webnovel

Api Unggun (2)

"Ade, sekarang semuanya ke lapangan ya. Sebentar lagi acara akan dimulai." Sasha memberitahu Ade.

"Aduh, acaranya udah mau mulai lagi." keluh Rama.

"Ya udah, lebih baik kita bawa mereka ke lapangan dulu." ajak Ade.

Semua peserta berjalan menuju lapangan. Mereka semua duduk dengan rapi mengelilingi kayu bakar yang telah ditumpuk di tengah.

Di tengah lapangan, dekat tumpukan kayu, terlihat Randy dan salah satu anggota BEM bernama Kayla. Rupanya mereka akan menjadi pembawa acara api unggun. Kali ini Randy memakai kaos polos berwarna hitam yang dipadukan dengan kemeja bermotif kotak-kotak dan celana jeans. Apapun yang dia kenakan selalu terlihat bagus di badannya. Mungkin karena badannya yang proposional dan wajahnya yang tampan. Semua mahasiswi terlihat sangat mengagumi ketampanan Randy. Mereka berbisik-bisik membicarakannya bahkan beberapa diantara mereka membayangkan menjadi kekasihnya.

Tepat pukul 7.30, acara dimulai.

"Selamat malam semuanya." sapa Randy dan Kayla.

"Malam kak." jawab para peserta api unggun dengan kompak.

"Baiklah, sebelum kami bacakan susunan acara kali ini, perkenankan lah kami untuk memperkenalkan diri kami. Nama saya adalah Randy, mahasiswa tingkat akhir jurusan Management Bisnis. . ." terdengar sorakan bahagia dan tepuk tangan dari kalangan hawa saat Randy memperkenalkan namanya. " . . . dan ini adalah Kayla mahasiswi tingkat 3 jurusan Sastra Indonesia."

"Berhubung waktu terus berjalan, mari kita langsung saja masuk kepada acara. Acara yang pertama adalah sambutan dari Ketua Yayasan Universitas Perjuangan dan sekaligus membuka acara api unggun. Kepada Prof. Irwanto kami persilahkan." lanjut Kayla.

Seorang pria paruh baya berusia sekitar 40 tahunan berjalan dari deretan bangku dosen menuju tengah lapangan. Randy menyerahkan mic nya untuk dipakai oleh Profesor Irwanto.

"Selamat malam anak-anakku sekalian. Saya sangat bersyukur bahwa hari ini kita semua dapat berkumpul disini untuk mengikuti acara penutupan peresmian mahasiswa baru Universitas Perjuangan dengan mengadakan acara api unggun." Profesor Irwanto memulai pidatonya. "Begitu banyak kegiatan yang kalian jalani semenjak kalian tiba di tempat ini. Dari semua kegiatan yang ada, semuanya memiliki tujuan yang sama, yakni untuk memupuk sikap disiplin, tanggung jawab, solidaritas dan melatih ketangguhan kalian agar kalian kelak dapat menghadapi segala rintangan yang ada dalam kehidupan kalian. Saya harap dengan adanya kegiatan ini, kalian dan kita semua bisa lebih mengenal satu sama lain dan bisa mengembangkan kreativitas atau bakat kalian dalam acara api unggun ini. Baiklah, berhubung sudah malam, maka saya tidak akan berbicara terlalu lama." Profesor Irwanto memberikan kode kepada salah satu anggota BEM yang sedang memegang obor untuk mendekat ke arahnya. Mahasiswa BEM itu menyerahkan salah satu obor yang dia pegang, lalu yang lainnya bersiap di tempatnya masing-masing dengan obor yang mereka pegang.

"Dengan ini, saya buka acara api unggun, semoga kalian menikmati acara ini." Beliau melemparkan obor ke tumpukan kayu yang sudah disiram bensin, lalu diikuti oleh anggota BEM yang memegang bor.

Semua peserta bertepuk tangan saat melihat api unggun mulai berkobar dan menambah kehangatan di tengah dinginnya udara malam hari ini.

"Selamat menikmati acara ini. Terimakasih atas perhatiannya. Selamat malam." tutup Profesor Irwanto, kembali ke tempat duduknya.

"Terimakasih kepada Bapak Professor Irwanto untuk sambutannya." ucap Randy sambil setengah berbungkuk.

"Mari kita masuk ke dalam acara inti yakni persembahan dari masing-masing ekstrakurikuler Universitas Perjuangan." sambung Kayla.

"Persembahan pertama akan ditampilkan oleh perwakilan dari ekstrakurikuler basket. Kepada mereka kami persilahkan maju ke depan." kata Randy.

Satu per satu perwakilan ekskul menampilkan persembahan mereka. Sementara itu di barisan ekstrakurikuler terdengar sedikit kericuhan. Ditya sudah berpisah dari barisan teman-temannya karena dia akan tampil membawakan persembahan mereka.

"Kak, ayolah. Kenapa aku nggak diganti orang lain aja, sih? Apa kakak-kakak sekalian nggak malu kalau penampilan aku jelek?" bujuk Ditya.

"Nggak ada waktu lagi, Dit. Walaupun kami mencari orang yang suaranya . . . ehm . . . lebih bagus dari kamu, tetap saja hasilnya nggak akan maksimal tanpa latihan. Bahkan mungkin akan lebih kacau." jawab Ade.

"Semoga ada keajaiban hari ini. Apapun itu, entah mereka pada tertidur atau tiba-tiba tuli untuk sementara, yang penting mereka nggak menyaksikan penampilan kita." kata Rama putus asa.

"Dit, apa suara kamu nggak bisa lebih bagus lagi?" tanya Putra.

"Hei, dari awal kan, aku udah bilang, aku nggak mau tampil. Siapa suruh kakak maksa aku untuk akhirnya maju. Maka kakak harus terima sendiri akibatnya!" omel Ditya.

"Kamu tenang aja, Dit. Jangan nervous. Semua pasti akan baik-baik aja. Jangan dengarkan omongan orang lain, yang penting kamu udah melakukan yang terbaik." kata Desta tulus berusaha menenangkan Ditya.

"Baiklah. Inilah dia yang kita tunggu-tunggu, persembahan terakhir dari ekstrakurikuler musik yang sekaligus akan menutup serangkaian acara ini. Kami selaku pembawa acara dan panitia mengucapkan terimakasih atas partisipasinya. Mohon maaf apabila ada kesalahan atau kata yang kurang berkenan. Selamat malam." pamit Randy sambil mempersilahkan ekskul musik untuk tampil. Randy dan Kayla berjalan dan duduk di barisan anggota BEM lainnya.

"Ayo, giliran kalian tampil. Good luck ya." Desta memberikan semangat.

Ditya dan Putra berjalan ke tengah lapangan. Randy terkejut melihat adik kesayangannya ternyata menjadi perwakilan dari ekskul musik karena selama ini Ditya malu untuk tampil di depan umum. Ditya dan Putra mengambil posisi masing-masing. Keduanya duduk di bangku yang sudah dipersiapkan.