webnovel

Sikap Kerajaan Elaydric I

"Keadaan sudah tak sama. Kau tak bisa berada di sisi itu lagi. Menyerahlah sebelum semuanya berakhir buruk. Situasi akan memburuk seandainya kau menolaknya. Pasukanku sudah bersiap dan kau tak lagi perlu mengkhawatirkan tiga pemimpin wilayah lain, mereka sudah mati. Kau memiliki kemampuan dan sikap yang berbeda dari mereka, sehingga menarik perhatian Tuanku!"

Larsson tak menggunakan kata-kata manis yang persuasif saat membujuk pemuda itu. Dia mengatakan apa yang dia pikirkan dengan jelas padanya. Tidak mungkin dia bisa membujuknya seperti mereka yang memiliki kemampuan membujuk. Di sisi lain, dia sedang berada dalam posisi yang unggul sehingga dia merasa tak perlu menggunakan kata-kata yang manis.

Pemuda itu mendengarkannya dan ekspresinya berubah. Ketika dia mendengar tentang kematian tiga pemimpin wilayah yang ia kenal, ia tak lagi bisa menyembunyikan rasa khawatirnya. Dia juga merasa tak memiliki kesempatan untuk melawan pria di depannya ini. Seandainya mereka bertarung, ia merasa bila dia pasti akan mati hanya dalam waktu sekejap saja.

Larsson menatapnya lekat-lekat dan tatapan matanya sungguh membuat pemuda itu bergidik ngeri. Dia tak bergerak dan dia hanya mengamati reaksi pemuda itu dengan tenang. Larsson berpikir bila semuanya akan menjadi jelas beberapa saat setelah ini. Akan tetapi, dia tak melihat tanda-tanda akan penyerahan diri pada pemuda itu.

"Yakinlah, kau tak akan kehilangan posisimu atau keluargamu. Mereka semua akan tetap sama hanya orang dan kerajaan yang kau layani yang berbeda. Lebih baik kau menyerah, itu saran terbaik yang bisa aku berikan padamu. Jika kau memilih bertarung, yah ... Hanya hal buruk yang akan kau dapatkan. Kau memiliki kekuatan yang baik, sayang itu tidak cukup!"

Pemuda itu mengatur nafasnya dan menyembunyikan kepanikannya saat merasakan tekanan yang datang dari Larsson. Tekanan yang meningkat secara tiba-tiba telah membuatnya lengah. Keringat menetes di punggungnya ketika dia merasakan tekanan serta tatapan mata Larsson yang begitu buruk. Ia menarik nafas beberapa kali dan membulatkan keputusannya.

"Kuharap kau akan memegang kata-katamu. Jika tidak, entah bagaimana nanti! Aku akan menerima tawaranmu demi para penduduk di kota. Mereka layak untuk tetap hidup dan tidak mengalami sebuah pertempuran yang membahayakan nyawa mereka. Tidak mungkin, aku mengirim mereka langsung menuju ke kematiannya! Aku berharap kau memegang kata-katamu!"

Pemuda itu tak memiliki alasan untuk menolaknya. Dia juga tak memiliki kekuatan untuk menolak tawaran yang diberikan padanya. Selain itu, mengulur-ulur waktu hanya akan membawa lebih banyak masalah untuknya. Jadi, dia memilih untuk menerimanya setelah memikirkannya sejenak. Tidak mudah baginya untuk menolak tawaran itu, apalagi setelah dia memikirkan nasib dari para penduduk yang berada di dalam kota.

Larsson tersenyum dan memberikan sinyal pada pasukannya untuk bergerak mendekati kota. Mereka tak menunjukkan sifat haus darah seperti sebelumnya. Mereka bergerak dalam sebuah formasi dengan sikap yang tenang. Mereka menatap tajam dan lurus ke arah kota. Setelah pertempuran menghadapi tiga kota lain, mereka sudah terbiasa dengan situasi seperti saat ini.

Tak lama kemudian, mereka masuk ke dalam kota. Pemuda itu memimpin pasukan serta Larsson saat masuk ke dalam kota. Dia menunjukkan sikap yang benar-benar berbeda. Dia tidak lagi gugup setelah penyerahan dirinya diterima. Dia tidak tahu apakah ini hal baik atau tidak. Namun, bertempur melawan pasukan yang begitu haus darah, pasti akan menimbulkan banyak korban jiwa.

"Tuan, bolehkah aku bertanya tentang sang Raja. Seperti apa sang Raja? Aku benar-benar penasaran dengan sang Raja. Sosok seperti apa yang bisa memberikan perintah pada seseorang sekuat anda, Tuan. Pertama kali aku melihatmu, perasaanku begitu kacau dan tertekan. Sungguh, aku kehilangan diriku saat menatapmu pertama kali!" seru pemuda itu dengan nada yang pasti.

Bagaimanapun juga, sulit bagi pemuda itu untuk berhadapan dengan Larsson yang menatapnya dengan tatapan yang lebih hangat. Lagipula mereka saat ini sudah berada di satu pihak yang sama. Tidak ada alasan bagi Larsson untuk bersikap dingin. Selain itu, dia bisa merasakan ada sesuatu yang akan berubah semenjak kerajaan berhasil memperluas wilayah. Entah bagaimana, situasinya berkembang ke titik yang tak dia harapkan.

"Raja? Ini sedikit sulit untuk mengatakannya. Dia memiliki sikap yang sulit untuk dipahami. Terkadang dia hanya menunjukkan sikapnya yang masih muda. Namun, beberapa kali ia tampak seperti pemikir jitu. Sulit diprediksi, aku rasa itu kata yang tepat untuknya. Raja juga seseorang yang menarik, buktinya dia tidak memerintahkanku untuk menghabisinya tapi merekrutmu."

Larsson menatap pemuda itu dengan tenang lalu melanjutkan ucapannya dengan berkata, "Sekarang, tugasmu menstabilkan situasi di dalam kota. Kita tidak bisa membiarkan situasi berkembang ke arah yang buruk. Bisa kupastikan, seluruh wilayah telah dianeksasi oleh Kerajaan Salauster. Ke depannya kau bisa membuktikan nilaimu. Tentu saja, ada harapan untukmu bertemu dengan Raja. Waktunya tidak lama lagi, kurasa beberapa hari ke depan kau akan bertemu dengan Raja!"

"Apakah dia Raja seperti itu? Ini semakin sulit. Apa aku bisa melakukannya dengan baik saat bertemu dengannya? Bagaimanapun juga, menurut kata-katamu tadi, dia sulit ditebak. Apa yang menarik dariku hingga Raja mengampuniku. Apa kau tahu akan hal itu, Tuan?" Pemuda itu tidak bisa menutupi rasa penasarannya terhadap apa yang ada di depannya saat ini.

Sikap Voran yang mengampuninya telah memberikan sentuhan tersendiri di dalam benaknya. Dia tidak mengetahui apa yang berharga dan menarik dari dirinya hingga dihargai seperti ini. Namun, dia juga merasa bila ini merupakan sebuah kesempatan yang tak dapat dia abaikan. Yang paling utama, dia tidak harus bertempur dan kehilangan para penduduk yang menghargainya.

Kembali ke sisi Voran yang berada di dalam istana. Dia menerima utusan dari Kerajaan Elaydric. Di dalam istana, dia bertemu dengan seorang pria paruh baya dengan penampilan yang rapi serta menonjol. Pria itu membawa sebuah gulungan serta melepaskan sikap halus nan lembut. Ketika menatapnya, sontak saja muncul perasaan menyenangkan. Matanya jernih tapi dalam. Voran memperhatikan pria itu sekilas dan dia fokus pada apa yang dibawa pria itu.

"Yang Mulia, Raja yang terhormat. Saya utusan dari Kerajaan Elaydric menghadap padamu untuk menyampaikan rasa persahabatan kerajaan kami dengan kerajaanmu. Gulungan yang saya bawa merupakan surat resmi dari Raja. Kami mengharapkan hal baik terjadi di antara kedua kerajaan," ucap pria paruh baya dengan suara yang tenang.

Voran mengangguk dan salah seorang prajurit mengambil gulungan tersebut lantas memberikan gulungan itu padanya. Voran menggenggam gulungan itu dengan tenang. Dia tidak langsung membukanya tapi menatap pria paruh baya itu.

"Apakah Rajamu memberimu sebuah pesan khusus selain dari gulungan ini?" Voran merasakan ada yang berbeda dari sikap yang ditunjukkan oleh pria paruh baya itu setelah dia menyelesaikan kata-katanya. Apapun itu, sebuah gerakan kecil yang ditunjukkan oleh pria paruh baya itu tidak lepas dari pandangannya.

"Memang, Yang Mulia. Raja menginginkan sebuah sikap Kerajaan Salauster terhadap Kerajaan Elaydric. Selain dari pesan ini, saya tak mendapatkan perintah khusus. Semuanya sudah tertera di dalam gulungan tersebut. Setelah Yang Mulia membacanya, saya akan menjawab keraguan yang Yang Mulia miliki." Pria paruh baya itu sedikit membungkuk sambil meletakkan tangan kanan ke dadanya.

Voran segera membuka gulungan di tangannya. Dia membacanya dengan hati-hati. Setiap kata yang tertuang di dalam gulungan itu membuat Voran senang sekaligus khawatir. Ada beberapa hal yang tidak bisa dia abaikan. Tulisan di dalamnya memberikan sebuah perasaan yang menyegarkan untuknya, apalagi setelah perang yang cukup menguras tenaganya.