Natasya memperhatikan setidaknya ada 8 orang yang berada di dalam ruangan itu, mereka semua mahasiswa yang sudah senior, meskipun begitu, Natasya tetap mengangkat dagunya tinggi meskipun dia baru mahasiswi tingkat tiga.
"Jangan terimintidasi, tidak ada senioritas di dalam ruangan ini," bisik Natasya tiba-tiba.
"Apa kau sedang mengutuk seseorang?" ucap Revan saat dia duduk di samping kekasihnya, Carol. Tanpa ragu sedikitpun dia memberikan ciuman panjang yang membuat wajah Carol merah dan terlihat pasrah.
Natasya hanya mengangkat bahunya, dia kemudian memperhatikan beberapa gadis yang baru saja duduk dalam satu meja, mereka memperhatikan Carol, lalu beralih kepada Natasya, mereka berbisik dan terdengar kata anak baru dari mulut mereka.
"Aku percaya kita semua berkumpul di sini dengan tujuan yang sama," ucap seorang pria berkacamata, terlihat kaku dan tidak mencolok sama sekali, meskipun begitu dia masih menjadi incaran tiga wanita di meja seberang, Natasya memperhatikan.
'Apa mungkin mereka hanya memperhatikan tubuh kekarnya? Tidak sematching dengan sikap kaku dan kacamata burung hantunya,' gumam Natasya tanpa sadar.
"Ck jangan percaya dia hebat hanya dengan melihat tubuhnya yang kekar, dia tidak sehebat itu, aku saksinya, aku mengintip mereka semalam saat pria itu bercinta bersama Penelope Kasty, ck tidak sehebat diriku, ya kan sayang?" ucap Revan, namun Carol menarik telinganya melarang pria itu mengganggu Natasya.
"What? Dia mengintip?" ucap Natasya dengan suara besar. Semua orang dalam ruangan menatapnya, saat itu Revan dan Carol tertawa keras.
"Ck sialan, seharusnya aku tidak mendengarkannya."
"Percayalah, Nona. Jangan pernah terlibat dengannya," ucap pria bernama Billy sambil menunjuk Revan yang terlihat tidak merasa bersalah.
***
Malam itu mereka saling berkenalan, Natasya senang berkenalan dengan mereka, apalagi ketiga wanita itu tidak seburuk yang Natasya bayangkan, jika kau tahu cara menanganinya, begitupun Carol yang bisa beradaptasi dengan siapa saja.
"Kau sendirian ke sini?" tanya pria berambut coklat dengan mata coklat, wajahnya cukup tampan, tapi dia bukanlah tipe Natasya, pria itu mengambil dua gelas minuman dan memberikannya pada Natasya.
"Hai, perkenalkan namaku Billy. Aku dan Nick merencanakan perkemahan kali ini, percayalah, semuanya akan terkendali, jika kita semua mengikuti prosedur keamanan."
"Oh ya, tentu saja, erm namaku Natasya Azriela, aku mahasiswi di kota Ville dan aku mahasiswi tingkat tiga," ucap Natasya tidak canggung sedikitpun, dia malah terlihat percaya diri tanpa menunduk sedikitpun.
"Senang berjumpa denganmu Natasya, nama yang indah, aku tidak pernah melihatmu, padahal biasanya aku cepat mengenali wanita cantik," ujarnya sambil memandang Natasya dengan pandangan paling aneh yang dirasakan Natasya.
"Mm, aku memang cukup jarang datang ke kampus sih," ujar Natasya tanpa menjelaskan alasannya.
"Mau jalan-jalan di luar sana? Aku yakin tidak akan dingin jika kita bersama, es akan meleleh dengan adanya kita berdua," ucap pria itu, Natasya melihat Revan dan Carol yang naik ke lantai atas, terlihat Revan yang berakting muntah ketika mereka mendengarkan ucapan Billy.
"Mungkin lain kali. Aku baru tiba hari ini dan aku ingin istirahat. Oh ya, besok jam berapa kita akan berangkat?" tanya Natasya.
"Jangan khawatir kesiangan, aku yakin para pasangan ini akan telat bangun, karena itu besok kita akan mulai start pukul 10 pagi setelah sarapan." Terlihat matanya penuh harap agar Natasya masih ingin mengobrol dengannya, namun keinginannya tidak semudah itu terkabul, berkat ucapan Revan, Natasya menjadi awas pada pria itu.
***
Gadis itu masuk ke dalam kamarnya, dia menutup dan menguncinya.
"Sayang sekali, aku tidak datang ke desa ini untuk bermalam hangat bersama seorang pria, tujuanku untuk menyintas, lagi pula pria itu bukan tipeku apalagi dia seorang pemain," gumam Natasya.
Malam itu salju turun lagi, udaranya semakin dingin terasa hingga ke dalam kamar Natasya yang saat ini sudah berbaring, dia mengambil apapun itu agar tubuhnya tetap hangat.
"Aku harap udara tidak sedingin ini saat berkemah nanti," gumamnya.
***
Bunyi geraman terdengar keras dari dalam hutan, tembakan kian terdengar, terlihat jejak sepatu di dalam salju yang dalam, membuat pemburu itu tidak menyerah begitu saja, dia membidik dan menembakkan sasaran tepat pada serigala liar yang turun dari gunung dan masuk ke dalam hutan mencari makanan, sayang sekali bagi serigala itu. Pria tinggi itu berjalan layaknya monster di antara hutan salju, dia membidik tepat sasaran.
Suara letusan senjata api membuat salju dari pohon itu berjatuhan.
"Ck sial! Tertutup salju lagi." Pria itu menggalinya dan mengangkat kedua kaki buruannya.
"Lumayan, hehe rusa ini jadi milikku, maaf sekali Wolf, mangsa yang sudah di tanganku, tidak akan kulepaskan sampai dia menjadi milikku."
Pria itu pergi, tatapannya beku, kaku dan tajam, bibirnya terlihat pucat karena sudah beberapa jam berburu di dalam hutan, dia naik di atas jet skinya, wajahnya tertutupi rambut hitam legam yang menutupi ketampanannya.
"Ck, musim liburan? Turis akan berdatangan di wilayah Brigeway, jangan harap kalian bisa mencapai tempatku tinggal, karena aku tidak akan membiarkannya." Pria itu akhirnya pergi meninggalkan lokasi, dia tidak akan pernah tahu siapa yang akan ditemuinya.
***
Natasya bangun dengan mata panda terpeta di bawah matanya, dia mengucek dan berbaring kembali, karena belum waktunya mereka pergi dan sekarang dia kurang tidur, padahal dia masuk ke kamarnya pukul 9 malam, lalu melihat pemandangan dari jendela kamar, setelah itu Natasya bersiap tidur.
Mata panda itu terjadi karena suara mendesah dan geraman terdengar jelas dari sebelah kamarnya. Kamar itu bukanlah ruangan yang didesain kedap suara, hanya terbuat dari kayu kuat yang diambil dari dalam hutan, bagaimanapun juga, suara dari sebelah kamar akan jelas terdengar.
"Ukh, aku tidak bisa tidur, kenapa sih suara mereka sangat besar?!" geram Natasya, dia mengambil bantal dan menutup telinganya, tetapi percuma saja karena suara itu akan terdengar di seluruh ruangan di penginapan itu. Suara erangan dan hentakan dan geraman dari kamar Carol.
"Revan dan Carol, akan kubunuh mereka saat bangun nanti," gumam Natasya sambil mencoba mengambil beberapa menit saja untuk tidur dengan nyaman, tanpa gangguan, padahal dia berharap bangun dengan tubuh fit dan tidur yang cukup sebelum keberangkatannya.
"Baik. Aku bangun dan bersiap-siap, anggap saja semalam suara binatang liar yang sedang mendesah dan bergairah, itu tidak penting sama sekali, jangan rusak harimu dengan apapun itu," ucap Natasya pada dirinya sendiri.
Suara kakinya terdengar menggema turun ke lantai bawah, beberapa orang ternyata telah siap dan sedang sarapan pagi, saat melihat Natasya, mereka menertawainya.
"Dia adalah korban kedua yang memiliki mata panda, harusnya aku mengusir mereka ke tengah hutan, agar tidak mengganggu tidur kita semua," ujar Billy.