webnovel

Apakah Kamu Memiliki Kekasih?

"Dit, sumpah, kamu luaaaaaar biasaaaa.." kata Taufik.

"Apanya?" tanya Ditya bingung.

"Anehnya." jawab Taufik datar.

"Memangnya kenapa?"

"Bagaimana bisa seseorang memiliki begitu banyak kepribadian seperti bunglon? Kadang kamu begitu datar, pintar, lambat, meledak-ledak, tapi kadang juga tenang. Kamu jarang bicara sama kami tapi sekalinya bicara ngena banget sampai nusuk ke hati." tawa Taufik.

"Jangan dipikirkan, nanti jadi penyakit." jawab Ditya tersenyum.

"Ayolah, sudah pada selesai kan, makannya? Kita pulang, yuk." ajak Rio.

"Ayo."

"Aku duluan ya." pamit Ditya.

"Kamu mau kemana, Dit?" tanya Niar.

"Pulang."

"Kamu mau pulang sama siapa? tanya Akbar.

"Naik angkutan umum."

"Kenapa nggak sama aku aja? Aku pikir ada yang menjemput kamu." ajak Akbar.

"Nggak usah. Biar aku pulang sendiri aja." Ditya sungkannya. Dia takut kejadian di parkiran tadi terulang kembali.

"Udah ayo. Rumahku kan searah dengan kontrakan kamu. Sekalian aku pulang." Lagi-lagi Akbar menarik tangan Ditya.

Akhirnya dengan terpaksa Ditya naik ke motor Akbar. Akbar menyalakan mesin motor dan mulai menjalankan kendaraannya.

"Kenapa kamu tadi mau pulang sendiri?" tanya Akbar.

"Nggak kenapa-kenapa. Aku cuma nggak mau merepotkan saja." Ditya berbohong.

"Bohong." kata Akbar seolah dia bisa membaca pikiran Ditya.

"Bar, kamu pasti udah punya pacar, kan?" tanya Ditya serius.

"Memangnya kenapa? Jangan-jangan kamu suka ya, sama aku?" goda Akbar.

"Enak aja!" Ditya memukul pundak Akbar.

'PD banget orang ini.' batin Ditya.

"Aku cuma nggak enak aja kalau dibonceng sama kamu terus nanti pacar kamu lihat, nanti dia salah paham." jelas Ditya.

"Tenang aja." jawabnya singkat. Mereka pun melanjutkan perjalanan.

Sesampainya di kontrakan, mereka melihat ada seseorang laki-laki yang berdiri di depan gerbang pagar rumahnya. Dia membawa motor CBR berwarna merah. Ditya mengenali laki-laki itu adalah Randy.

Akbar menghentikan motornya tepat dihadapan Randy. Randy terlihat sedikit terkejut melihat pemandangan yang ada dihadapannya.

"Hai, Kak. Sejak kapan kakak tiba disini?" sapa Ditya sambil turun dari motor Akbar.

"Aku baru sampai, kok" jawabnya singkat. Dia melihat ke arah Akbar. Baru kali ini Randy melihat Ditya pergi dengan seorang laki-laki selain dirinya.

'Apakah dia pacar Ditya?' batinnya.

"Aku pulang ya, Dit." kata Akbar.

"Iya, Bar. Makasih ya, tumpangannya." jawab Ditya. "Ayo, Kak, kita masuk. Nanti kakak hitam kelamaan berdiri diluar tengah hari begini."

"Oh, iya." Randy tersadar dari lamunannya.

Ditya membuka kunci pintu dan mempersilahkan Randy untuk duduk di ruang tamu sementara dia pergi ke kamar untuk melatakkan tasnya.

"Kemana Niar dan yang lainnya?" tanya Randy.

"Sepertinya mereka mampir lagi ke tempat lain sama teman-teman sekelas kami." jawab Ditya sambil menghampiri Randy. "By the way, ada apa kakak datang kesini?" Ditya berdiri di samping kursi, bersebrangan dengan Randy.

"Tadi nenek masak, terus aku disuruh bawa masakan ini untuk kamu. Kita makan bareng, yuk." ajak Randy.

"Ya ampun, kenapa nenek repot-repot masak ini untuk aku?" Ditya merasa tidak enak.

"Nggak repot kok. Nenek sekalian masak untuk dirumah juga. Ayo cepat kita makan nanti lauknya keburu dingin. Nasinya juga ada kok." ajak Randy. "Atau jangan-jangan kamu sudah makan ya?"

"Apa?" jawab Ditya kaget. "Belum kok, belum." Ditya berbohong. "Ayo, kita makan sambil nonton." jawab Ditya merasa kikuk.

Padahal Ditya merasa sudah kenyang, tapi dia tidak mungkin mengatakannya kepada Randy. Nenek Miarti sudah berbaik hati memasak untuk dia, dan Randy pun sudah jauh-jauh datang kesini untuk mengantarkan makanannya. Mana mungkin Ditya sampai hati mengatakan kalau dia baru saja makan bersama teman-temannya.

Ditya mengambil piring dan sendok di dapur sementara Randy membuka rantang yang dibawanya.

"Nih, kak sendok dan piringnya." seru Ditya sambil memberikan piring dan sendok kepada Randy. "Wow, kelihatannya enak sekali." puji Ditya.

Randy tersenyum melihatnya.

Randy menyendokkan nasi dan lauk ke piring Ditya. Setelah itu dia mengisi piringnya. Ditya mulai menyantap makanannya.

"Masakan nenek memang enak." puji Ditya lagi.

"Syukurlah kalau kamu suka." kata Randy. "Dit, apakah aku boleh bertanya sesuatu?" ujarnya serius sambil menatap mata Ditya.

"Mau tanya apa, Kak?" tanya Ditya kembali dengan nada santai.