webnovel

Blind Date

Walaupun Heni mengalami insomnia semalam, dia tetap bangun pagi untuk solat subuh. Selesai solat, dia mandi dan bersiap berangkat ke kampus.

Mungkin semalam dia terlalu banyak mikir, sehingga otaknya kini selalu memikirkan Tears. Heni menggeleng-gelengkan kepalanya, membuang semua pikiran semalam, dan fokus untuk belajar.

Walaupun mencoba untuk fokus ke pelajaran, Heni masih tetap saja memikirkan Tears. Dia pun membuka hp nya dan browsing. Dia menemukan sebuah blog yang membahas tentang Tears.

Dalam blog tersebut, sangat lengkap informasi tentang Tears. Sampai video siaran langsungnya pun ada. Heni pun baru mengetahui kalau Tears mengadakan siaran langsung setiap hari Selasa, Kamis dan Sabtu. Namun, kemarin dia tidak siaran langsung. Banyak fans nya yang protes.

Heni jadi teringat, bahwa kemarin Tears menemaninya bermain seharian. Jadi, semua ini adalah gara-gara dia. Heni menundukkan wajahnya, menutup browsingnya. Perasaan Heni campur aduk.

Baru saja keluar dari kelas, ada yang memanggil nama Heni. Ketika Heni menengok, yang dia lihat adalah Inggit berjalan bersama seorang cowok. Cowok itu bernama Roni, mantan Heni.

Roni adalah anak orang kaya, dia punya banyak teman dan rajin mengikuti kegiatan kampus. Dulu dia tertarik dengan Heni, karena dia merasa Heni itu beda dengan yang lain. Heni memang terlihat dingin, namun dia selalu membantu temannya. Dia juga aktif di dalam kegiatan kampus.

Ternyata setelah mereka jadian, Heni tetap bersikap dingin. Roni merasa bosan karena Heni masih seperti itu, nggak berubah. Dan pada akhirnya mereka memilih menjadi teman.

Dulu ketika Roni menyatakan perasaannya ke Heni, Heni tak tahu harus menjawab apa. Selama ini, dia belum pernah pacaran. Roni juga anak baik. Jadi, tidak ada salahnya kalau mencoba. Namun ternyata, dia tak merasakan apa-apa. Ketika Roni memutuskan berpisah, Heni tetap biasa-biasa saja seperti tak pernah terjadi apa-apa.

Kemudian mereka bertiga, berjalan ke arah kantin. Setelah memesan makanan, mereka menuju ke meja kosong di sudut ruangan. Mereka membicarakan banyak hal, dari kegiatan kampus, pelajaran, masa depan dan lainya.

Ngomong-ngomong tentang klub, Inggit mulai teringat bahwa dia ingin mengajak Heni ikut blind date weekend besok. Mulanya, Inggit ragu karena Heni biasanya menolak acara seperti ini. Karena dia malas berada di keramaian.

Inggit : Hen...?

Heni : hmmm...

Inggit : sabtu besok, lu ada acara nggak?

Heni : ntah, kenapa?

Inggit : temenin gue dong,

Heni : kemana

Inggit : jalan-jalan Hen.

Heni : tuh ada Roni.

Roni : ...

Inggit : Roni juga ikut Hen.

Heni : terus....

Inggit : kita butuh satu cewek lagi Hen... ikut ya, please...

Heni : kalian ada acara apaan?

Inggit : acara blind date sekalian berenang

Heni : kamu udah sama Roni, aku ngapain?

Roni : temenku yang ikut ada tiga, jadi cowok ada empat orang.

Inggit : nah, temen gue cuma ada dua doang Hen, aku tau kamu nggak suka. tapi please, bantu sekali aja Hen. kamu cukup diem aja deh.

Heni : oke, kali ini aja.

Inggit : makasih Hen.

Heni sebenarnya tidak mau menerima ajakan Inggit. Heni berpikir mungkin ada bagusnya, setidaknya Heni bisa melupakan pikiran dia tentang game.

Inggit : oh ya Ron, temen lu ada yang dari club sepak bola kan ?

Roni : ya, kenapa ?

Inggit : apa ada yang ikut ke acara besok ?

Roni : ya, mereka semua dari klub sepak bola

Inggit : Yuedi ikut ?

Roni : ikut, kenapa ? jangan bilang lu mau ngincer Yuedi ya ?

Inggit : nggak lah, setidaknya yang datang cakep-cakep, lumayan buat cuci mata hahahahaha

Roni : biasanya dia susah diajak hangout, sekarang dia yang menawarkan diri untuk ikut.

Inggit : mungkin dia butuh refreshing....

Roni : hmmm, bisa jadi

***

Heni memandang keluar jendela dan melihat langit biru yang cerah. Mungkin hari ini, menjadi hari yang bagus. Semalam, Inggit mengajak Heni untuk menginap di rumah temannya. Alasannya sih supaya mereka datang secara bersama, namun Heni menolaknya dan tetap tinggal di kosnya.

Heni mengunci pintu kosnya dan siap untuk berangkat. Suasana di pagi hari ini masih sepi, hanya beberapa orang yang berlalu lalang. Heni melangkahkan kakinya menuju ke kampus. Kata Inggit, dia akan menunggu di kantin kampus.

Saat melewati pertigaan jalan, Heni melihat tiga orang cowok berjalan di depannya. Heni tetap terus berjalan di belakang mereka, tanpa disengaja dia mendengarkan obrolannya.

A : harusnya hari ini bisa tidur dengan puas.... gara-gara dapat telepon dari Roni.

B : Dia pula yang menyuruh datang pagi-pagi begini...?

A : ya...

C : cuacanya bagus...

B : ya, cuacanya bagus untuk bermain bola, tapi kalau berenang, nggak terlalu suka

A : aku merasa ngantuk....

Heni terkejut mendengar obrolan mereka, ternyata mereka adalah teman-temannya Roni. Heni terdiam dan terus berjalan di belakang mereka. Salah satu dari mereka, ada yang menoleh ke belakang. Dia menatap Heni, begitu pula sebaliknya.

Heni merasakan jantunya berdegup, dan dia pun langsung menundukkan wajahnya. Heni kembali teringat dengan seorang cowok yang pernah menabraknya dan menjatuhkan bekal makanannya.

Heni merasa tak nyaman, dan berjalan agak pelan menjaga jarak dari mereka. Beberapa menit kemudian, dia sudah sampai di tempat janjian. Heni melihat ketiga cowok itu sudah berdiri di sebelah kanan gerbang. Salah satu dari mereka sedang mencoba menelepon. Heni berjalan melewati mereka dan menuju ke kantin.

Sesampai di kantin, Heni tak melihat batang hidung Inggit. Kemudian, dia mengirim pesan ke Inggit kalau dia sudah tiba di kantin. Heni mengambil dua bungkus roti coklat dan sebotol air mineral. Ketika dia membalikkan badan, dia melihat cowok yang tadi bertatapan dengannya memasuki kantin.

Dia berjalan ke arah Heni, kemudian berhenti sekitar setengah meter dari Heni. Dia membeli biskuit dan minuman dingin, kemudian pergi ke arah kasir. Heni mengikutinya dari belakang, dan ikut mengantri.

Petugas kasir menghitung semua barang cowok tersebut. Tiba-tiba dia menunjuk ke arah Heni, dan akan membayarnya pula. Dia tersenyum, sementara Heni bingung.

Cowok : sekalian bayar punya dia juga

Heni : ....?

Cowok : aku pernah menabrakmu dan menjatuhkan bekalmu. aku minta maaf ya.

Heni : okay, tak apa. Terima kasih.

Ketika mereka selesai membayar di kasir, Inggit dan lainnya sudah berkumpul di depan kantin. Inggit langsung berlari ke arah Heni, bukannya dia menyapa Heni terlebih dahulu, malah menyapa cowok disampinnya.

Inggit : hei, aku Inggit. Temannya Roni.

Cowok : Yuedi.

Heni sedikit kaget mendengar nama Yuedi. Heni sering mendengar cewek-cewek di kelasnya menggosipkan Yuedi. Kata mereka Yuedi itu sangat tampan sehingga membuat mereka tergila-gila.

Heni memperhatikan cowok tersebut, dia penasaran dengan ketampanannya yang membuat semua cewek menjadi gila karenanya. Sepintas memang terlihat tampan, namun Heni tetap penasaran. Hidungnya sama seperti hidung cowok lain, matanya juga biasa-biasa saja, mukanya juga biasa-biasa saja.

Heni masih mengamati Yuedi. Tiba-tiba ada yang menarik lengan bajunya. Heni tersadar kembali, dia melihat Yuedi ingin berjabat tangan dengannya. Heni meraih tangannya sambil memperkenalkan dirinya

Setelah semuanya berkumpul, mereka saling mengenalkan diri masing-masing. Setelah perkenalan, mereka semua pergi menuju tempat parkir. Mobil Roni diisi oleh para cowok, sementara cewek naik mobil Mika, temannya Inggit.

Mereka mulai meluncur ke lokasi. Heni hanya diam duduk di belakang, dan mulai memejamkan matanya.