webnovel

14 – Dangerous Practice 

It's not that I can hold on to you

So don't make me want to

Aku melongok ke ruang makan pagi itu. Ketika melihat Key sudah ada di sana, aku urung masuk. Namun, saat aku berbalik, aku terkejut mendapati Demon sudah berada di depanku, membuatku nyaris menabraknya.

"Kau tidak makan?" tanya Demon.

"Tentu saja, ini aku mau makan," jawabku dengan dagu terangkat tinggi. Aku lalu berbalik dan memasuki ruang makan, memasang ekspresi sedingin mungkin.

"Kau tidak berpikir untuk melewatkan sarapan hanya karena ada Key di sini, kan?" Demon mengeraskan suaranya, seolah sengaja, membuat Key menoleh ke arah kami.

"Kenapa aku harus melakukan itu?" sengitku. Namun, aku mengambil tempat duduk paling jauh dari Key, membuat Demon mendengus geli.

"Berhenti mengganggunya sebelum dia menyerangmu," Key berbicara pada Demon.

Demon meringis. "Sudah, sebenarnya," akunya.

Aku melirik Key, memperhatikan ekspresinya. Bibirnya berkedut kecil.

"Tampaknya kau suka mendengarnya," dengus Demon.

Key tak menjawab, tapi melemparkan seringaian puas pada Demon.

Seperti biasa, setelah mengambil porsi dobel makanan, Demon meninggalkan ruang makan. Namun, di pintu ruang makan, dia sempat meninggalkan hadiah menyebalkan untukku, dan Key, saat dia berkata,

"Dukunganmu benar-benar menyentuh, Key. Mengingat dia sudah menolakmu mentah-mentah."

Aku harus memaksa menelan makananku di tengah kesunyian yang canggung itu. Dalam hati, aku berjanji untuk membalas Demon untuk ini.

***

"Kau," panggilku pada Key ketika dia hendak masuk ke ruang kerjanya, sementara aku hendak naik ke kamarku. Aku bahkan tidak memanggilnya dengan namanya. Namun, Key bahkan tidak perlu bertanya untuk tahu aku sedang berbicara padanya.

Key berbalik menatapku. "Ada yang kau perlukan?" tanyanya.

Aku mengangkat dagu, lalu berkata, "Ajari aku mengendalikan kekuatanku."

Key tampak terkejut mendengarnya. Sebelum dia sempat menanyakan alasannya, aku melanjutkan,

"Tidakkah kau pikir aku perlu melindungi diriku sendiri dari kaummu, dan juga kau?"

Key tak segera memberi jawaban selama beberapa saat. Aku sudah hendak mengatakan hal kejam lainnya ketika dia akhirnya menjawab,

"Tentu saja."

Aku lalu memalingkan wajah saat berkata lagi, "Mengingat aku sudah menyelamatkan nyawamu, anggap saja dengan ini kita impas. Begitu aku menguasai kemampuanku, kau tidak perlu repot-repot melindungiku karena ikatan bodoh itu. Aku akan bisa melindungi diriku sendiri, dan akan kupastikan, aku akan menghancurkanmu, dan kaummu."

Kali ini, Key bahkan tak ragu saat menjawab, "Tentu saja. Jika itu maumu, akan kulakukan seperti itu."

Mendengar itu, mendadak aku kehilangan keberanian untuk mengatakan hal yang lebih kejam lagi. Dan aku diselamatkan dari itu oleh Key yang sudah berkata,

"Aku akan pergi ke hotel sebentar, setelah itu aku akan mulai melatihmu mengendalikan kekuatanmu."

Aku mengangguk. Lalu berbalik, tapi aku menghentikan langkahku di anak tangga pertama. Hotel?

"Kau akan ke hotel?" tanyaku sembari berbalik untuk kembali menatap Key yang masih berdiri di tempatnya, menatap ke arahku.

Key mengerutkan kening. "Ya. Hanya sebentar. Kau tidak keberatan kan, menunggu sebentar?"

Bukan itu yang menjadi pikiranku. Tapi … "Demon akan pergi bersamamu, kan?" aku memastikan.

Key menggeleng. "Dia harus mengawasi Vea dan mencari sebanyak mungkin informasi darinya."

"Tapi, bagaimana jika ada Pemburu lain yang menyerangmu?" Aku tak dapat menahan kecemasanku.

Mata Key melebar terkejut. "Itu … tidak akan terjadi." Key lalu menghindari tatapanku saat melanjutkan, "Saat itu, mereka menyerangmu. Saat itu, kau sedang marah dan aku gagal menutupi kekuatanmu. Karena itulah, mereka tahu dan berusaha menyerangmu."

"Ah …" Hanya itu yang bisa kukatakan. Sial, seharusnya aku tidak bertanya. Sekarang aku mendadak merasa bersalah padanya. Namun, aku tak ingin Key tahu, jadi aku menguatkan hati saat berkata dingin, "Dan dengan bodohnya aku mengkhawatirkanmu ketika kaulah yang menempatkanku dalam bahaya."

Aku segera berbalik dan naik ke kamarku, tak berani menatap Key untuk melihat ekspresinya, atau aku akan merasa bersalah lagi.

***

"Dia bisa saja menghancurkan rumahmu. Kau yakin tidak mau berlatih di duniaku saja?" Demon menawarkan diri, yang seketika mendapat tatapan tajam Vea.

Oh, gadis itu ikut ke halaman untuk melatihku juga nanti setelah aku berlatih dengan Key. Melatihku bertarung dengan cara Pemburu, untuk berjaga-jaga sementara aku belum bisa mengendalikan kekuatanku sepenuhnya.

"Tidak perlu. Pemburu itu mungkin akan berusaha membunuhmu jika kau membawanya ke sana," Key membalas.

Demon menoleh pada Vea. "Dia tidak akan bisa membunuhku, sama seperti aku tidak bisa membunuhnya."

"Yang sangat disayangkan," desis Vea penuh kebencian.

Demon mengangguk. "Yeah, sangat disayangkan. Aku juga tidak terlalu suka jika harus membunuh wanita cantik sepertimu," katanya seraya menyentuh rambut Vea, membuat gadis itu seketika menepis tangan Demon dengan kasar.

Entah kenapa, aku suka melihatnya. Ada sesuatu yang manis tentang pertengkaran kecil mereka. Dan aku lega, sekarang Vea bisa keluar, tanpa diikat. Gadis itu menjadi begitu penurut hanya dengan ancaman Demon akan mengikat diri dengannya selamanya.

"Kau harus mulai fokus pada kekuatanmu jika ingin berlatih, Crystal." Suara Key menarik perhatianku kembali padanya.

Aku berdehem. "Tentu saja," jawabku angkuh.

Samar aku mendengar Demon mendengus, dan aku nyaris saja menyerangnya jika Key tidak berkata,

"Kau akan mulai menyerangku."

"Apa?" Aku menatapnya kaget. Kuharap aku salah dengar.

"Kau akan mulai berlatih dengan menyerangku," ulangnya. "Dengan begitu aku juga akan lebih mudah mengukur seberapa besar kekuatanmu."

"Dan dengan begitu, kau akan mati begitu latihan hari ini berakhir," celetuk Demon, membuatku menatap Key cemas.

"Aku tidak tahu jika kau selemah itu, tapi aku tidak," Key membalas santai.

"Bagaimana jika dia berlatih dengan cara Pemburu lebih dulu?" tawar Demon.

"Aku harus mengecek kekuatannya dulu. Dia juga harus mengendalikan itu. Ini latihan, dia harus berlatih mengendalikannya. Cara Pemburu itu hanya akan dilakukannya jika dia berada di luar, agar dia bisa melindungi dirinya tanpa menggunakan kekuatannya, tanpa menarik perhatian para Pemburu," balas Key.

Demon mengedikkan bahu. Dia menatapku. "Maaf, tapi kuakui, dia memang keras kepala dan menyebalkan."

"Kau bisa mulai sekarang, Crystal." Kata-kata Key mengalihkan perhatianku.

Aku menatapnya, menggeleng. "Pasti ada cara lain. Aku tidak harus menyerangmu. Kau hanya berusaha membuatku merasa bersalah, kan?!" seruku.

"Kau … merasa bersalah?" Key terdengar terkejut.

"Tidak," jawabku tegas, lalu kulihat kelegaan di wajahnya. Sialan, pria itu.

"Kalau begitu, kau bisa mulai berlatih. Untuk mencegahmu merasa bersalah, kukatakan ini, aku yang menginginkan ini, dan aku layak mendapatkan ini. Jadi lakukan saja, dan biarkan aku membantumu. Begitu kau bisa mengendalikan kekuatanmu, kau mungkin harus bertarung melawanku untuk bisa kembali ke duniamu," katanya seraya berjalan menghampiriku.

Mataku menyipit. Aku melawannya? Ya. Aku bisa melakukannya. Aku tahu dia kuat, tapi … aku juga sudah sempat melukainya. Dan aku akan melakukannya lagi. Tidak. Aku tidak …

"Jangan mendekat," kataku ketika Key sudah semakin dekat.

"Kau harus mulai menyerangku, Crystal, sebelum aku yang menyakitimu," balasnya.

Aku menggeleng. Key? Menyakitiku? Sudah. Pria itu sudah melakukannya, tapi bahkan meskipun aku bisa marah padanya, aku tak bisa untuk tidak mengkhawatirkannya.

Aku tersentak ketika tiba-tiba Key menghilang, dan muncul tepat di depanku. Tangannya mencengkeram pergelangan tangan kananku. Khawatir aku akan menyakitinya, aku berusaha menarik tanganku, tapi cengkeramannya terlalu erat.

"Lepaskan aku," kataku padanya, memohon.

"Kau harus menyerangku," balas Key.

"Tidak. Lepaskan aku. Kau tidak harus melatihku dengan cara seperti ini," tolakku.

"Aku harus tahu sejauh mana kekuatanmu," ucap Key.

Aku menggeleng. Namun, cengkeraman Key di tanganku tak sedikit pun melonggar.

"Ingatlah apa yang telah dilakukan kaumku pada ibumu." Tiba-tiba Key menyebut ibuku.

Aku menggeleng. Namun, aku bisa merasakan kemarahan mulai timbul dalam diriku.

"Mereka juga pernah membuat ibumu bertarung melawan ayahmu, hanya untuk melihat jika mereka aman selama berada dalam perlindungan ayahmu," lanjut Key.

Tidak. Jangan dilanjutkan. Aku berusaha menarik tanganku, tapi Key benar-benar kuat. Ketika tangannya berusaha meraih tangan kiriku, refleks tanganku bergerak, mencengkeram tangannya yang memegangi tangan kananku, berusaha menariknya lepas dariku.

"Lepaskan, kataku!" teriakku sembari menarik tangannya sekuat tenaga. Detik berikutnya, cengkeraman Key di tanganku terlepas, tapi pria itu terlempar kuat ke belakang, menabrak Demon yang tiba-tiba muncul untuk menahannya.

Aku terkesiap ngeri ketika melihat luka gores panjang di lengannya. Darah dengan cepat melapisi lengannya, menetes ke atas rumput, membuatku mual. Mual melihat darahnya, mual melihatnya terluka, mual memikirkan bahwa akulah yang melakukannya.

Ketika Demon sudah berdiri di sebelah Key untuk memeriksa keadaannya, menyingkirkan lengan Key yang memegangi perutnya, aku bisa melihat luka gores yang sama di sana, menembus kaosnya, hingga ke kulitnya.

"Sial, Key! Kau bisa mati kehabisan darah!" kesal Demon seraya membantu Key duduk.

Key terengah. "Aku … baik saja …"

"Key, denyut jantungmu melemah." Demon terdengar cemas.

Key menggeleng. "Aku hanya perlu … memulihkan diri. Kau … lanjutkan melatihnya. Pemburu itu … suruh dia melatihnya …" sengalnya.

Demon masih tak beranjak dari tempatnya.

"Pergilah, Demon!" bentak Key. "Aku baik …" Kalimat Key terpotong oleh batuk, dan dia menyemburkan darah.

Melihat itu, seketika kakiku terasa lemas. Menyakitinya seperti itu … apa yang telah kulakukan?

Ketika tiba-tiba aku terkurung dalam kegelapan, aku merasakan tubuhku kehilangan kekuatan. Pikiranku pun ikut terjebak dalam kegelapan. Apa yang terjadi padaku, aku tak tahu lagi.

***