webnovel

Perencanaan II

Pertemuan mereka bertiga di istana yang kini berubah menjadi pusat dari pemerintahan Provinsi Aran telah berlangsung cukup lama. Di dalam pertemuan itu, Voran mendapatkan beberapa ide untuk mempertahankan perbatasannya.

Voran tidak hanya ingin bertahan saja tapi juga memberi pelajaran terhadap Kerajaan Edarecia yang memanfaatkan kekosongan di kerajaannya. Entah dari mana sumber informasi kekosongan itu, tapi adanya informasi tersebut membuat Voran berpikir jika ada banyak tikus di kerajaannya.

Tidak ada penolakan atas saran yang diberkan oleh Larsson dan Voran memberikan dukungan penuh atas saran tersebut. Tentu saja, Larsson tidak hanya mengatakan saran itu secara sembarangan tapi juga memberikan beberapa ide dan saran untuk menarik kelompok-kelompok itu. Selain itu, dia juga mengajukan dirinya sendiri untuk menyelesaikan masalah ini. Jadi, Voran tidak bisa menolak cabang zaitun ini.

Dengan keputusan yang ditetapkan, Voran meninggalkan Provinsi Aran dan kembali ke ibukota kerajaan. Dilindungi pasukan dalam jumlah besar beserta dengan Veus dan Valaunter. Mereka bergerak dalam kecepatan tinggi dan kembali ke Ibukota Kerajaan. Pergerakan pasukan ini sungguh cepat dan mereka tidak memiliki banyak waktu untuk istirahat.

Di tempat yang berbeda, sebuah istana megah, sebuah ruangan yang berhiaskan emas, patung zirah prajurit, senjata-senjata yang begitu mengagumkan, serta sebuah singgasana megah yang memancarkan keagungan serta kemewahan. Sebuah singgasana bertahtakan emas serta terlapisi oleh emas. Di singgasana itu, duduklah seorang pria paruh baya dengan ekspresi muram di wajahnya.

"Cukup mengejutkan, kerajaan ini bergerak dalam tindakan yang tidak terduga. Menelan satu kerajaan sesingkat ini dan berhasil memiliki hubungan baik dengan kerajaan lainnya. Sungguh pencapaian yang mengejutkan untuk kerajaan kecil ini. Aku tidak merasa ada sosok yang mampu di kerajaan ini awalnya, tapi aku rasa aku harus mengubahnya saat ini?" pria paruh baya dengan mata sipit itu mengarahkan tatapan matanya ke arah beberapa orang yang ada di depannya.

Ada beberapa pria dan wanita yang juga menatapnya dengan tatapan berbeda-beda. Ada kekhawatiran, kegembiraan, penantian, perenungan, dan lainnya. Mereka yang berada di depannya benar-benar memiliki peranan yang kuat dan melepaskan aura yang mengesankan, terutama pria tua yang memiliki rambut panjang berwarna putih sepunggung.

Pria tua itu tersenyum lembut dengan tatapan penuh rencana saat berkata, "Meski mereka hanya kerajaan kecil. Kita tidak bisa meremehkannya ataupun menganggapnya sebelah mata. Disamping itu, Kerajaan Salauster masih ditopang oleh beberapa orang yang berbahaya dan kuat. Grim Larsson, pria itu mampu mengancam kita. Memang individu tidak akan bisa mengancam sebuah kelompok, tapi mereka bisa menjadi salah satu faktor atau pemicu kehancuran tindakan kita!"

"Kau benar! Aku tidak menduga mereka akan bergerak dengan tegas tanpa melihat sekitarnya saat menyerang Kerajaan Arannor. Hanya saja mereka berhasil mengalahkannya yang membuat situasi menjadi lebih runyam. Kerajaan Arannor tidak selemah itu hingga bisa dihancurkan dalam waktu singkat. Pasti ada salah satu pilar mereka yang tidak sedang berada di tempatnya. Sekarang kita hanya perlu menyodok mereka hingga membuat mereka fokus pada kita!"

Pria paruh baya yang duduk di singgasana kembali melanjutkan ucapannya yang bernada rendah serta nada serius. Ia berkata, "Dengan membuat mereka sibuk melawan pasukan kita yang ada di perbatasan. Sosok itu pasti akan bergerak dan membuat keributan di wilayah mereka. Inilah yang kita nantikan, dengan terpecahnya fokus mereka menjadi beberapa bagian. Peluang kita akan meningkat tajam. Selain itu, kita tidak bisa menggerakkan seluruh kekuatan kita atau para tikus akan bergerak!"

Seorang wanita berwajah halus dengan mata cerah serta rambut pirang yang panjang dan bergelombang. Dia mengenakan armor dan memancarkan aura dari kemiliteran. Wanita itu menatap pria paruh baya yang duduk di singgasana dengan kerutan di wajahnya seraya berujar, "Yang Mulia, meski kita sudah mengirim salah satu Jenderal terkuat di kerajaan ke perbatasan. Aku merasa tidak yakin bila mereka bisa menangani tugas yang Anda berikan!"

"Tenanglah, dia bisa menyelesaikannya. Walaupun hanya sebagian dari pasukanku yang ada di sana. Mereka merupakan salah satu elite yang kerajaan miliki. Dengan komandonya, mereka pasti bisa mengacaukan area itu!" Pria yang duduk di singgasana tersenyum dan tatapannya ke arah wanita itu cukup halus.

Berbeda dengan wanita yang merasa perlu menambah pasukan di perbatasan. Pria tua yang sedari tadi berpikir sendiri segera memberitahukan apa yang ia pikirkan.

"Yang Mulia, mengirim seorang Jenderal ke perbatasan tidaklah cukup untuk memberikan ancaman pada Kerajaan Salauster. Kita harus menarik salah satu dari dua kerajaan lain di sekitarnya. Juga, tarik beberapa Lord ataupun bandit yang melimpah ruah di luar sana untuk menyerang kerajaan itu! Aku rasa mereka pasti akan tertarik."

Pria paruh baya yang duduk di singgasana tampak tercerahkan dengan ucapan pria tua itu. Sebagai Raja dari Kerajaan Edarecia, ia tidak bisa bergerak secara gegabah. Maka dari itu, ia hanya bisa melakukan serangkaian gerakan kecil.

"Benar katamu, penasihat. Dengan namaku, Elaim Seryan yang sudah menggema di berbagai wilayah. Pasti akan ada kelompok atau Lord yang tertarik dengan tawaran kita. Apalagi, jika kita memberi mereka wilayah serta janjiku."

Pria paruh baya itu bernama Elaim Seryan dan Raja dari Kerajaan Edarecia, kerajaan terkuat di wilayah utara. Sebagai Raja ia tidak bisa begitu saja memberikan sebuah janji, tapi melihat situasi yang ada saat ini dan beberapa hal lain. Mau tidak mau dia harus menggunakannya.

Pria tua yang dipanggil penasihat tadi tersenyum seketika mendengar perkataan Elaim Seryan. Namun, dia tidak bisa setuju dengan memberikan Janji Raja pada Lord ataupun kelompok bandit.

"Tidak perlu bagi Yang Mulia memberikan janji kepada mereka. Cukup memberi mereka hadiah dan penghargaan tertentu, seperti sebuah wilayah kecil. Selama mereka mau mengerahkan kekuatan mereka demi menghadapi serangan kerajaan-kerajaan itu, aku yakin tidak akan ada dari mereka yang bertahan lama," ujar pria tua itu dengan senyum dingin yang menusuk tulang.

Elaim Seryan mengangguk saat mendengar hal itu. Dia tahu jika memberikan janjinya pada seseorang akan memberikan efek tertentu yang bahkan bisa menjadi sebuah variabel tak menguntungkan. Dia hanya mengatakannya untuk melihat reaksi bawahannya dan sekarang ia dipenuhi dengan senyuman.

"Benar, Penasihat. Aku akan menyerahkan masalah ini padamu. Tunjukkan pada mereka kebaikan dan kedermawanan yang kita miliki. Namun, jangan lupa untuk menekan mereka juga."

Saat mengatakannya senyuman Elaim Seryan benar-benar dingin dengan tatapan mata yang begitu dalam serta memberikan perasaan rumit bagi mereka yang melihatnya.

Wanita berbaju besi menatap pria tua itu dengan cukup rumit. Sulit untuk siapapun di Kerajaan Edarecia menggantikannya dan kehadirannya di setiap pertemuan memberikan perasaan aman. Namun, saat ini dia merasa ada sesuatu yang berbeda darinya, terutama saat melihat tatapan matanya.

"Seharusnya Yang Mulia tidak memberinya begitu banyak kekuasaan dan kelonggaran. Meskipun dia penasihat kerajaan. Tetap saja, kekuatan militer tidak bisa berada di tangannya," gumam wanita itu.

Di tempat yang berbeda, seorang pria paruh baya dengan wajah yang garah dan sebuah bekas luka di wajah bagian kirinya menatap sekumpulan prajurit yang berbaris rapi dalam sebuah formasi. Ia menggenggam pedang di pinggangnya.

Dengan kecepatan yang begitu cepat, ia menarik pedang tersebut dan mengacungkannya ke langit sembari melepaskan tekanan yang menghancurkan bumi. "Tidak ada kematian yang sia-sia demi kerajaan. Perkuat tekad kalian!"