"Baiklah, dengarkan baik-baik. Kita akan menyelinap ke dalam lantai dua dengan sangat berhati-hati, mencari apapun yang berguna untuk bisa ke bawah tanah. Paham?" Kaizoku memberikan usulannya kepada Sylphy.
Sylphy melihat-lihat sekitarnya, memastikan tidak ada yang mendengarkan omongan mereka. Merasa sudah aman, Sylphy membalas perkataan Kaizoku dengan sangat pelan. "Paham. Tapi, kita hanya bisa melakukannya sekali saja. Jika kita gagal, maka misi ini akan menjadi misi bunuh diri kita, harus diingat kita berada di markas musuh."
Namun, sebelum Kaizoku menjawab perkataan Sylphy, seorang pria datang dari lantai dua menatapi para tamunya. "Selamat, selamat datang tamu-tamu ku. Silahkan dinikmati makanan dan minuman yang saya persembahkan..."
Pria itu memiliki pesona penipu ulung. Tubuhnya ramping, rambutnya yang disisir rapi ke belakang berwarna hitam pekat, dihiasi dengan kumis tipis yang terawat. Matanya yang berwarna biru cerah bersinar dengan kecerdasan dan kelicikan, senyumnya yang menawan bagaikan pisau bermata dua, menyembunyikan niat terselubung. Gayanya yang rapi dan berkelas, dengan jas yang selalu terpasang sempurna dan sepatu bot kulit yang mengkilap, menambah aura misteriusnya. Di balik penampilannya yang menawan, tersembunyi seorang penipu ulung yang selalu selangkah lebih maju dari mangsanya. Tuan Thomas.
"Silahkan, silahkan! Atas nama saya, tuan Thomas Robert. Makan dan minum sepuasnya! Dan berdansa lah seperti angsa..."
Kaizoku dan Sylphy menatapi tuan Thomas dengan sangat serius. "Sepertinya dia lah, si tuan Thomas yang dibicarakan oleh kakek."
Sylphy kembali melihat ke Kaizoku, kebingungan. "Kakek? Kakek siapa? Kamu mengenali dia?"
"Tidak ada waktu untuk bercerita, kita harus mencari Gabriel cepat sebelum tuan Thomas mengetahui kita di sini."
Setelah mereka melihat tuan Thomas pergi, Kaizoku dan Sylphy melakukan rencana mereka. "Sylphy, kamu alihkan pandangan mereka, dan aku akan berjalan ke lantai dua. Setelah aku sampai di lantai dua, aku akan mengalihkan pandangan mereka dan kamu melompat ke lantai dua tanpa ada orang lain yang melihat nya, paham?"
Sylphy menjawabnya dengan wajah serius. "Paham."
Sylphy memulai untuk berjalan ke belakang tepat berada pintu masuk yang sudah tertutup. Kaizoku menundukkan kepala, mengasih kode jika dia sudah siap untuk melakukan rencananya.
Sylphy pun berakting menangis sebisa mungkin dan sekeras mungkin untuk mengalihkan semua pandangan kepadanya. "Huaaaa! Dimana tunangan ku! Dia menghilang entah kemana! Tolong aku! Huaaa! Dimana kamu Billy!"
Semuanya termasuk penjaga yang berada di lantai dua pun ikut turun ke lantai bawah, mencari tahu apa yang sedang terjadi.
Setelah semuanya menatapi dan fokus menolong Sylphy, Kaizoku dengan diam-diam menyelinap ke lantai dua dengan sangat berhati-hati memastikan tidak ada yang melihat Kaizoku.
Setelah sudah pasti tidak ada yang melihatnya, Kaizoku berjalan ke depan lantai dua. "Hah!? Banyak sekali pintu! Sangat menyusahkan."
Kaizoku berteriak sangat-sangat keras untuk mengalihkan pandangan mereka dan sang penjaga. "Huff... TOLONGGGGG!!!!!!!!!"
Setelah semuanya berganti pandangan mereka, Sylphy menggunakan kesempatan ini untuk melompat tinggi ke lantai dua.
Sang penjaga yang berada di lantai bawah pun bergegas kembali ke lantai dua melihat apa yang sedang terjadi.
Kaizoku membuka salah satu pintu kamar, dengan hokinya dia berhasil memasuki kamar yang tidak terkunci. Setelah bersembunyi di sebelah pintu masuk Kaizoku menunggu para penjaga memasuki kamar tersebut.
Satu persatu penjaga berhasil di pingsan kan, dengan cara memukul belakang kepala dengan sangat keras dengan revolver Kaizoku.
Dengan cepat, Kaizoku mencari-cari kunci masuk semua pintu (master key). Pada akhirnya Kaizoku berhasil mendapatkannya di saku penjaga terakhir. "Mantap! Sekarang aku bisa memasuki semua pintu yang terkunci."
Kaizoku keluar dari kamar, dan mengunci pintu memastikan para penjaga tidak keluar.