webnovel

Lesson

Dengan kondisi kelas yang apa adanya, Tina mulai mengajari setiap murid - murid yang ada. Ia mengajari mereka dengan sabar.

Bila dilihat, kondisi yang ada pada kelas mereka, tidaklah layak disebut sebagai kelas - kelas pada umumnya. Melainkan lebih layak untuk disebut sebagai tempat penampungan, bila dibandingkan dengan bangku - bangku sekolah yang normal.

Didalam kondisi kelas yang sekarat ini, ia mengajarkan kepada mereka mambaca dan menulis dan pengetahuan lainnya kepada para murid.

Anak - anak, ibu minta perhatiannya.

"Perkenalkan ini namanya ibu Tina", mulai hari ini ia yang akan mengajari kalian. Pastikan kalian mendengar dan menuruti apa yang di ajarkan ibu Tina ya.

Baik bu....

Tina, ini kelas yang akan kamu ajari. Kamu akan mengajarkan kepada mereka apa yang kamu ketahui. Tidak perlu terlalu kaku. Ajari saja mereka semua hal yang kamu tahu.

Baiklah, saya akan kembali keruangan saya. Panggil saja ibu jika kamu memerlukan sesuatu. Dan ibu minta maaf, memang beginilah kelas ini.

Apa yang kamu butuhkan untuk mengajar, memang tidaklah cukup memadai. Tapi, hanya inilah yang bisa disediakan oleh sekolah ini.

Tenang saja bu, saya akan mengajari mereka dengan baik.

Mulai hari itu, aku mulai mengajari mereka. Setiap dari mereka memperhatikan apa yang aku ajarkan kepada mereka. Terkadang saat aku mengajari mereka, aku sempat berpikir, mungkinkah mereka akan menjadi lebih baik dari ku jika mereka dewasa nanti.

Mereka cukup aktif saat aku memberikan pengajaran, kadang kala aku juga memberikan pertanyaan pada mereka, agar mereka bisa lebih memahami apa yang aku maksudkan.

Tidak ada seorang pun yang malas dalam belajar. Walau, memang setiap orang memiliki kepintarannya masing - masing; yang membuat beberapa diantara mereka, ada yang cepat menangkap pelajaran dan ada juga yang terbilang sulit untuk menangkap apa yang aku sampaikan pada mereka.

Dari mereka aku belajar sesuatu. Dimana, setiap kehidupan masing - masing anak itu, memiliki perbedaan. Ada anak yang memiliki ayah dan ibu yang bekerja sebagai buruh pabrik, sehingga anak tersebut, haruslah hidup sendiri sebelum orang tua mereka pulang kerumahnya. Yang terkadang membuat anak tersebut, harus berada di sekolah untuk sementara waktu. Dan ada juga yang tergolong lumayan mampu, dimana keluarga mereka memiliki sawah atau ladang. Namun jumlahnya hanya bisa dihitung jari. Ada juga yang hanya seorang buruh tani, membuat keluarga mereka terkadang pun sulit untuk makan. Tidak ada yang pasti dalam hidup ini.

Setiap aku mulai mengajari mereka, dengan cukup antusias mereka mendengarkannya. Tapi terkadang, ada juga anak yang cukup bandal di dalam kelas. Sebut saja namany rony. Anak ini sering menganggu temannya saat pelajaran dimulai. Aku lumayan cukup sering menegurnya. Ya walau, sebenarnya ia hanya berniat untuk mencari perhatian ku. Aku tahu itu.

Rony, jangan kau gangu teman sebangku mu itu.

I-ibu, saya tidak menganggunya kok bu, saya hanya membangunkan dia. Oh iya dia ketiduran tadi.

Rony jangan mengelak. Tadi ibu lihat kamu memukulnya saat dia sedang menulis.

Ti-tidak kok bu. Ibu salah lihat kali.

Haih, anak ini. Sudah cukup. Ibu mau kamu segera maju kedepan, ayo jawab pertanyaan ini.

Kedepan bu, oh itu mah kecil. Biar aku aja yang kasih tahu jawabannya ke mereka.

Setiap kali aku membuat pertanyaan di depan kelas. Rony selalu mencari perhatian dengan menganggu temannya yang sedang dalam kesulitan.

Memang aku tahu, anak ini tergolong anak yang cukup pintar, ia dapat menyelesaikan pertanyaan ku dengan cukup cepat. Jadi aku sendiri jarang memberi perhatian padanya karena lebih fokus pada mereka yang masih belum mengerti juga.

Doni, kamu bisa ke depan mengerjakan ini?

A-aku tidak pandai bu.

Sudah sini, biar ibu ajari.

Ba-baik bu.

Ibu saya sudah selesai, bagian yang doni biar aku saja yang gerjain.

Rony, ini bagian doni. Jadi ibu minta kamu kembali ke mejamu.

Ah, ibu kurang seru.

Setelah itu ia pun kembali ke tempat duduknya. Dan seperti yang aku duga, ia langsung menganggu temannya lagi. Namun kali ini berbeda dari sebelumnya ia mengangu teman di belakang nya.

Rony..., kamu bisa tidak diam di tempat. Jangan ganggu teman mu.

Dengan terkejut, ia langsung duduk melipat tangannya seolah - olah tidak melakukan apa - apa.

Ibu saya tidak melakukan apa - apa, ibu salah lihat ya.

Anak ini.

Sudah, ibu tidak mau lihat kamu menganggu temanmu lagi.

Setelah itu, aku mengajarkan doni bagaimana cara berhitung, doni memang anak yang tidak begitu pintar dibanding mereka semua. Itu sebabnya ia sering tertinggal dibanding anak - anak yang lain. Aku memang ingin cepat mengajarkan semua hal kepada mereka. Tapi, pada saat ada waktu yang bisa digunakan untuk tugas atau pun latihan. Aku akan mengunakan waktu ini untuk fokus pada anak - anak yang belum mengerti.

Doni untuk menghitungnya coba kamu tambahkan yang ada di belakangnya baru hasilnya kamu tambahkan yang ada di depannya.

Aku mengajarkan kepada doni, cara menambahkan puluhan dan soalnya adalah 28 + 13.

Ibu sudah selesai.

Bagus, ibu periksa ya. Anak - anak coba perhatikan. Yang di jawab doni sudah benar tidak?

Sudah bu..., hayo 28 + 13 jawabannya apa.

41 bu, beramai rama anak - anak itu berteriak.

Nah, dony apakah sekarang kamu sudah mengerti.

Sudah bu.

Baik kalian samua, jika teman kalian ada yang masih belum pandai. Janganlah menertawainya atau menganggunya ya. Bantu dan ajari dia.

Sampai disini, adakah yang masih belum mengerti.

Semua anak - anak diam.

Kalau begitu, ibu anggap kalian sudah bisa ya.

Doni, kamu boleh kembali ketempat duduk mu.

Hari itu aku mengajari mereka semua tentang pengetahuan dasar berhitung.

Saat aku mengajari mereka. Aku merasakan kesenangan ku sendiri, melihat mereka mendengar setiap apa yang aku katakan tentang pelajaran.

Aku mulai mengenal masing masing karakter pada anak - anak yang ada di kelas ini. Disana ada rony yang anaknya sedikit bandel suka mengangu teman - temanya saat belajar, tetapi saat di tegur ia pura - pura tidak melakukan apa - apa. Atau nisa gadis kecil yang cantik, ia selalu memperhatikan apa yang aku ajarkan. Terkadang, nisa selalu di goda teman - teman laki - laki lainnya. Ya ada juga rany si gadis centil. Dan yang paling sering membuat pertanyaan aneh - aneh, adalah dodo ia selalu bertanya hal yang aneh yang membuat seluruh kelas menertawainya.

Pada momen itulah muncul semangat pada diriku untuk mendidik mereka.

Dodo sering bertanya di dalam kelas. Ya, memang tidak salah apabila anak itu aktif. Tapi, pertanyaan yang sering ia tanyakan membuat kelas menjadi penuh tawa.

Pada saat aku mengajarkan kepada anak - anak itu. Aku sering menanyakan apakah mereka mengerti atau adakah yang ingin bertanya.

Dengan cepat tangan dodo naik keatas. Dan ia pun bertanya.

Ibu, kata ibu satu tambah satu sama dengan dua. Tapi kok mama ku saat masak satu kentang ditambah satu kenang lagi jadinya malah delapan perkedel sih bu. Apa ibu tidak salah hitung.

Dodo, ibu kamu kan masak kentangnya digiling. Makanya saat ibu mu memasak, ibu mu mendapat delapan perkedel.

"Oh begitu bu, jadi kalau satu tambah satu terus digiling jadinya delapan bu... Kalau begitu setiap tambah - tambah jika kita giling hasilnya tambah banyak.

Bukan begitu dodo, ibu kamu kan itu memasak.

Terus kalau dimasak jadi berapa bu?.

Haduh..., ibu maksud. Mama kamu itu memasak sayur.

Oh, saya mengerti bu jadi kalau kita menghitung satu tambah satu, maka kita harus memperhatikan apakah itu dimasak atau digiling. Oke bu saya mengerti.

Brak, aku memukul kening ku.

Ya sudah deh, terserah kamu saja.

Jangan gitu dong bu, saya juga mau nanya kalau tambahnya kita kawinkan gimana bu. Soalnya tetangga saya baru saja kawinkan anjingnya, terus hasilnya malah empat bu.

Dan begitulah, aku pusing bagaimana menjelaskannya kepada dodo. Dan pertanyaan itu malah membuat kelas menertawainya. Ya walaupun memang lucu lewat pertanyaan konyolnya. Tapi, aku sendiri bingung harus menangapinya.

Terkadang aku melihat beberapa anak perempuan di ganggu oleh para teman lelakinya. Ya, itu memanglah cukup wajar, dimana anak - anak bermain dengan seusianya. Namun kadang kala, aku melihat beberapa anak - anak yang tidak tampak ceria. Aku sering mendekati anak - anak seperti itu. Bersyukurlah mereka mau terbuka denganku.

Aku tak pernah menyangka dengan mengajari mereka, aku bisa merasakan kesedihan dari mereka. Beberapa dari mereka pernah menceritakan bagaimana kakak perempuan pergi dari rumah ke kota - kota besar untuk melakukan pekerjaan misterius, kata mereka. Dan kembali menjadi kakak yang tidak mereka kenal. Namun hanya beberapa diantara kakak mereka yang kembali tetap normal apa adanya, tapi yang jelas, mereka membawa uang dan pakaian baru bagi keluarga mereka.

Senang rasanya mengajari mereka, aku menemukan banyak karakter di masing - masing anak - anak tersebut. Aku tahu, mereka yang bersekolah disana, bukanlah orang yang mampu. Orang tua mereka juga banyak yang kerja serabutan. Kebanyakan dari orang tua mereka bekerja sebagai petani. Ada juga yang harus bekerja sebagai buruh di pabrik dengan gaji yang kecil. Aku memiliki harapan anak - anak ini punya semangat untuk terus belajar dan suatu hari kelak mereka bisa membantu pembangunan di desa ini.

I'm sorry I can't continue quickly. It's hard for me to imagine how the teacher taught his students. So this is what makes me long.

Xtraicreators' thoughts