Sabtu pagi Azmya yang baru saja selesai mandi, mamihnya mengetuk pintunya. Azmya membukakan pintu dan terkejut melihat wajah mamih yang seperti sedang menang lotre.
"Sayang cepat pakai baju yang paling bagus, di bawah sudah ada yang menunggu kamu!"perintah mamihnya sangat antusias sekali.
'Siapa mih?"tanya Azmya penasaran.
"Siapa lagi kalau bukan Sena yang kesini, pokoknya kamu harus dandan yang cantik dan pakai baju yang cantik juga ya,"pesan mamihnya.
Azmya hanya mengangguk perlahan. Ternyata episode dirinya harus menemui Sena lebih sering baru dimulai. Dengan setengah hati Azmya membuka lemari pakaiannya. Dia pun memilih milih pakaian yang akan dikenakannya hari ini. Dia pun hanya memilih kaos panjang polos berwarna putih dengan rok model accordion skirt selutut berwarna peach.
Dia tidak ingin menampilkan kesan cantik dan anggun di hadapan Sena. Dia hanya ingin menunjukkan penampilan biasanya dan yang memang biasa setiap hari selalu begini. Kalau dia menuruti perkataan mamihnya yang harus memakai gaun atau dress cantik dan berdandan cantik.
Dia hanya memakai pakaian biasa dengan riasan wajah yang natural saja. Dia hanya memakai pelembab dan sedikit tabir surya di wajah dan bibirnya dia poles dengan lip cream berwarna pink natural. Azmya kemudian memandangi pantulan wajah nya di cermin.
"Segini aja sudah cukup." Azmya cukup puas dengan riasan wajahnya.
Kemudian dia pun keluar dari kamarnya dan turun ke lantai satu. Di bawah tepatnya di ruangan keluarga, tampak Sena sedang tertawa bersama papihnya. Sepertinya ada hal yang seru dan lucu membuat mereka tertawa keras. Suara sepatu kaki Azmya yang terdengar membuat mereka berhenti tertawa.
"Astaga, pakaian gembel apa yang kamu pakai sayang!"seru mamihnya tiba tiba datang dari dapur membawa nampan berisi minuman untuk tamu yang datang itu.
'Ah mamih, emangnya mau kemana sih, aku harus pakai baju bagus,"Azmya sambil merengut dan menghampiri papihnya dan menghempaskan pantatnya dengan kasar di samping papihnya. Sena melihat itu hanya tersenyum kecil.
"Selamat pagi Azmya!"sapa Sena ramah.
"Pagi juga Om."
Mamihnya langsung menyubit pinggang Azmya ketika Azmya memanggil Sena dengan Om.
"Apa sih mih?,"tanya Azmya protes pinggangnya dicubit.
"Yang sopan sayang manggilnya jangan Om gitu!"bisik bisik mamihnya di telinga Azmya.
Sena yang hanya mendengar bisik bisik tidak jelas itu pun kembali tertawa lebar.
"Nggak apa-apa Tante, biar Azmya manggil saya Om, kan saya juga lebih tua dari dari dia," kata Sena yang sepertinya paham dengan bisikan mamihnya Azmya.
"Lebih baik panggil kakak, abang, atau Oppa!"seru papihnya.
"Iya mending Oppa daripada Om, kamu tahu kan sebenarnya nak Sena ini masih keturunan Korea," tegas mamihnya.
"Keturunan Korea, apa Oppa?"Azmya pun memandang Sena dari ujung kaki dan ujung kepala Sena.
Perawakannya sangat tinggi kayak tiang listrik. Kulitnya sawo matang, wajahnya tampan sih. Matanya memang tidak ada kelopak matanya layak orang Korea sungguhan. Tapi mana ada orang Korea kulitnya gelap. Bukankah biasanya berkulit putih.
Sena yang melihat Azmya dari bawah ke atas pun merasa pasti gadis itu tidak percaya kalau dia keturunan orang Korea.
"Aku memang berkulit gelap karena sering kerja di luar yang langsung terpapar sinar matahari, dan aku juga orangnya malasan pakai tabir surya,"ungkap Sena.
Azmya merasa terkejut sudah yang kedua kalinya Sena seperti bisa membaca pikirannya. Padahal dia tidak bicara masalah kulitnya yang gelap.
"Oh, tapi tetap saja manggil Oppa juga aku kan orang Indonesia, dia juga Indonesia, bagusan om lah."Azmya jadi salah tingkah karena Sena sepertinya tahu saja apa yang dia pikirkan.
"Azmy, jangan kayak gitu!"seru mamihnya tidak suka.
"Tidak apa-apa kok, dia boleh manggil apa saja semau dia tante, lagipula nanti juga akan berubah manggil saya dengan nampyeon,"goda Sena pada Azmya.
Azmya yang tahu apa itu arti nampyoen (suami) hanya salah tingkah jadinya. Melihat itu Sena sepertinya tersenyum puas melihat Azmya yang salting.
"Nak Sena sebenarnya Om masih ingin mengobrol sama kamu, tapi Om harus pergi dulu sama Tante karena sudah ada janji dengan teman Om"kata papih membuat Azmya membelalakan matanya.
Kenapa papih dan mampih tiba tiba mau keluar. Perasaan ini kan hari weekend yang harusnya dipakai bersama keluarga. Dan dia harus ditinggalkan dengan seorang laki laki berdua di rumah. Dimana letak moral mereka membiarkan puterinya berduaan di rumah.
Belum sempat Azmya berkata apa-apa. Papih mamihnya kompakan meninggalkan mereka berdua di ruangan keluarga.
"Papih, mamih, jangan pergi!"kata Azmya dengan suara tercekat mirip anak TK yang baru masuk sekolah terus ditingal orangtuanya di kelas.
"Mamih sama papih nanti pulangnya sore, kamu kalau mau makan siang, ajak aja Sena keluar cari makan di tempat yang bagus, dia kan belum tahu semua jalan di Bandung," kata mamihnya.
"Mih, ikh mamih ko gitu sih,"kata Azmya cemberut. Sementara Sena hanya bersikap santai dan tidak merasa kikuk. Asli Azmya merasa takut kalau ada di rumah Cuma bersama Sena.
"Tenang saja Azmy, aku tidak akan macam-macam, jangan parno seperti itu!"kata Sena untuk kesekian kalinya seperti tahu apa yang dia pikirkan.
Azmya hanya memandangi Sena sambil melipat kedua tangannya seperti sedang mengawasi setelah kedua orangtuanya pergi.
"Apa dia bisa membaca pikiranku?"tanya Azmya memicingkan matanya ke arah Sena.
Sementara Sena hanya terlihat santai dan seperti tidak ambil pusing dengan Azmya yang sedang memelototinya.
"Kalau dia bisa, aku coba mikir jelek jelek, apa dia masih bisa membaca pikiranku."
'Jangan coba coba pamer wajah ganteng kamu Karena bagiku Jun yang paling tampan.'
Kata kata itu terus dia katakan di pikirannya untuk menguji apa Sena bisa membacanya. Atau yang tadi hanya kebetulan semata.
"Jangan melotot, nanti kamu bisa sakit mata karena terus menerus melihat wajahku yang tampan ini!"kata Sena terlalu narsis.
Azmya mencibir. Ternyata Sena adalah tipe laki laki yang percaya diri. Dan ternyata Sena tidak bisa membaca pikirannya. Berarti itu hanya kebetulan saja.
Sena kemudian beranjak berdiri dari tempat duduknya kemudian bertanya di mana letak kamar mandi.
"Kenapa, kok tiba tiba beser?"ledek Azmya. Sena yang melihat Azmya meledeknya cukup gemas juga dengan Azmya.
"Cepat kasih tahu, nanti yang ada aku pipis disini!"ancam Sena mencoba becanda.
Azmya memandang pura pura jijik tapi kemudian Azmya pun menunjuk ke sebuah arah. Sena pun langsung pergi ke arah yang ditunjuk Azmya.
Selama Sena di dalam kamar mandi. Azmya mondar mandir seperti setrikaan. Dia sedang berpikir bagaimana supaya dia tidak berada dalam situasi canggung seperti ini.
Apa dia ajak aja keluar rumah ya, sepertinya ide itu lumayan daripada di dalam rumah agak seram seram bagaimana Cuma berdua aja dengan Sena. Memang ada sih asisten rumah, tapi kebanyakan mereka berada di belakang rumah.
"Kamu ngapain?"tanya Sena yang sudah balik dari kamar mandi.
"Oh,nggak, kayaknya lebih baik kita keluar rumah aja yuuk cari udara segar!"ajak Azmya.
"Kemana?"tanya Sena agak malas.
"Oh ya kita ke taman kota aja, ada Taman Jomblo, Taman Jompo, kayaknya kita kesana aja yuuk!"ajak Azmya sangat terlihat memaksa dan sangat ketahuan canggung bersama Sena.
"Tidak mau."
"Kenapa?"
"Tidak salah kamu mengajak aku kesana?"
"Memangnya kenapa?"
"Taman Jomblo khusus untuk orang jomblo kan, pasti yang datang kesana para jomblo, aku nggak mau kalau kedatangan kita kesana malah bikin yang jomblo disana gigit jari, terus apa tadi, Taman Jompo, kamu kira aku ini udah jompo yang harus dibawa kesana?"protes Sena.
Azmya hanya melongo mendengar apa yang Sena katakan tadi. Kesannya Sena itu sudah terbiasa dan sudah menganggap Azmya pasangannya. Sementara dirinya saja belum siap menerima situasi seperti ini.
Melihat Azmya yang melongo seperti itu Sena memberanikan diri mengusak rambut di kepala Azmya yang kelamaan bengongnya. Azmya pun tersadar kalau Sena sudah melakukan skinship padanya.
Azmya menjadi makin tidak nyaman.
"Kita ngobrol aja disini!"kata Sena kembali duduk di sofa. Azmya hanya diam mematung bingung dia harus bagaimana.
"Atau apa kita ke kamar kamu?"tanya Sena nakal.
"Apa,jangan rese deh!"jawab Azmya marah mendengar Sena mengajaknya ke kamar.
"Lho, jangan negative thinking dulu, aku Cuma pengen tahu kamar kamu itu kayak apa, bersih rapi nggak, terus pengen tahu juga apa ada koleksi buku disana, atau apalah, aku Cuma pengen tahu kebiasaan calon istriku dengan melihat kamarnya, kalau kamarnya berantakan kan sudah mencerminkan karakter orangnya seperti apa?"kata Sena panjang lebar.
"Calon istri, aduuuuh aku ternyata memang calon istrinya!"ungkap Azmya dalam hatinya penuh sesal. Dia belum siap dan dia belum yakin apa dia sudah membuat keputusan itu dengan tepat.
"Memangnya kamu mikir apa, aku ngajak ke kamar?"tanya Sena sambil mengerlingkan matanya nakal.
"Ah,nggak, aku nggak mikir apa apa."Jawab Azmya gelagapan.
"Jangan jangan kamu mikirnya kesana lagi?"kata Sena sambil tertawa jahil.
"Ah sudahlah, oke ayo kita ke kamar!"ajak Azmya mengalah dan menyerah dengan Sena yang selalu bisa saja speechless.
"Apa, kamu sekarang yang ngajak ke kamar?"kata Sena menyilangkan tangannya ke dadanya berusaha menutupi dadanya seolah-olah Azmya akan berbuat mesum padanya.
"Ikh, apaan sih!"kata Azmya risih tapi dalam hatinya dia tertawa karena Sena orangnya cepat akrab dan dapat langsung beradaptasi dengannya. Seolah olah mereka sudah lama saling mengenal.
"Sumpah ya, aku merinding tadi barusan kamu ngajak aku ke kamar,"kata Sena terkekeh mengikuti langkah Azmya menaiki tangga menuju lantai kamarnya.
"Awas,kamu jangan macam-macam, kalau kamu macam-macam kamu bisa babak belur dengan pukulan karateku!"ancam Azmya. Azmya menaiki tangga di depan sementara Sena mengikutinya dari belakang.
"Tidak kok, paling satu macam doing, kiss!"jawab Sena asal bicara dan memang hanya niat becandain Azmya.
Mendengar itu Azmya marah dan berhenti langsung membalikkan badannya ke belakang. Tapi Azmya langsung kaget dan berhenti napas. Ketika Sena yang berada di belakangnya berdiri di belakang dan tak tahu kalau Azmya berhenti melangkah hampir saja wajah mereka saling menabrak.
Dengan tinggi Sena yang seperti tiang listrik meskipun beda satu lantai tangga Sena dan Azmya hampir sepersekian senti wajah mereka bertemu. Azmya menahan napas karena wajah Sena terlalu dekat dengan wajahnya. Sepersekian detik juga Azmya melihat wajah tampan Sena yang melihatnya dengan sama sama kaget juga.
Tak menyangka kalau mereka bisa sedekat itu dengan situasi seperti ini. Azmya pun langsung membalikkan badannya lagi dan merasa malu. Dia pun kembali melangkah naik ke atas. Sena masih mematung, sepertinya dia juga kaget. Dia baru saja asal bicara kiss yang terjadi malah dia hampir mencium Azmya tadi.
"Om, jadi naik nggak!"seru Azmya memanggilnya Om lagi. Sena pun tersenyum senang mendengarnya. Karena Azmya memang gadis yang usil dan asal kalau bicara. Sepertinya dia tidak akan pernah bosan dengan Azmya yang seperti ini.
"Oke, aku kesana."
*****
Azmya harusnya tadi sempat mengacak acak kamarnya agar Sena salah menilai dirinya orang jorok. Jadi Sena bakal pikir pikir lagi menjadikannya istri. Tapi dan Sena malah mendapati kamarnya yang rapi dan wangi. Sena mengelilingi sudut kamarnya mengecek kaca jendela, melihat kolong tempat tidurnya, melihat rak buku dan meja riasnya. Persis pengawas kebersihan. Azmya hanya menatapnya dengan malas.
Sena pun sampai di tepian meja laci samping tempat tidurnya. Dia meraih sebuah buku yang ada di atasnya. Azmya sedikit membelalakkan matanya ketika Sena mengambil buku novel milik Jun.
"Wah, aku sih udh baca novel ini beberapa kali, kamu juga baca novel kayak gini?"tanya Sena kagum.
Azmya tak mampu menjawab. Karena dia sangat tidak mau menceritakan apa pun tentang buku itu. Buku itu masih dia simpan sekian tahun dan rasanya buku itu memang harus kembali ke pemiliknya.
"Menurutku, teori novel ini memang terjadi di sekitaran kita ya, kadang sebuah kebahagiaan beberapa orang itu harus ditebus dengan sebuah kesengsaraan seseorang", kata Sena menceritakan isi buku itu.
Azmya tidak menghiraukan Sena yang panjang lebar mengomentari buku novel itu. Dia hanya teringat lagi tentang Jun. Tanpa menyadari Sena pun sepertinya melihat kalau Azmya pikiraanya melayang entah kemana. Dia pun berhenti mengoceh.
"Halooo apa ada orang?"seru Sena membuyarkan lamunannya.
"Maaf Jun!"kata Azmya refleks. Membuat Sena mengernyitkan dahinya. Sebuah nama yang dia dengar tadi sangat terdengar jelas. Jun.
"Apa, Jun?"tanya balik Sena.
"Apa, oh- itu,"Azmya sadar kalau dia salah ucap. Tapi percuma saja dia beralasan. Pasti Sena tahu kalau dia sedang memikirkan orang lain.
"Santai aja, tidak usah terbebani, apa dia yang membuat kamu menangis di tepi danau kemarin?"tanya Sena.
Azmyatidak ingin menjawabnya. Entahlah dia harus cerita apa tidak tentang Jun. Kalau dia cerita, mungkin dia akan merasa tidak nyaman. Tapi kalau tidak cerita, bisa saja ini juga akan membuat kesalahpahaman.
Karena Azmya tidak mau menjawabnya. Sena pun mengalah dan bersabar menunggu sampai Azmya nanti cerita suatu hari nanti.
"Kita ke mall aja yuuk, biasanya cewek kalau di ajak ke mall pasti nggak nolak."
"Setuju!"
Tanpa basa basi Azmya menyetujui rencana Sena mengajaknya ke mall. Yang penting mereka bisa keluar dari rumah dan menghindari situasi situasi canggung seperti tadi. Mereka berdua pun akhirnya keluar pergi ke salah satu mall di Bandung.
Sena sepertinya merasa ada rasa yang sedikit kecewa ketika Azmya memanggil nama sebuah laki laki di depannya. Apa dia cemburu. Entahlah.
****