webnovel

Wajah Yang Hancur

Editor: Wave Literature

"Namamu bagus sekali" kata Bai Ling menyipitkan matanya sambil tersenyum, "Dari dulu aku tidak pernah melihat Tuan Muda begitu mengkhawatirkan seorang wanita. Kemarin malam ketika dia kembali ke kediaman, dia berteriak-teriak dan menyuruh kami untuk memanggil dokter. Ketika dokter berkata bahwa Nona hanya kelelahan dan cuma butuh istirahat, barulah Tuan Muda pergi dengan tenang."

Ning Mojian menundukkan kepalanya, dia tidak mampu berkata apa-apa, ketika mendengar ucapan Bai Ling yang seperti menyimpan makna lain. Tapi, dia hanya bisa berpura pura bodoh dan tidak ingin menjawabnya. Bai Ling melihat Ning Mojian yang terlihat tidak ingin meneruskan pembicaraan, lalu dia langsung berinisiatif mengubah topik pembicaraan untuk menghindari perasaan Ning Mojian yang terlihat tidak senang.

"Nona Jian Jian, di Kota Jia Ding hanya singgah ataukah datang kesini untuk bermain?" tanya Bai Ling kemudian.

"Hanya singgah" jawab Ning Mojian singkat, seolah-olah dia tidak mau berbicara banyak dengan Bai Ling. Meskipun tidak tahu dirinya mau pergi kemana dan dari mana, tapi dia juga tidak mau untuk tinggal disini dan merepotkan orang lain.

"Ternyata hanya kebetulan singgah di sini..." terlihat sinar yang berkilau di tatapan Bai Ling ketika menjawab pertanyaan Ning Mojian. Kemudian dia berkata dengan ringan, "Kota Jia Ding banyak tempat yang menyenangkan, jika Nona tidak buru-buru anda bisa jalan-jalan untuk beberapa hari di sini."

Sebenarnya Ning Mojian ingin menolak ajakan itu, namun dia tidak tega menolaknya. Tapi, dia tidak memiliki uang perak sedikitpun, dia juga tidak tahu sekarang sedang berada di lokasi apa. Dulu di keluarga Ning, Ning Shuixin dan ibunya takut jika Ning Mojian mengambil citra Ning Shuixin. Jadi, ketika ada acara apapun dia tidak akan memperbolehkan Ning Mojian untuk keluar rumah.

Tempat paling jauh yang pernah dia kunjungi bersama ibunya adalah, ketika dia pergi untuk membakar dupa di klenteng, daerah pegunungan di luar kota. Karena semua alasan itu, Ning Mojian memutuskan untuk tetap tinggal di sini, setidaknya dia ingin memastikan sedang dimana dia sekarang berada.

"Ini kesempatan yang sulit didapat, aku akan pergi jalan-jalan kalau begitu!" kata-kata Ning Mojian terlihat sangat biasa padahal di dalam hatinya, dia sangat senang.

Bai Ling melihat reaksi Ning Mojian yang terlihat senang dibandingkan dengan sebelumnya. Setelah mandi, dia mengganti bajunya dengan baju panjang berwarna biru laut. Ukurannya sangat pas, tubuhnya yang indah terlihat jelas dan tidak diragukan lagi. Kulit yang mulus, pinggang yang tegap dan kuat, dan rambut hitam panjangnya yang lembut tergerai di pundak dan punggungnya,

Tidak ada satu orang pun yang tidak terpesona oleh kecantikan Ning Mojian, bahkan Bai Ling, gadis muda ini juga terpana melihat Ning Mojian. Kemudian, dia berdiri di belakang Ning Mojian, Dengan hati-hati, dia menyisir rambut Ning Mojian dan merapikannya.

Ning Mojian melihat dirinya di cermin, dia sangat terkejut sampai membelalakkan matanya. Wajah bersih yang diwariskan dari ibunya terlihat sangat jelek sekarang, ada bekas merah, sebesar telapak tangan terpampang di sekitar mata kanannya. Bagaimana ini bisa terjadi? kata Ning Mojian dalam hati sambil meraba-raba pipinya sendiri. Di matanya tersimpan ketakutan, tapi karena suasana hatinya saat ini sedang membaik, dengan cepat dia menjadi tenang kembali.

Sebenarnya Keluarga Ning membuangnya ke hutan dengan menggunakan alasan menikah. Lalu, makanan Ning Mojian juga diberi racun, karena mereka takut kalau dia belum mati. Sayangnya racun itu tidak membunuhnya, Sepertinya begini juga bagus, karena bekas merah ini, tidak akan ada yang mengenaliku sebagai Ning Mojian. Dengan begini, aku bisa pergi ke kota dan melihat kondisi ibu... katanya dalam hati.

Ning Mojian menatap gadis muda yang ada di belakangnya lewat cermin, gadis muda itu dengan serius sedang menyisir rambutnya. Di matanya tidak terlihat sedikitpun rasa kasihan ataupun tatapan jijik kepada dirinya, akibat wajahnya yang kini telah hancur. Di mata gadis muda ini, Ning Mojian melihat kalau dia sedang melihatnya seperti sama saja dengan perempuan lain dan tidak merasa kalau ada yang aneh. Terlihat dari sini, bahwa gadis muda ini telah menghadapi banyak hal di dunia yang luas ini.

"Oke sudah selesai" kata Bai Ling sambil menjepitkan batu giok ke rambut Ning Mojian dengan tatanan rambut yang sederhana, "Nona lihatlah, apakah nona suka?" tanyanya.

"Memang karya tangan Nona Bai sangat bagus" kata Ning Mojian sambil menganggukkan kepalanya. Dia sangat menyukai riasan yang seperti ini, sederhana dan tidak berlebihan.

"Jangan panggil saya Nona Bai, Nona. Itu terlalu seperti orang asing, apalagi aku pelayan di kediaman keluarga Bai, panggilan seperti itu tidak cocok untukku. Jika Nona tidak terbiasa memanggil Bai Ling, panggil saja aku lonceng kecil" kata Bai LIng menjelaskan pada Ning Mojian.

"Walaupun kamu seorang pelayan, tapi derajatmu di kediaman ini tidak rendah, karena jarang ada majikan yang memberikan marga keluarga kepada bawahannya." kata Ning Mojian sambil tersenyum, kemudian dia melanjutkan ucapannya, "Tuan Muda keluarga Bai memintamu untuk melayaniku yang orang luar ini, jadi kamu tidak usah takut..."