webnovel

Perang Pembalasan VIII : Akhir II

Selek Valaunter terpukul mundur dan terlambat untuk menahan pukulan itu. Dia terhempas hingga menabrak tanah dan menghancurkannya. Tombaknya telah berayun dan merepotkan Grim Larsson hanya saja kekuatannya kurang, begitu dia lengah, Grim Larsson melepaskan serangan yang kuat. Dia berdiri dengan segera dan darah menetes dari mulutnya. Dia mengayunkan tombaknya, memutar tombaknya hingga membentuk sebuah dinding pelindung dari ki. "Uagrh!!"

"Kau lebih keras kepala dari dugaanku, Selek Valaunter. Namun, tanpa kau sadari, kau telah mengabaikan perang ini. Menyerahlah selagi aku berbaik hati!" Grim Larsson mengangkat pedangnya. Langit mengeluarkan petir dan berkumpul di pedangnya. Dia turun dan mengayunkan pedangnya dengan kecepatan yang melebihi kedipan mata.

"Ya … kau sama sekali tidak mengetahuiku, Grim Larsson!!" Begitu dia memutarkan tombaknya dia segera menusukkan tombaknya ke arah langit. "Sky-breaking Spear!" tombaknya melesat menahan ayunan pedang Grim Larsson yang dipenuhi dengan energi serta petir. Tanah retak, udara terdistorsi, ledakan energi memuntahkan tekanan yang sangat menindas. Grim Larsson berteriak sekuat-kuatnya saat dia menambah kekuatannya, begitu juga dengan Selek Valaunter. Teriakan penuh kekuatan itu menunjukkan tekad mereka berdua.

Di sisi yang berbeda, Voran menebas puluhan prajurit dan menghabisi mereka satu demi satu dengan kecepatan yang luar biasa hingga pada akhirnya dia menemukan lawan yang setara dan memberikan tekanan yang tak biasa. Voran menebaskan pedangnya ke udara untuk membersihkan darah yang menempel pada bilah pedangnya. Dia menunggangi kudanya dengan tenang saat berhadapan dengan pemuda berambut merah dan memiliki tatapan mata yang sangat tajam.

"Betapa kesempatan yang buruk. Aku harus bertemu dengan pria setangguh dia! Kekuatannya cukup besar dan tak jauh berbeda denganku. Siapa dia? Kemampuan seperti ini tidak terlalu jauh berbeda dariku. Informasi yang kumiliki tak begitu banyak. Ini sangat merugikan." Voran menatap pria di depannya dengan tajam.

Pria yang tak mengenakan armor-helmet dan menunjukkan rambut merahnya dengan tatapan mata yang tajam, lebih tajam daripada belati. Tombak di tangannya memancarkan amarah yang terpengaruh oleh nafsu membunuhnya. Armornya yang berwarna hitam terselimuti oleh auranya yang berwarna merah dan membuatnya makin terlihat mengancam. Pria itu ialah Mival Belloc 'Sang Brigadir Kematian'.

"Armormu tampak berbeda dari yang lain. Keras tapi lentur dan mudah untuk digerakkan. Tipikal armor mewah yang hanya bisa dimiliki oleh mereka yang berada di posisi tinggi. Bolehkah aku tahu? Aku sedang berhadapan dengan siapa?" Mival Belloc menanyakannya dengan nada yang dingin tapi raut wajahnya begitu hangat dan menenangkan.

Dia melepaskan aura yang kuat segera setelah dia menanyakannya. Ia merasa pria di depannya berada pada tingkatan yang sama dengannya, tapi entah bagaimana, ia tidak bisa mengalahkannya begitu perasaan itu muncul. Kejadian semacam ini baru pertama kali ia rasakan dan dia sama sekali tidak tahu mengapa perasaan ini terus menekannya.

Voran tak menggubrisnya bahkan tak memasukkannya ke dalam matanya. Dia sama sekali tidak menyangka bila dia harus berhadapan dengan lawan yang cukup kuat. Meski tak sepenuhnya mengetahui siapa pria di depannya, Voran memiliki dugaan tertentu dan penampilan pria itu hanya mengarah pada satu orang, yakni Mival Belloc.

"Apa yang bisa kau lakukan pada perang ini, Mival Belloc? Kenapa kau tak melihat sekelilingmu? Katakan padaku, mungkinkah kau bisa mengubahnya?" Voran mengayunkan pedangnya beberapa kali mencoba untuk membiasakan diri dengan pedang di tangannya. Melalui ingatan yang dimilikinya, dia mengingat jika dia sudah menguasai teknik warisan keluarganya. Hanya saja dia tidak tak terlalu sering berlatih.

Mival Belloc tersenyum dan memacu kudanya dalam kecepatan yang stabil ke arah Voran. Tombaknya terus berputar tanpa henti dan menghempaskan apapun di sekitarnya. "Tidak ada!! Aku hanya datang untuk membunuh dan mencari prestasi! Bukan kemampuanku untuk mengubah keadaan dan situasi di medan perang. Aku hanya salah satu roda yang menggerakkan pasukan. Selama aku tidak tersumbat, kemenangan akan muncul dengan sendirinya! Yah … kupikir aku sudah mendekatinya! Kau … salah satu petinggi yang akan memberiku banyak pahala!" Dia memutarnya dan menghentikan putarannya yang menghasilkan sebuah gelombang kejut.

Voran menghentakkan kakinya ke kuda. Tatapan matanya segera berubah dan dia mengeluarkan aura berwarna hitam pekat. Pedangnya terangkat tinggi-tinggi dan menyamping saat dia berkuda ke arah lawannya. Dua gelombang ki yang kuat muncul dan saling berhadapan. Voran mengayunkannya saat jarak mereka berdua hanya terpaut beberapa meter, lalu sebuah gelombang ki muncul dari ayunan pedangnya. "First Step of Salauster's Skies Sword : Cleave."

Mival Belloc mengayunkan tombaknya dalam putaran yang tak terhingga dan ki yang dia miliki menyelimuti tombaknya. "Dark of Spear's Field!" sebuah medan ki terbentuk saat tombaknya berputar. Langkah kudanya stabil dan medan ki itu mengikutinya saat dia berjalan. Gelombang ki tak menembus medan ki dan tertahan hingga menciptakan gelombang kuat yang menggetarkan tanah.

"Kau tidak akan bisa menembusnya, sampai kapanpun dan seberapa besar usahamu. Kau tidak akan bisa menembus teknik ini. Biar kuperingatkan! Sebaiknya kau tinggalkan tempat ini. Keluargamu pasti menunggumu, bukan? Kehilangan seseorang seberani dirimu pasti akan menghancrukannya keluargamu. Pergilah!!" Mival Belloc mengatakannya dengan nada dingin bukan suara yang digunakan untuk membebaskan seseorang, melainkan untuk menghabisinya. Terlebih lagi, tatapan matanya sama sekali tidak baik, bahkan sangat mengancam.

Dia menunggu Voran berbalik, tapi tidak ada yang terjadi. Dia sama sekali tidak mengharapkan hal ini. Biasanya mereka yang diberi kesempatan akan mengambilnya, terutama setelah mereka gagal menyerangnya atau tak mampu berbuat apapun terhadapnya. Saat ini dia melihat sikap yang berbeda dari lawan-lawan yang dulu pernah dia hadapi. Mival belloc tersenyum lebar dan begitu dia tersenyum, tekanan pada medan ki-nya meningkat pesat.

Voran tak memikirkan perkataan itu. Apa yang dia dengar hanyalah seseorang yang mencoba mengganggu pikirannya. Dia masuk ke dalam medan ki itu dan merasakan tekanan tak berbentuk yang menindasnya. Ketidaknyamanan segera ia rasakan begitu dia masuk ke dalam medan ki. Melihat senyum di wajah Mival Belloc, ia tahu situasinya tidak baik. Voran mengayunkan pedangnya beberapa kali mengirimkan gelombang ki yang cukup kuat untuk menghancurkan batu hingga menjadi berkeping-keping.

"Kau pikir aku peduli dengan semua itu?" Voran tak menghentikan serangannya. Ayunan pedangnya bertambah cepat dan gelombang ki yang ia kirim tak berhenti.

Merasakan kudanya tak mampu menanggung tekanan dan penindasan yang tengah dia hadapi. Voran segera melompat dari kudanya, dengan satu dorongan kuat dia melayang terbang ke Mival Belloc sembari mengayunkan pedangnya. Saat dia melayang, dia menggunakan sebuah teknik dan ki keluar dari tubuhnya lalu membentuk sebuah gambar naga yang tampak sangat jelas. "Terima ini!! Fist of The Dragon : Sky Clearing!"

Saat tinjunya mengepal, langit menjadi cerah dan seluruh ki yang ada di tubuhnya terkumpul di tangannya begitu juga dengan energi alam. Begitu dia melepaskannya, ki berbentuk naga meluncur turun ke arah Mival Belloc yang memutar tombaknya. Segera langit menjadi gelap begitu naga turun ke bawah. Voran tidak meninggalkan sedikitpun ruang untuk Mival Belloc bergerak bebas, serangannya menutupi seluruh medan ki-nya dan membuat pria itu tak berkutik.

"Argh!! Keparat kau!!" Mivac Belloc merasakan penindasan yang tak terkira. Semakin dekat naga itu semakin dia merasa tertekan. "Urgh!!! Aku tidak bisa membiarkan-" Mivac Belloc mengangkat tombaknya mencoba menahan tekanan itu dengan ki miliknya. Namun, semakin keras dia berusaha menahannya, rasa penindasan dan tekanan itu semakin meningkat. "Persetan dengan semua itu!! Aku akan membunuhmu! Huft … huft …"

Dia memutar tombaknya, walaupun setiap kali dia memutarnya dia membutuhkan banyak tenaga. Tekanan yang dia dapatkan tidak berkurang dan itu menghancurkan dirinya sedikit demi sedikit. Dia memaksakan dirinya untuk terus menggerakkan tombaknya meski rasa sakit itu terus menderu-deru di tubuhnya. Medan ki mengalami perubahan saat dia menancapkan tombaknya ke tanah. Tentakel ki segera menyeruak keluar dari medan ki-nya dan menahan ki berbentuk naga.

Saat ki bertabrakan. Ledakan kuat terjadi dan menghempaskan segala hal, Mivac Belloc ditekan secara paksa oleh tekana tak berbentuk hingga dia menekuk lututnya. Wajahnya memucat dan keringat terus menetes di wajah dan tubuhnya. Sedikit demi sedikit darah menetes dari sela-sela bibirnya. Dia merasa tubuhnya dihancurkan pelan-pelan, tulang-tulangnya terus berbunyi krek-krek. Dia mengerahkan segalanya dan menahan tekanan itu.

Voran menekannya dan terus menghisap energi yang ada di sekitarnya dengan King's Power. Dia mengeluarkannya tapi juga menambahnya. Serangannya semakin kuat seiring dengan dia menarik ki yang berada di sekitarnya. Namun, apa yang dia serap tidaklah murni sehingga memberikan beban mengerikan pada tubuhnya. Ketidakmurnian itu berasal dari emosi yang tertinggal, setiap energi yang ia serap berasal dari mereka yang mati. Oleh karena itu, energinya tidak murni. Menyerapnya hanya menimbulkan ketidakseimbangan di dalam tubuhnya.

Wajahnya memucat dan dia menggertakkan giginya saat terus menekan Mivac Belloc. Tanah tempat Mivac Belloc berdiri mengalami penurunan, dan tenggelam hingga beberapa meter. Di sisi itu pula retakan muncul. Voran memuntahkan seteguk darah saat menyaksikan Mivac Belloc jatuh ke tanah dengan posisi tengkurap. Medan ki menghilang, menyisakan darah di sekitar tubuh Mivac Belloc.

"Bluarg!! Ugh!! Sialan!! Ini berlebihan. Aku terlalu memaksakan diri menghisap seluruh ki di sekitarku. Ugh!!"