webnovel

1. Rino Arana

Rino menghembuskan nafasnya dengan berat, Ketika melihat pacarnya yang saat ini sedang duduk bersama adik kelasnya. Bermesraan di kantin tanpa mempedulikan kehadirannya yang jelas-jelas adalah pacarnya.

Rino Arana, 17 tahun, kelas 11-A IPA. Dengan Tinggi 180 cm, Kulit putih bersih, bibir busur seksi apabila ia memajukan sedikit bibirnya, wajahnya sama sekali tidak didominasi manis atau lebih tepatnya ia sangat tampan. Rino sempat berfikir mungkin wajah tanpa manisnya inilah penyebab pacar pertamanya itu selalu selingkuh.

Ya, Rino sudah memiliki pacar yaitu Pratama Arwin Wiranto(Arwin), Yang merupakan kakak kelasnya di SMA NEGERI SULTENG. Kelas 12-B IPS, Wajahnya tampan, alis tebal, bibir yang sedikit tipis dengan kulit kuning Langsat, tinggi 190 cm, tubuhnya kekar karena olahraga favoritnya adalah Basket dan kebetulan juga merupakan ketua tim basket sekolah, kebanggaan sekolah di bidang olahraga, playboy itulah julukan yang cocok untuk Arwin.

SMA NEGERI SULTENG sendiri merupakan salah satu sekolah elit besar yang diisi oleh anak-anak konglomerat dari masing-masing keluarga mereka. Pihak sekolah juga membuka jalur beasiswa untuk anak yang kurang mampu dan Rino adalah salah satu dari beberapa siswa yang masuk lewat jalur beasiswa.

Rasanya sangat beruntung bagi Rino bisa melanjutkan pendidikannya di salah satu sekolah elit di Sulawesi Tengah ini. Pasalnya ia adalah anak yatim yang hanya tinggal bersama ibu dan 2 adik lelakinya, Randa Arana dan Dani Arana. Rino dan Randa hanya berselisih 2 tahun saja berbeda jauh dengan si bungsu Dani yang masih berumur 4 tahun.

Ibu mereka yaitu Rani Arana(35 tahun), di usianya yang masih dibilang muda wanita itu harus membanting tulang demi menghidupi ketiga putranya dengan bekerja sebagai penjual bakso didepan rumahnya. Para tetangga banyak yang mengusulkan bahkan mengenalkan pria yang seumuran, yang muda atau bahkan yang lebih tua kepada Rani agar wanita itu bisa menjalani hari-harinya bersama suami baru.

Namun Wanita itu selalu menolak halus usulan orang-orang terdekatnya untuk mencarikannya calon suami, karena baginya hanya Arka Arana seoranglah satu-satunya ayah bagi anak-anaknya dan pria yang ia biarkan mengisi hatinya sampai saat ini.

Wardi "Win, Lo gak kasihan apa sama Rino?" Tanyanya kepada Arwin yang sedang bermesraan dengan adik kelas mereka, Sinta.

Arwin melirik sebentar ke arah Rino yang duduk sendiri di meja pojok kantin, Pria tanpa manis itu tengah asik memakan bekalnya. Kemudian ia kembali menyibukkan diri dengan adkel cantik nan semok didepannya.

Arwin "Gak, biasa aja tuh, lagian dia duluan yang ngajak jadian" Acuhnya.

Sinta, "Kamu pacaran sama Rino si anak miskin beasiswa itu?". Herannya.

Mendengar itu Arwin memutar bola matanya dengan malas, terlalu malas untuk menjawab pertanyaan adkelnya ini.

Arwin "Hmm... Tapi tenang aja, soalnya gue gak cinta sama dia, cuma jadiin mainan doang kok". Arwin menggenggam tangan Sinta lantas menghujaninya dengan kecupan hingga si empunya memerah karena kesenangan plus malu.

Janu "Heh! Lo kalo mau bikin debay jangan disini dong! Cari toilet sana!" Usir Janu sebab ia jengah melihat kemesraan sahabatnya dengan si adkelnya, maklum Jomblo gitu loh.

Fanda dengan gemas menoyor kepala Janu dengan sendok kuah Baksonya hingga kepala Janu sedikit maju ke depan. Terlalu gemas mendengar ucapan pria yang paling pendek diantara mereka ini.

Fanda "Mulutnya ituloh!". Tegurnya.

Janu "Apaan sih! Lo kata kepala gue ini bakso apa? Lagian apa yang salah sama omongan gue? Lo kan tau kalo si Wiwin(Maksudnya Arwin) tuh sangean, sekarang mungkin cuma tangannya doang tapi palingan bentar lagi juga si V nya si Sinta bakal dower". Ucapnya santai tanpa filter, kembali menyibukkan diri dengan nasi goreng pedas kesukaannya.

Sebuah toyoran kembali mendarat di kepala Janu dan kali ini berasal dari Wardi dan Arwin.

Arwin "Setan! Mulut Lo minta di kuncir keknya!!"

Sinta "Sayang jangan marah-marah dong dia kan cuma bercanda, aku takut lihat kamu marah" manjanya dengan memanyunkan bibir seksinya.

Arwin "Shhh... sayangku yang manis jangan di manyunin bibirnya ntar aku khilaf" Godanya.

Fanda, Janu dan Wardi memutar bola matanya dengan malas, jengah dengan kemesraan sabahat mereka tanpa memperdulikan bahwa di pojok kantin seorang siswa tengah menahan cemburu dan kecewa karena secara tidak sengaja juga mendengar perkataan pacarnya, Arwin.

Rino "Hah... Sedih rasanya punya pacar tapi tidak dianggap, kalau memang tidak suka kenapa menerimaku sebagai pacarnya?". Ucapnya sembari memakan bekalnya dengan tidak bersemangat.

Meski ibunya berjualan bakso namun pendapatannya tidak seberapa apalagi sekarang Randa mulai sibuk-sibuknya dengan ujian di kelasnya, les dan sebagainya pasti membutuhkan uang yang banyak.

Rino kembali menghela nafasnya lalu beranjak dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan kantin dengan tatapan jijik dari beberapa penghuni kantin di sana.

Sudah terbiasa Rino melihat tatapan jijik seperti itu, toh ia sadar bahwa ia miskin. Wajar saja sebab sekolah mereka hanya diisi oleh siswa-siswi kaya jadi tidak heran mengapa mereka menatap Rino seperti itu lagian juga Rino tidak peduli karena niatnya sekolah disini adalah untuk menimba ilmu dan lulus dengan nilai terbaik agar bisa membuat ibunya dan adik-adiknya bangga.

Setibanya di kelas Rino langsung menuju ke tempat duduknya yang berada paling pojok, tidak bergabung dengan beberapa teman di kelasnya yang tengah asik bercerita. Alasannya adalah karena Rino sama sekali tidak memiliki teman sejak ia pertama kali sekolah di sini. Lagipula siapa yang mau berteman dengan anak miskin seperti dirinya? pikir Rino.

KRIIIIIING....

Semua murid berhamburan meninggalkan aktivitas mereka di luar dan kembali masuk kedalam kelas. Tak ayal juga mereka masih tetap ribut meskipun kelas sudah masuk, Sampai guru masuk ke dalam kelas barulah mereka akan diam.

Pak Yanto "Selamat siang anak-anak!" Sapa pak Yanto guru Matematika dengan semangat.

Murid kelas 11-A IPA "Selamat siang Pak!!!" Jawab mereka serempak.

Pak Yanto "Ada pr? Jawab jujur, kalo kalian ketahuan bohong bapak akan kurangi nilai rapor matematika kalian". Dengan seringai jahat khas guru killer, kali ini ia sedang menguji kejujuran kelas 11-A IPA yang terkenal dengan siswa berbakat.

Sontak sekelas panik dan bingung, kapan mereka diberi Pr oleh pak Yanto? Mereka takut salah jawab. Hingga Tiba-tiba Rino berdiri dari bangkunya lalu berjalan sembari membawa buku tugasnya kepada Pak Yanto.

Rino "Ini pak, maaf saya hampir lupa hehehe" Rino cengengesan memperlihatkan lesung di kedua pipinya.

Pak Yanto mengangguk lalu tersenyum manis, membuat murid-murid akhirnya tersadar bahwa mereka lupa mengerjakan PR.

Rino "Kalo begitu saya balik ke tempat duduk ya pak" Ucapnya sopan.

Banyak murid yang menatap tidak suka ke Rino, mereka pikir Rino sok caper dengan Pak Yanto yang notabenenya adalah pria single berumur 25 tahun.

Yani "His dasar miskin! Sok-sokan caper lagi!" Hinanya namun sama sekali tidak ditanggapi oleh Rino.

Ana" Paling mau jadiin Pak Yanto sugar Daddy-nya kali, pak Yanto kan kaya" Bisiknya pada Ana, karena mereka duduk sebangku.

Pak Yanto hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan kelas ini, Memang kelas 11-A IPA terkenal karena murid jeniusnya namun juga terkenal karena suka membully, dan menggosip.

Pak Yanto "Sudah, kalian jangan menggosip soal Rino, seharusnya kalian malu sama Rino, dia anak beasiswa tapi pintar dan mau usaha"

Ucapan Pak Yanto tidak membuat mereka sadar justru semakin membenci Rino, Sungguh Rino yang malang.

Pak Yanto "Ya sudah, yang tidak kumpul pr kalian boleh keliling lapangan sekolah 5 kali, tidak ada protes!" Tegasnya.

Akhirnya dengan perasaan dongkol seluruh kelas 11-A IPA kecuali Rino berjalan keluar kelas menuju lapangan sekolah mereka yang sangat luas itu.

Lintang "Brengsek si Rino!" Kesalnya.

Arham "Pengen deh gue injek-injek tuh muka sok caper!"

Risma "Entar pulang sekolah kita kerjain aja tuh anak miskin". Usulnya dan langsung disetujui oleh beberapa murid yang lain.

Pak Yanto "Kalian ngapain diam disana, cepet lari!!" Teriaknya dari teras kelas. Rino tidak ikut keluar, ia lebih memilih tinggal sendiri di kelas.

Dengan rasa kesal para murid berlari mengitari lapangan. Beberapa Murid di kelas lain juga terlihat tengah mengintip dari jendela.

Bu Muna "Loh pak, di kelas 11-A IPA kok cuma Rino doang yang di kelas? Terus ini kenapa semuanya pada lari keliling lapangan?" Tanya Muna ke Yanto, saat ia ini tengah berdiri di samping guru MTK ini. Yanto menoleh ke Muna lalu menjawab,

Pak Yanto "Semuanya kecuali Rino saya hukum Bu, soalnya gak ngerjain pr dari saya" jawabnya.

Bu Muna "Hah? Tumben kelas paling banyak anak pintarnya gak ngerjain Pr, Dasar anak-anak zaman sekarang ya sudah pak kalau begitu saya permisi mau ngajar di kelas sebelah, Mari pak"

Pak Yanto "Silahkan Bu" balasnya sopan.