Sejak saat itu Amanda tinggal di rumah keluarga Andrian, keluarganya menerimanya dengan baik kecuali mamanya Andrian yang kurang begitu suka karena perlakuan Shinta mamanya Amanda terhadap putranya beberapa waktu lalu. walau begitu ia tetap menerima tapi tidak sepenuhnya. Amanda berusaha menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang baru sejak di usir oleh mamanya. yaitu dengan membantu didapur, memang sudah ada pembantu tapi rasanya tidak enak berpangku tangan dan tidak melakukan apapun.
Seperti pagi itu ia bangun pagi-pagi dan turun ke dapur mempersiapkan sarapan pagi, Andrian masih tidur. Mereka sebenarnya tinggal menunggu wisuda saja yang akan dilangsungkan bulan depan. Amanda sudah menerima pesan dari papanya acara pernikahannya sudah batal tapi bukan oleh mamanya tapi dibatalkan oleh Yudha sendiri. Hal itu dilakukan seminggu sebelum kejadian ini, Yudha tidak menjelaskan alasan pembatalan pernikahan, tapi Amanda tahu.
Bi Imah merasa tidak enak ketika Amanda membantunya, tapi ia mengerti perasaan Amanda. Bi Imah hampir sama dengan bi iyem pembantu rumah di kekuarga Amanda. Keduanya sudah bekerja lama, sejak Andrian masih kecil, menurut bi Imah dulu bu Dewi juga bekerja tapi sejak Wahyu lahir memutuskan untuk berhenti bekerja. Bi Imah tahu persis kesukaan Andrian karena dia yang mengasuhnya.
Amanda sendiri sebenarnya bisa masak, karena sesekali membantu bi Iyem memasak dan bikin kue bersama.Jadi soal urusan dapur ia tidak canggung.
"Pagi !" terdengar sapaan lembut dengan suara ngebassnya siapa lagi kalau bukan Andrian yang sudah berdiri di pintu dapur.
"Pagi !" balas semua yang ada di dapur.
"Wah masak apa nih ?" tanyanya sambil mendekati Amanda yang sedang membuat nasi goreng.
"Biasalah den ! tapi yang itu spesial yang dibuat oleh calon istri aden sendiri !" jawab Imah, Andrian tersenyum.
"Kamu bisa masak ?" tanyanya, Amanda mengangguk.
"Tapi belum bisa banyak !" jawabnya dan mengambil sendok.
"Cobain deh, kurang apa ?" tanya perempuan cantik itu dan Andrian menerima suapan dari Amanda.
"Hmm ... Enak !" jawabnya. Amanda menatap Andrian seakan tidak percaya.
"Serius, enak nasi gorengnya semua pas ! kalau tidak percaya tanya sama Bi Imah yang sering memasak !" ujarnya meyakinkan, Amanda tersenyum.
----------
Sarapan pagi pun tiba, semua sudah siap di meja makan untuk selanjutnya akan beraktifitas seperti biasa, Amanda dan Andrian akan kerumah Mira, setelah itu Andrian akan ke kantor untuk bekerja seperti biasa. Wahyu katanya akan latihan basket karena sebentar lagi akan ada pertandingan penting. Sedang pak Husein seperti biasa akan ke kantor, sedang istrinya Dewi akan menghadiri pertemuan ibu-ibu.
"Tumben nasi goreng bi Imah lebih enak sekarang !" Ujar Wahyu ketka menyantap nasi goreng yang tersaji.
"Betul, ini enak sekali !" sambung pak Husein, sementara Andrian dan Amanda saling pandang dan tersenyum, sementara Dewi bersikap biasa walau mengakui nasi gorengnya enak.
"Bukan saya yang buat, gan dan Aden ! tapi non Amanda ! tadi pagi-pagi dia mau membantu bibi di dapur !" jawab bi Imah, yang menyajikan minuman untuk semuanya.
"Betul itu Amanda ? wah terima kasih ya, ini enak sekali ! calon istri idaman bisa masak !" puji pak Husein. Amanda hanya tersenyum dan mengangguk.
"Papa juga begitu waktu pertama mama masak di puji-puji ! setelah itu, oh ya kurang ini kurang itu !" sela bu Dewi.
"Iya lah, namanya juga masih baru ! banyak pujian, tapi itu kritik loh agar bisa lebih enak lagi !" jawabnya.
"Oh iya Andrian, papa sudah berkonsultasi dengan papanya Amanda ! minggu ini kalian akan menikah ! lebih cepat lebih baik agar jangan sampai terlambat !" Pak Husein menatap keduanya, semua terdiam mereka mengerti apa kata 'terlambat' itu artinya kehamilan Amanda . Dewi hanya terdiam tidak banyak berbicara apapun juga, dia membiarkan suaminya yang melakukan itu semua.
Andrian dan Amanda berpamitan kepada kedua orang tua Andrian dan menerima baik, setelah itu satu persatu mereka pada pergi ketempat tujuan masing-masing. Di kampus tidak begitu ramai karena semua sudah bebas dari keseharian kuliah. Walau ada yang datang hanya mengurus hutang saja.
Mira terkejut ketika Amanda curhat tentang keadaan dirinya, sebagai teman dan sahabat dia selalu suport bahkan kalau mau Amanda bisa tinggal bersamanya. tapi ditolak menurut Amanda dirinya dan Andrian akan pindah kerumah warisan yang sudah lebih dahulu di berikan oleh kedua orang tua Andrian. Mereka akan pindah setelah menikah dan wisuda nanti untuk menjalani hidup mandiri sebagai sepasang suami istri.
-----------
Pernikahan Amanda dan Andrian digelar sederhana, hanya dihadiri oleh keluarga saja. Dari Amanda sudah barang tentu papanya karena Shinta tidak mau hadir dan tentu saja Mira sebagai sahabat satu-satunya. Sedang Andrian tentu saja kedua orang tuanya dan adiknya Wahyu serta sahabat terbaiknya Bobby. Dengan mas kawin dan seperangkat alat ibadah, Di depan bapak penghulu dan disaksikan oleh yang lain akhirnya Amanda dan Andrian sah sebagai suami istri.
Dan sebulan kemudian Andrian dan Amanda di Wisuda, mereka resmi menjadi seorang sarjana, lagi-lagi Amanda hanya di hadiri oleh papanya, sedang Andrian dengan keluarga besarnya. Diketahui Amanda sedang hamil satu bulan, perutnya memang belum terlihat membesar, keduanya sangat bahagia.
Beberapa waktu kemudian Andrian dan Amanda pindah ke rumah yang baru yang masih satu kompleks dengan kedua orang tuanya Andrian. Rumah itu tidak besar tapi tidak juga kecil, rumah itu berlantai satu, salah satu kerabat dari bi Imah menjadi pembantu dirumah mereka, namanya bi Sumi.
Pagi itu Amanda bangun dari tidur, perutnya sudah mulai besar usia kandungan memasuki 3 bulan, Andrian sangat protektif terhadap dirinya tidak boleh ini itu karena takut terjadi sesuatu dengan kandungannya. Tapi walau begitu Amanda tetap melayani suaminya untuk membuat sarapan atau makan malam.
Untungnya Amanda tidak pernah ngidam yang aneh-aneh, di perkirakan bayi yang dikandungnya adalah berjenis kelamin perempuan. Kadang-kadang Andrian selalu mengobrol dengan putrinya itu. Amanda hanya tersenyum melihatnya. Dia pun ke dapur, untuk sementara mereka tidur di bawah. Padahal tempat tidur utama berada di lantai atas, Andrian takut kalau Amanda kenapa-kenapa bila terlalu sering naik turun tangga.
Sebenarnya Amanda memang tidak terlibat langsung dalam membuat sarapan hanya membuat minuman dan menentukan sarapan apa hari ini, setelah selesai ia ke kamar dan mempersiapkan baju suaminya untuk kerja. Andrian menggeliatkan tubuhnya dan melihat Amanda tengah sibuk dengan merapikan baju.
"Pagi !" sapanya, Amanda menoleh dan tersenyum.
"Pagi sayang, ini cukup kan untuk dibawa ke luar kota !" jawabnya sambil menunjuk ke koper pakaian, sejak lulus kuliah dan diwisuda secara otomatis pekerjaannya di kantor menjadi sibuk apalagi setelah naik jabatan sebagai Manajer perusahaan. Andrian menjadi semakin sibuk dan beberapa kali ke luar kota untuk tugas. Andrian turun dan melihat koper pakaiannya dan mengangguk.
"Terima kasih sayang !" dia menarik pelan tubuh istrinya dan memeluk serta mencium kening Amanda.
"Sudah, mandi sana !' ujar Amanda sambil menjawel pipi Andrian, dia hanya meringis kesakitan. Amanda hanya tertawa, mereka berciuman. Setelah itu Andrian mengelus pelan perut Amanda yang membulat dan mencium si jabang bayi yang ada di dalamnya.
Bersambung ...