webnovel

Ulrica Pindah

"Tunggu!" Ulrica menarik dasi Anthoni agar duduk di bangku.

Anthoni bingung kenapa Ulrica menariknya kembali. Rupanya Ulrica yang memutuskan untuk pindah tempat dan langsung mengemasi barang-barangnya.

"Ulrica, kamu..."

"Biar aku yang pindah! Kamu tetap di sini! Jangan khawatir, aku tetap akan beristirahat denganmu! Dan untukmu, ambillah tempat duduk ini sesukamu!" ujar Ulrica dengan ketus pada Nicholas.

Ulrica pun beranjak dan hendak menuju ke bangku belakang. Namun baru dua langkah kaki, Nicholas langsung menghentikannya.

"Tunggu!" cegah Nicholas.

Ulrica sangat kesal pada Nicholas yang sedari tadi bertindak semaunya. Ia tidak tahu lagi kali ini apa yang diinginkan oleh Nicholas.

"Kamu mau apa lagi? Bukankah kamu sudah mendapatkan tempat duduk yang kamu mau?" Ulrica menahan kekesalan dengan mengepalkan tangan kanannya.

"Aku bukannya ingin tempat duduk kamu, namun aku ingin duduk bersama denganmu," jawab Nicholas dengan tatapan menggoda.

Ibu guru yang menahan diri karena kegaduhan itu kini tak bisa menahan diri lebih lama.

Namun ibu guru tidak bisa bersikap kasar karena Nicholas adalah pemilik sekolah itu semenjak beberapa hari yang lalu.

"Nicholas, Ulrica, tolong jangan ribut lagi, oke? Nicholas, hari ini kamu duduk di tempat yang ada dulu, besok baru kalian diskusi mau duduk di mana. Tolong segera duduk di tempat masing-masing karena pelajaran akan segera dimulai," pinta ibu guru dengan lemah lembut.

Akhirnya secara terpaksa Nicholas duduk dengan Anthoni. Sedangkan Ulrica kini duduk di samping si gadis gemuk nan culun itu.

Gadis gemuk itu khawatir jika dirinya juga akan ditindas oleh Ulrica hanya karena fisiknya yang buruk.

Jadi selama perjalanan, Ulrica melihat si gadis gemuk itu tidak konsen belajar karena tumbuhnya yang gemetaran.

Ulrica yakin jika gadis gemuk itu pasti takut pada dirinya. Padahal Ulrica tidak memiliki niat buruk sama sekali padanya.

"Hei! Bisakah kamu bersikap normal? Apakah aku terlihat seperti akan memakanmu, Tiffany?" tegur Ulrica yang tidak tahan melihat ketakutan gadis gemuk itu.

"M-maafkan aku! A-aku akan bersikap normal," jawab Tiffany gagap.

Namun sayangnya Ulrica masih melihat Tiffany yang gemetaran dan tidak bisa tenang. Jadi Ulrica pun melakukan cara lain untuk membuatnya tenang.

Ulrica menjulurkan tangannya pada Tiffany. Namun Tiffany nampak bingung dan tidak paham dengan apa yang Ulrica lakukan.

"Peganglah tanganku! Tenang saja, aku tidak akan memotong tanganmu," ujar Ulrica.

Perkataan Ulrica langsung membuat bulu kuduk Tiffany merinding. Tiffany pikir apa yang dikatakan oleh Ulrica adalah kebalikannya.

Ulrica jadi sedikit tertawa karena ekspresi ketakutan Tiffany. Sejujurnya sedikit asyik menggoda seseorang.

"Jangan takut, aku sungguh tidak berniat apapun! Untuk menghilangkan rasa takutmu lebih baik kita mulai perkenalan ulang saja. Hai, aku Ulrica," sapa Ulrica lalu tersenyum.

Senyuman di wajah Ulrica yang tulus dan cantik membuat Tiffany sedikit tergerak. Perlahan ia mengarahkan tangannya dan berjabat tangan dengan Ulrica.

"H-halo, aku Tiffany," jawab Tiffany yang rasa takutnya sudah mulai berkurang.

Ulrica senang karena cara ini berhasil. Ia juga memaklumi jika Tiffany takut padanya karena berpikir jika Ulrica akan sama dengan beberapa anak yang lain.

Mereka pun saling melepaskan genggaman tangan masing-masing. Ulrica mengajukan pertanyaan pada Tiffany.

"Apakah kamu masih takut padaku?" tanya Ulrica.

Tiffany hanya menggelengkan kepalanya. Meski Tiffany berbohong, Ulrica bisa merasakan ketakutan Tiffany yang tersisa.

"Jangan khawatir, aku tidak akan berbuat seperti anak-anak lain! Fisikmu adalah anugerah dari sang pencipta! Jadi aku yang juga ciptaannya tidak akan menghakimi ataupun merendahkan hasil ciptaannya," ujar Ulrica lalu memperhatikan ibu guru.

Kata-kata Ulrica barusan membuat Tiffany bengong. 'Mungkin dia memang orang yang baik,' batin Tiffany.

Terutama Jessica dan dua orang temannya. Jessica adalah teman satu kelas Ulrica yang sok cantik dan merasa dirinya yang paling terhormat.

Ulrica sangat membencinya karena sarkas dan sombong. Pernah mereka memiliki konflik karena Jessica yang memulainya duluan.

Dan semenjak itu Jessica tidak menyenggol Ulrica lagi. Namun melihat perlakuan Nicholas terhadap Ulrica tadi membuat Jessica kembali berniat untuk mengganggu Ulrica.

'Kenapa semua orang begitu tertarik padanya? Memang apa bagusnya dia?' batin Jessica yang mengamati Ulrica dari tempat duduknya.

Tatapan Jessica pada Ulrica seperti tatapan dendam kesumat selama berabad-abad. Rasa bencinya pada Ulrica semakin lama semakin menggunung.

Teman sebangkunya yang juga merupakan teman sepermainan paham dengan rasa kesal Jessica. Namanya adalah Silvia.

"Jessica, apakah kamu ingin memberinya pelajaran?" tanya Silvia memprovokasi.

Jessica ingin melakukannya namun ia ingat terkahir kali bagaimana Ulrica memberikan ancaman pada dirinya.

"Bagaimana jika dia benar-benar akan mempermalukan aku kalau aku berani macam-macam lagi terhadap dirinya?" tanya Jessica yang agak risau.

"Apakah menurutmu dia punya keberanian? Memangnya dia siapa? Kamu lebih cantik, lebih populer! Lebih kaya dan lebih terpandang! Kenapa kamu harus takut padanya?" jawab Silvia yang terus mengompori Jessica.

Silvia dan teman Jessica yang satunya, yang bernama Nina, memang berbeda sifatnya. Jika Silvia suka keributan, maka Nina tidak suka keributan.

Karena perkataan Silvia, Jessica jadi mulai terpengaruh. Ia membenarkan apa yang dikatakan oleh Silvia jika dia lebih dari segala-galanya dari pada Ulrica.

Jadi, muncullah niat Jessica untuk memberi pelajaran pada Ulrica setelah pulang sekolah nanti.

"Baiklah, kita akan memberikan dia sebuah kenangan indah," ujar Jessica lalu tersenyum.

Jessica kesal karena Nicholas juga memperhatikan Ulrica saat ia baru menginjakkan kaki ke dalam kelas.

Jessica sudah jatuh cinta pada pandangan pertama pada Nicholas. Jadi Jessica mau Nicholas menjadi kekasihnya.

Jessica tidak rela jika ada perempuan lain yang bisa merebut perhatian Nicholas. Terutama Ulrica yang sangat ia benci.

'Aku pastikan Nicholas hanya akan menjadi milikku! Kamu lihat saja pelajaran yang akan aku berikan padamu, Ulrica!' batin Jessica lalu mengepalkan kedua tangannya.

Sementara itu Anthoni yang diam-diam memperhatikan tahu jika Jessica dan temannya akan berbuat buruk pada Ulrica.

Anthoni tentu sudah siap sedia untuk melindungi Ulrica sekalian mencari tahu dari Ulrica mengenai keberadaan ratu yang ia cari.

Anthoni bisa menggunakan kesempatan ini untuk mengorek informasi dari Ulrica meski ia tak akan bisa mendapatkan banyak informasi setidaknya masih ada sendiri harapan.

'Ulrica, aku pasti akan melindungi kamu! Ratu, kapankah kamu akan muncul? Aku sudah lama menantikan kemunculanmu! Kami, pada kaummu sangat membutuhkan keberadaanmu!' batin Anthoni berharap.

Sedangkan Nicholas, ia tidak peduli dengan rencana Jessica meski Jessica melakukan itu karena menyukainya.

Yang diperhatikan oleh Nicholas hanyalah Ulrica saja. Nicholas merasa jika ada tarikan yang kuat dari Ulrica.

'Siapa dia sebenarnya? Apakah dia juga bangsa vampir yang berdiam lama di dunia manusia?' batin Nicholas menebak-nebak.

TBC...