ku langsung membuang muka.
" Alena, Dave.. Buruan.. " Suara Mami mengintruksi. Aku dan Dave segera mengikuti Mami. Apa jelas sekali kami lagi ada masalah. Kubuang nafas dengan berat semoga saja Mami tidak curiga.
2 buah mobil Lamborghini menunggu kami.
Dave mengambil mobil jenis sport yang putih. Sedangkan Devan ambil yang kuning. Milik nya.
Sebenar nya malas sungguh harus berdua saja dengan nya. Tapi mau bagaimana lagi Mami akan curiga kalau aku merengek sama Dave dan siap siap pria iblis ini berbuat kasar lagi kalau aku tidak patuh.
" Hatchi...
Bukan hanya sekali tapi beberapa kali! Seperti nya aku pilek karena kena angin tadi waktu di pesiar. Dan sial nya harus gitu pilek nya di mobil dia! Pasti dalam hatinya aku bawa virus penyakit!! Hari hari ku rasanya kacau banged.
" bersihkan ingus mu... Kita ke dokter sebentar... " kata nya disana sambil fokus mengemudi.
"ga perlu ak-
Dia langsung melirik ku sinis. Dan sekali lagi aku bersin di depan nya, seperti nya aku memang perlu dokter.
" ya.. Mami duluan saja ke rumah uncle Smith, kami menyusul setelah Alena lebih baikan. " kata Devan di sana bicara dengan mami nya.
Aku merasa lemas dan agak menggigil, seperti nya demam. Semoga saja manusia ini secepat nya membawa ku ke dokter.
Kurasakan mobil menepi.
Aku kaget dia menyusup kesamping dan ternyata hanya menurunkan kursi ke belakang, aku sampai kaget dan meringis sakit.
"kenapa?
"kepala ku sakit.. Ini karena rambut ku di tarik tadi malam.. Masih sakit" cicit ku memang masih rada sakit. Bahkan kalau kesentuh aja bagian belakang langsung menyekit sakit nya.
Ia rupa nya tidak percaya dan mengecek kepala ku. Tadi pagi aku coba cek. Sampai merah begitu. Entah sekarang bagaimana.
" makanya jangan membantah ku! Itu akibat nya kalau buat aku marah! " ucapnya bukan nya minta maaf malah mengatakan semua salah ku!
Rasanya sungguh aku benar benar membenci pria ini! Dia benar benar pria yang
punya temperamen buruk! Seorang diktator juga otiriter. Tapi percuma berdebat dengan nya. Bisa bisa aku di lempar di jalanan.
Setengah jam kemudian mobil memasuki apartemen elite di daerah Holland Village, banyak terlihat toko seni, toko souvenir hingga sejumlah galeri seni dan Pub. Kawasan nya sangat keren dan bersih. Aku bahkan lupa kalau domisili Devan di negara ini. Dan mungkin dia tinggal di salah satu apartemen disini.
" bisa jalan? "
Aku mengangguk! Walau sebenar nya aku sungguh pusing dan rada melayang! Lebih baik aku menahan nya dari pada di bantu nya.
Aku mengikuti nya di sebelah. Banyak orang disana menyapa nya dengan Mr. Alexander.
Pria ini hanya melihat datar tanpa membalas sapaan mereka terlebih dulu. Malah aku yang menganggukan kepala.
Dasar pria sombong! Runtuk ku. Mulai merasa heran kenapa dulu aku pernah menyukai dengan nya. Kalau di cerminkan dengan dia yang aku kenal sekarang. Rasanya aku harus pikir berulang kali untuk menyukai nya.
Kami sampai di apartement, kediaman nya di negara ini.
Dan menakjubkan. Ini apartement sungguh mewah dan keren banged. Entah berapa Devan harus membeli ini Apartement pasti nya tidak murah. Dan mungkin kah ia menempati nya sendiri? Pasti tidak! Pria jenis Devan pasti perlu kebutuhan biologis nya kan! Apalagi pria seperti dia yang punya segalanya! Tampang juga kejayaan pasti banyak wanita yang naik ranjang nya cuma cuma!
Ya pastu begitu! Sial kenapa aku merasa diriku murah sekali waktu itu nyaris terperdaya oleh nya.
" istirahat lah! ! Nanti Dokter Mark akan memeriksa mu.. " katanya disana sambil meletakkan kunci mobil sambil meletakan beberapa yang lainnya.
Aku duduk di sofa, kepala ku memang masih pusing dan hidung ini berair. Bahkan agak menggigil! Aku perlu selimut! Air putih hangat dan lainnya! Tapi sakit begini siapa yang mau merawat! Sungguh nasib.
Aku lalu menuju dapur. Mengambil gelas dan mencari keberadaan air. Rupanya air disana kosong. Apa aku harus memasak nya dulu.
Aku kembali ke dapur mencari wajan, panci atau apapun untuk bisa merebus air. Ku buka laci laci disana. Ada celemek dan sarung pembangkit berwarna pink! Ck! Ini pasti bukan milik Devan! Ternyata pria ini benar benar menyimpan kekasih nya disini ! Bahkan dia mehargai ku karena Jantung Devi ikut terbantahkan.
Panci-wajan itu ternyata disimpan di bawah rak bawah dan hanya beberapa saja. Ku ambil panci kecil seperti nya itu untuk dia masak mie.
Baru saja mengisi air. Kran itu mati. Kutilik pelaku nya dengan heran. " bukan nya tadi aku bilang kamu istirahat?? Untuk apa memasak??
" aku haus! Aku ingin minum yang hangat" jawab ku jengah sambil keluar dari dapur.
" kamu bisa menggunakan teko listrik disana" kata nya menunjuk ke dekat minibar disana.
Oh bodoh nya aku! Benda itu pasti ada di tempat begini. Segera aku mengambil benda itu dan mengisi nya dengan air mineral dalam botol yang masih bersegel.
" sini biar aku kerjakan! Istirahat lah... " teko itu dirampas.
Sungguh aku tak perlu bantuan nya. Tapi malas debat. Aku lalu menuju sofa dan rebahan disana. Rasanya nyaman sekali bisa rebahan.
Hingga suara Bell berbunyi.
Aku yang terdekat segera membuka nya. Karena mungkin juga itu Dokter Mark yang Devan bilang.
Dan ternyata benar. Ada laki laki pakai kacamata dengan kemeja garis garis. Gestur nya seperti dokter apalagi menenteng tas kotak ala Dokter.
Tapi ia tidak datang sendiri. Ada wanita cantik di belakang saja. Rambut nya emas terang dengan wajah sangat kecil cantik. Wajah nya familiar mirip... Jessy! Yaa itu dia!