webnovel

Kerajaan Arannor IV

Voran melihat gerbang terbuka sesaat setelah ki menyeruak keluar dari mayat. Dia tidak melihat pasukannya unggul dalam pertempuran di sana. Situasinya benar-benar seimbang. Terbukanya gerbang itu membuat dia terperangah. Ia terkejut walau menantikan hal ini. Voran menengok ke samping dan melihat Veus yang memberikan sinyal pada penabuh genderang perang sekaligus pengibar bendera.

Salah satu kolom bergerak menuju gerbang dengan kecepatan tinggi. Meski gerakan mereka cepat, formasi mereka tidak kacau dan tetap rapi bahkan semakin ketat. Voran memperhatikannya secara serius saat pasukan itu bergerak masuk ke dalam gerbang karena di sana ada sebuah pasukan yang sudah menanti mereka dengan posisi bertahan.

"Seharusnya seperti ini. Aku tidak bisa langsung masuk ke dalam medan pertempuran di kala pasukanku masih mampu melakukannya. Selama mereka bergerak sesuai dengan rencananya. Maka akan baik-baik saja dan aku bisa masuk tak lama setelah pasukan di gerbang mengalami pertempuran yang lebih intens lagi!"

Voran berbicara sendiri ketika dia mengamati situasi baik di atas dinding maupun yang terjadi di gerbang. Dia menunggu dan mengantisipasi apa yang akan terjadi. Di sisi lain, energi yang berputar di sekitar pertempuran semakin banyak dan menarik perhatiannya. Dia tahu kerugian dari mengambil energi tersebut. Namun, saat ini dia memang membutuhkannya.

Matanya terpejam sejenak saat dia mengamati keadaan di sekitarnya. Dia terhanyut oleh energi yang ada di medan pertempuran. Energi itu menarik perhatiannya dan dia tak bisa melepaskan keinginannya untuk menyerap seluruh energi yang ada disan. Walaupun tahu itu merupakan Ki yang tidak murni, tetap saja, dengan menyerapnya dia bisa bertambah kuat.

"Haruskah aku mengabaikan risiko itu dan menyerapnya sampai aku berada di tahap 2-0? Lantas, ke depannya aku berkultivasi secara biasa. Aku rasa mengabaikan energi ini dan takut akan risiko itu benar-benar tindakan bodoh. Jika memang ini merupakan kekuatan yang hanya dimiliki oleh seorang raja. Maka, efek tersebut tidak akan terlalu berpengaruh." Beberapa saat kemudian dia membuka matanya dan sebuah ketegasan muncul dalam pandangan matanya saat dia berkata, "Aku pikir itu layak untuk dicoba!"

Voran berkuda ke arah gerbang bersamaan dengan pasukan yang bergerak ke sana. Dia tak mempercepat langkah kudanya. Begitu santainya dia berkuda selayaknya tengah berada di padang rumput. Perlahan-lahan sorot matanya menjadi lebih dingin dan memancarkan haus darah, begitu juga dengan ekspresi di wajahnya tatkala auranya meledak keluar bersamaan dengan pedangnya yang terhunus dan energi yang bergerak ke tubuhnya.

Dia mendapat perlindungan dari beberapa kavaleri yang mengiringnya. Voran tak memperdulikan mereka. Begitu ki yang ada di medan pertempuran bergerak ke tubuhnya, segera seluruh fokusnya hanya tertuju pada menyerap ki tersebut. Tak peduli bagaimana situasi di sekitarnya, dia menyerapnya dan mengedarkannya ke seluruh tubuhnya.

Begitu dia masuk ke dalam gerbang, pedang di tangannya langsung berayun dan menebas beberapa prajurit. Voran tak menghentikan ayunannya dan terus menyebabkan prajurit berjatuhan dalam kondisi tubuh tak utuh. Ki di pedangnya bergelombang mengacaukan segala hal di sekitarnya. Voran terus menyerap Ki yang ada di sekitarnya saat dia melakukan tindakan itu.

"Jangan sisakan satupun dari mereka! Habisi mereka semua, bunuh dan hancurkan mereka! Tunjukkan pada mereka apa itu pemusnahan!" teriakannya yang dipenuhi dengan nafsu membunuh dan semangat yang tiada Tara memberikan energi eksplosif pada setiap prajurit di sekitarnya, sehingga mereka bertindak dengan lebih buas lagi.

Di atasnya, para Kultivator bertarung dan ledakan energi ia rasakan dengan intensnya. Voran hanya menyerap Ki yang mengambang di sekitarnya saat pedang di tangannya tak berhenti merenggut nyawa seseorang. Dia terus membunuh dan membuka jalan hingga pandangannya tertuju pada seseorang yang memiliki aura lebih kuat dari yang lainnya.

Pandangannya tertuju pada pria itu sekejap mata. Pria itu mengeluarkan aura yang lebih membara dan gelap dibandingkan dengan prajurit di sekitarnya. Voran mampu merasakan haus darah dan nafsu membunuh yang tak tertahankan dari pria itu. Dia memacu kudanya ke arah pria itu sambil melepaskan serangan ke arahnya. "First Step of Salauster's Skies Sword : Cleave."

Pria itu tersenyum saat dia menarik keluar pedangnya dan melepaskan sebuah kekuatan yang besar. Dua energi Ki berbenturan di waktu yang sangat singkat. Gelombang kejut yang kuat menghempaskan para prajurit di sekitarnya hingga membentuk sebuah jalur khusus untuk mereka berdua bertemu.

"Cukup bagus, kekuatan yang cukup untukmu bertindak seperti itu. Aku rasa, aku sedikit dirugikan tadi. Sekarang, biar kulihat seberapa kuat kau ini!" Pria itu melompat dan tampak melayang di udara, tapi pedangnya berayun dengan kuat.

Melihat bahaya di depannya, Voran tak ragu untuk melompat dari kuda. Dia melompat dan mengirim serangan lain. Pusaran angin yang menderu-deru muncul begitu pria itu menyerang. Voran balas menyerangnya dan benturan energi itu membuat suasana menjadi lebih menindas. Mereka beradu pedang dan melayang di udara. Ledakan demi ledakan energi yang disertai dengan angin ribut makin mengacaukan tempat itu.

Ketika mereka sedang sengit-sengitnya. Seorang pria paruh baya muncul dan masuk ke dalam pertarungan mereka sambil mengayunkan tombaknya. Voran ditekan dua orang yang memiliki tingkat kultivasi setara. Dia sedikit dirugikan. Perasaan ditekan terus menekan dirinya. Voran tak menghentikan King's Power untuk menyerap Ki yang ada di sekitarnya. Dia mempercepatnya.

Dia tahu tak ada kesempatan baginya lepas dari mereka berdua dan sulit untuk meraih kemenangan tanpa memaksakan diri. Pedangnya berayun laksana badai, pusaran-pusaran angin terbentuk dari percikan Ki yang muncul setelah benturan terjadi. Ledakan energi tak henti-hentinya terjadi. Tanah datar mulai rusak dan hancur, muncul banyak retakan, dan tanah itu berubah menjadi tak rata.

Belum lama dia menghadapi dua orang Kultivator, tiba-tiba saja muncul pria lainnya yang melibatkan dirinya dalam pertarungan tersebut. Kali ini dia harus menghadapi tiga Kultivator sekaligus. Mereka bertiga memiliki kerja sama yang sangat baik, setiap kali dia menyerang, mereka saling menutupi celah yang muncul ketika mereka menghindari ataupun mencoba menyerangnya.

Voran terjebak dan terus berkutat dengan mereka bertiga. Namun, tanpa ketiganya sadari. Voran mengalami perubahan. Ki tak berhenti-henti masuk ke dalam tubuhnya dan terus mengalami lonjakan yang luar biasa hingga membuat wajahnya sedikit memerah lalu membiru dan vena-venanya mencuat keluar.

"Ini menarik. Tidak kuduga mereka akan menyembunyikan kekuatan sebesar ini di dalam ibukota. Sayangnya, kemenangan ini sudah jelas berada di tanganku tak peduli bagaimana kalian melawanku dan berjuang! Tidakkah kalian berpikir ini merugikan untuk bertarung pada pihak yang kalah?" Voran tersenyum saat menanyakannya.