Khansa tergopoh berlari pulang ke rumah nenek dan kakeknya, tanpa alas kaki. Wajahnya menyiratkan kekhawatiran mendalam. Beberapa tetangga mengatakan, Khansa akan bernasib sama seperti Ibu kandungnya, dibawa ke kota dan hilang tak tau rimbanya.
Khansa menyeka air mata yang meleleh di pipinya. Dia mendapat kabar kakek dan neneknya didatangi beberapa orang di gubuk mereka. Terdengar perdebatan sengit hingga beberapa tetangga memanggil Khansa yang baru sampai dari melaut bersama kedua sahabatnya.
Setibanya di depan pintu gubuk, dia terperangah. Kakek dan neneknya duduk bersimpuh di lantai sementara lelaki paruh baya dengan penampilan seorang yang sangat kaya duduk di kursi.
"Kakek, Nenek, bangkitlah, tak ada siapa pun di muka bumi ini boleh merendahkan kalian selama aku cucu kalian ini masih hidup!"
Khansa menarik keduanya untuk berdiri. Namun anehnya kedua orang tua itu tetap bersimpuh di atas lantai yang dingin, dengan ekspresi wajah yang tak bisa di artikan oleh Khansa.
Tiba-tiba lelaki paruh baya dari kota itu mendehem.
"Karti, Kirno, jelaskan pada dia siapa kalian dan siapa saya." titah lelaki itu. Kakek dan neneknya Khansa tergugu. Nenek meminta Khansa untuk duduk
di samping pria kota itu.
"Maafin kakek dan nenek Khansa, kami selama ini memelihara kamu untuk memenuhi tanggung jawab kami pada almarhum Ibu kamu. Almarhum Ibu kamu adalah putri kandung Tuan Bisma Suganda, lelaki yang ada di hadapan kamu."
Khansa terbengong.
"Itu ngga mungkin Nek, Kek, sejak kecil aku tahunya kalian lah kakek dan nenekku." bantah Khansa.
"Kamu putri tunggal nona Davina, beliau menikah dengan seorang pria musuh keluarga besar nenek kamu, mereka kabur dari kejaran orang suruhan nenek dan suruhan keluarga ayah kamu. Dalam pelarian itu mereka mendapatkan anugerah melahirkan bayi cantik. Tapi Nenek tidak pernah ikhlas membiarkan putrinya menikahi pria, putra dari musuh bebuyutan keluarga. Dalam pelarian, kapal yang mereka tumpangi menuju Sulawesi tenggelam di tengah laut. Beruntung bagi kamu Khansa, karena mereka menitipkan kamu sementara kepada kami."
Khansa terdiam membisu.Tanpa disangka kehidupanya yang sederhana dan menyenangkan itu terusik kisah pilu cinta ayah dan ibunya yang tragis.
"Kakek datang untuk menjemput kamu Khansa, kakek tidak tahu kalau Davina dan Hazart memiliki kamu, sampai suatu hari kakek menemukan catatan pribadi ibu kamu. Bertahun-tahun kakek mencarimu, tapi sangat sulit, seperti mencari jarum di hamparan pasir." tutur kakek Khansa yang bernama Bisma Suganda itu. Tapi entah mengapa Khansa seperti melihat ketidak tulusan di mata lelaki itu. Khansa begitu lama menatap langsung pada Kakeknya.
"Apakah kakek menyayangi Ibuku?" selidik Khansa.
"Tentu Khansa, hanya saja Nenek kamu wanita dingin dan kejam itu tak mengizinkan Kakek merestui ibumu menikahi kekasihnya." ucap kakek perlente itu.
"Lalu kenapa kakek mencariku, untuk apa?"
Kakek terdiam. Dia tidak bisa menjawab.
"Keluarga ayah kamu juga mencari kamu Khansa. Mereka keluarga kejam dan jahat. Kami tidak mau kamu di pelihara di keluarga itu." jawab Tuan Bisma. Tapi Khansa melihat lagi-lagi sinar mata itu berkilat.
"Tapi khansa juga tidak bersedia tinggal di keluarga yang membiarkan kedua orang tuaku tenggelam." sahut Khansa tegas..
"Kamu tidak punya pilihan lain Khansa, bersiaplah. Keluarga kamu bukan kakek dan nenekmu ini. Mereka ...."
"Kami akan pergi dari desa ini Non, ikutlah bersama kakekmu."
Khansa tidak bisa lagi menolak. Dengan berat hati dia meninggalkan desa yang sangat dicintainya. Kedua sahabatnya melambaikan tangan kepada mobil yang membawa Khansa.
"Kakek, kenapa nenek tidak ikut? tidak kah dia akan marah saat melihat kedatangan saya?" tanya Khansa hati-hati.
"Dia sedang melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri." sahut Kakek.
Setibanya di rumah megah itu, Khansa berdoa, "semoga tak akan ada hal buruk." bisikya pelan.
Kakek meminta kepala pelayan di rumahnya mengantarkan Khansa ke kamarnya, tidak lupa kakek juga mengingatkan Mariana kepala pelayannya untuk menjelaskan satu persatu orang yang tinggal di dalam rumah megah itu.
"Nenek kamu sedang melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri, di rumah ini juga tinggal dua orang sepupu kamu, Gazela putri dari tante kamu, anak nenekmu dengan suami pertama. Bianca dan Dave, mereka putri dan putra dari tante Rosa, Tante Rossa ini adalah sepupu dari ibu kamu."
Mariana juga mengingatkan kalau di rumah itu juga tinggal seorang lelaki, putra dari sahabat kakek yang baru tiba dari Amerika. Namanya Reza Adithama. Menurut Mariana lelaki itu kamarnya berada tepat di depan kamar Khansa.
"Reza yang akan membantu kamu masuk perguruan tinggi. Kakek dan nenek kamu meminta kamu untuk kuliah di Universitas ternama di Ibu kota ini."
Khansa melotot, dia sangat tidak menyukai itu. Belajar membuatnya merasa tidak bisa melakukan hal menyenangkan dengan damai..
"Oh iya Non, disini memiliki kebiasaan penting yang Non Khansa harus ingat, setiap waktu makan pagi, seluruh anggota keluarga harus hadir di meja makan utama. Kalau tdak hadir, nenek akan sangat marah."
Khansa mengangguk sembari menguap.
Mariana tersenyum melihat nona mudanya mengantuk.
"Ayo kita ke kamar Non Khansa ya, maaf saya kelamaan memberikan pejelasan. Esok pagi nenek sudah ada di rumah ini, Non Khansa. Jangan lupa bangun pagi oh iya, di lemari pakaian sudah disiapkan pakaian untuk Nona, pesan kakek, Non Khansa jangan memakai pakaian dari kampung nelayan lagi."
Mariana mengingatkan Khansa, gadis itu mengangguk faham
Bersambung
.