Kaizoku membuka kedua matanya, dengan berhati-hati Kaizoku terbangun dari tidur pingsannya. "Ugh... Kepala ku sangat sakit..."
Di sebelah kanan Kaizoku ada Sylphy yang masih tertidur pingsan. Dengan cepat Kaizoku mencoba untuk membangunkan Sylphy dari pingsan.
"Oi! Sylphy, bangunlah!" Kaizoku mendorong-dorong badan Sylphy.
Mencoba sekuat mungkin untuk membangunkan Sylphy, akhirnya Kaizoku menyerah dikarenakan Sylphy sangat susah dibangunkan dari tidur pingsannya. Pada akhirnya Kaizoku memilih untuk melihat-lihat sekitarnya.
Menyadari jika mereka berdua sedang berada di dalam sel penjara yang gelap.
Bergerak ke depan jeruji besi penjara, melihat kanan dan kiri terlihat ada dua penjaga tengkorak yang saling menjaga kedua sisi sel penjara. Setelah melihat kedua penjaga tersebut, Kaizoku berjalan ke belakang kembali mendekati Sylphy.
Dikarenakan Kaizoku sudah tidak bisa menahan amarahnya, Kaizoku menampar Sylphy yang sedang tertidur.
Cara tersebut ampuh, Sylphy langsung terbangun dari tidur pingsannya. "Awww... Itu menyakitkan!" ucap Sylphy sambil mengelus-elus pipinya.
"Dasar tukang tidur, kita sedang berada di dalam sel penjara bodoh!" jawab Kaizoku dengan wajah marahnya.
Melihat Kaizoku untuk pertama kalinya bermain kasar, Sylphy terkejut hanya bisa berdiam saja mendengar perkataan Kaizoku.
"Dia mengambil Destion apakah aku harus menggunakan Spell <Call> adalah ide yang bagus?" ucap Kaizoku sambil berjalan lambat berputar-putar berpikir untuk membuat rencana untuk keluar dari sel penjara.
Melanjutkan perkataannya, Kaizoku berbicara. "Tidak ada salahnya untuk mencoba... <Call!> Kemarilah Destion!" Kaizoku mencoba menggunakan Spell <Call> memfokuskan Soul Energi ke dalam pikirannya untuk memanggil <Destion>.
Beberapa detik kemudian, tidak ada yang terjadi... Sepertinya mereka menyimpan <Destion> di tempat yang sangat terkunci dengan ketat, membuat <Destion> tidak bisa keluar dari tempat tersebut.
"Sialan! Seharusnya Destion kembali ke tangan ku! Revolver premium mahal ku!" dengan kesalnya Kaizoku menendang-nendang tembok keras di sebelahnya.
Mendengar tendangan tersebut salah satu dari kedua penjaga tersebut memukul jeruji besi dengan tombak, dan berbicara. "Cukup! Kalian diwajibkan untuk tidak berisik!" dia kembali ke posisi semula setelah memberi Kaizoku peringatan.
Tidak memiliki pilihan lain, Kaizoku menyerah duduk di pojokan.
Melihat Kaizoku yang menyerah, Sylphy mencoba untuk membuat Kaizoku semangat dan ceria lagi. Dia pun mendekat lalu duduk di sebelah Kaizoku.
"Yang kamu lakukan tadi itu salah, tapi aku memaafkannya... Senjata mu sangat berarti ya... Sampai-sampai saat kamu dan senjata mu terpisah, kamu lepas kendali atas dirimu sendiri..." melihat Sylphy pada mode lembut, Kaizoku pun ikutan menjadi lembut juga.
Menghela nafas lalu menjawab perkataan Sylpy. "Ya begitulah, revolver tersebut adalah benda impian ku karena revolver tersebut adalah hasil uang tabungan ku. Dari awal release aku selalu kalah saing dengan pembeli lainnya, saat aku memiliki kesempatan membelinya, aku malah di pindahkan ke dunia lain. Tidak memberikan aku kesempatan untuk pamer ke teman-teman ku." Kaizoku ingin menangis karena nyawa dia sedang berada di ujung jurang dan benda tersayangnya terpisah dengannya.
Sylphy menyadari tugasnya untuk menjaga sang hero apapun yang terjadi, termasuk keadaan mental. Untuk menenangkan Kaizoku, Sylphy memeluk hangat Kaizoku dengan erat.
Sylphy berbisik. "Pada saat kita pertama kali masuk disini, aku juga hampir menangis karena tempat ini adalah tempat paling mengerikan lebih dari neraka. Tapi entah kenapa kamu berhasil membuat ku semangat lagi. Untuk kali ini, aku lah yang menyemangati mu, jadi ayo kita keluar dari penjara ini."