webnovel

Love or Lust

Mature Story (21+) Perselingkuhan yang membuat nyaman. “Aku menginginkannya sekarang, boleh nggak?” bisik Liam di telinga Soraya saat kedua tangan kekar itu melingkari perut langsing wanita itu. “Kecuali malam ini kamu nginap di sini. Akan aku layani kamu sampai puas!” balas Sorsya berdesis, membuat Liam semakin memanas. Persis seperti kata orang, jika pria lebih menyukai sebuah tindakan, nafsu yang terbangun dari pengakuan, kontak fisik dan terlihat nyata. Sedangkan wanita lebih menyukai sentuhan, sebuah kata-kata yang terucap, kegombalan hingga rayuan telinga. Maka tidak heran, jika kaum lelaku selalu di katakan sebagai pelaku sedangkan wanita sebagai korban. Namun, apa benar itu nafsu? Bukan cinta? Please follow akun Instagramku @bossytika

BossyTika · สมัยใหม่
Not enough ratings
326 Chs

Memberi Perhatian

Semoga saja cerita ini bisa menghibur kalian. Selamat membaca ...

Salam Bucin, @bossytika 🙏💋

——————————

"Brengsek!" umpat Liam yang kemudian memukul keras kemudi setir dengan tangan yang sengaja ia kepal.

Beberapa menit yang lalu ia baru saja beradu mulut dengan seorang wanita yang selama ini menemani kesehariannya. Wanita itu marah besar karena Liam terlambat menjemputnya sepulang bekerja. Bukan tanpa alasan ia terlambat, semua itu karena ia harus mengantarkan sang Bunda terlebih dahulu pergi ke sebuah mall di kota Jakarta. Mall yang selalu saja padat pengunjungnya.

"Bunda sampai di sini aja ya? Liam sudah telat ini ... nanti Ceril marah." Liam merengek.

Sang bunda melirik anak lelakinya itu dengan tatapan sinis. "Kamu nyuruh bunda jalan kaki masuk ke sana? Bunda doain kualat baru tahu rasa kamu!" hardik Ellie, Liam akhirnya menuruti permintaan bundanya.

Lelaki itu memang anak yang paling dimanja sedunia, bagaimana tidak jika lelaki itu adalah satu-satunya anak Ellie dengan Rudie. Anak yang nantinya akan menjadi ahli waris harta kekayaan mereka. Namun, walaupun jalan takdir Liam seperti itu, lantas tidak membuatnya berbangga diri, ia malah merasa sebaliknya. Liam merasa waktunya akan habis terbuang percuma hanya karena akan mengurusi perusahaan daddy-nya. Liam tidak mau itu terjadi.

***

Tidak ada lagi kalimat yang mampu Liam ucapkan hingga akhirnya ia dicaci maki oleh kekasihnya Ceril. Liam tidak ingin membela dirinya.

Sudah setahun lebih ia menjalin asmara dengan wanita blesteran Indo-Belanda itu. Liam sudah paham betul bagaimana sifat kekasihnya. Ceril memang selalu suka membesar-besarkan masalah sepele.

Seperti tadi, Liam hanya terlambat setengah jam untuk menjemputnya, tapi itu sudah cukup membuat Ceril meledak seperti gunung merapi yang menyemburkan lahar panasnya. Cukup pula membuat telinga Liam memerah dibuatnya.

Sambil mengendarai mobil Marcerdas-Benz, Liam mengambil ponsel dari saku celananya. Tidak ada pikiran lain di otaknya selain menghubungi Soraya. Pakar konsultasi psikologi yang dia miliki sedari dulu.

"Hallo, kamu di mana?" Liam bertanya tanpa basa-basi. "Kalau gitu aku ke sana. Kamu sudah makan?"

Setelah beberapa pertanyaan ia lontarkan pada wanita di seberang teleponnya itu, dengan cepat Liam memutuskan sambungan teleponnya. Kemudian kembali menggerakkan jemarinya untuk membuka aplikasi jasa delivery order dari sebuah restoran fast food dan memesan menunya.

Begitulah sikap Liam jika dengan Soraya, lumayan perhatian.

Dengan kecepatan 80 km/jam, ia melintas jalanan raya yang tidak lagi padat. Tidak butuh waktu lama bagi Liam mengendarai mobilnya untuk sampai ke apartemen Soraya. Hanya butuh waktu sepuluh menit yang ditempuh dari Kebayoran Lama menuju daerah Pasar Minggu, yang biasanya memerlukan waktu 15 hingga 20 menit.

Liam langsung mengarahkan mobilnya masuk ke dalam basemen gedung lalu memarkirkannya. Sebelum keluar dari mobil, ia mengambil ponsel serta sebungkus rokok yang berada di dashboard dan memasukannya ke dalam saku celana.