webnovel

Hay Chimmy

Hay Chimmy!

Semalaman mereka berada di dalam kamar bersama anak manis itu. Hingga cahaya pagi menerpa wajah Cara.

"Ah.. aku ketiduran, sepertinya anak ini juga tak terbangun. Dia masih tidur, aih lucunya. Moca sayang.. bangun sudah pagi. Kamu harus ke kantor sayang."

"Hmmm... selamat pagi sayang... cup!" tak lupa Moca selalu memberi kecupan pagi pada Cara rutin tak pernah terlupa.

"Appa kiss juga dong anaknya?"

"Caraaa... aku bilang apa? Jangan terlalu dalam membawa anak ini dalam hatimu yaaa. Aku gak mau kamu terluka. Aku mandi dulu ya sayang."

"My baby.. jangan dengarkan Appa kamu yaa.. bukan berarti appa tak sayang, Ibu akan menjagamu selamanya Ibu janji..." Cara bergumam sendiri sambil mengelus anak itu.

Perlahan anak itupun membuka matanya, baru kali ini ia tidur begitu nyenyak dan hangat.

"Ummm..eennghh.." terlihat raut wajah kaget juga panik.

"Hay baby, sudah bangun? Ibu menunggumu bangun sayang. Semalam kamu mengigil kedinginan lalu ibu ajak pulang ker umah. Jangan takut ya baby. Ini ada susu hangat dalam botol habiskan ya."

Tanpa bersuara anak itu menghabiskan susu hangat yang disodorkan padanya. Sepertinya ia mengingat semuaperistiwa kemarin. Terlihat kagetnya sedikit menghilang. Matanya mengamati keadaan seluruh isi kamar sambil meminum susu. Hingga pandangannya tertuju pada Cara yang terus mengelusnya dan memandangnya.

"Sudah habis susunya?" anak itu mengangguk.

"Kalo sudah kita sarapan yuuk. Boleh ibu gendong?" anak itu mengangguk.

"Boleh ibu tahu siapa namamu?"

"Chimmy..."

"Oh namanya yang lucu sesuai dengan wajah imut ini.... hehhehe.." Cara menggoda anak itu dan ia pun tersenyum.

"Berapa umur Chimmy?" anak itu mengacungkan kelima jari bantetnya ke udara, ia berusia 5 tahun, seperti dugaan Cara.

"Wow... Chim sudah besar yaa.. sudah pintar."

"Oh kalian sudah bangun.. duduklah dan makan sarapan yang sudah aku buat."

"Appa Moca.. kenalkan ini Chimmy. Berikan salam pada Appa."

"Nama aku Chimmy, Appa. Lima appa.." Suara Chimmy lembut dan kecil. Tampak ia anak yang tegar sedikit ketakutan. Tapi ia tak takut untuk bersuara.

"Chimmy makan dulu yaa... jangan takut ya baby, kamu di sini aman. Kalau lapar jangan malu untuk meminta makanan yaa, Chimmy boleh makan apapun sepuasnya."

"Duduk di sini sayang, habiskan susunya dan makan buburnya."

"Caraaa, jangan terlalu dekat dulu sayang. Kita tak bisa sembarang membawa anak dan memilikinya," bisik Moca

"Aku tahu, sudah tenang saja sayaang."

"Chimmy sayang, mengapa ada di pinggir jalan kemarin? Bukankah hari sangat dingin? Di mana rumah Chimmy?" Moca mulai menginterogasi kecil-kecilan.

Chimmy menggeleng. "Chimmy gak punya rumah?" dijawab gelengan olehnya

"Chimmy punya Appa dan Eomma?" sekali lagi Chimmy menggeleng, ia tak punya orang tua lagi bahkan tak mengenalnya.

"Chimmy akan bersama Ibu dan Appa disini. Chimmy jangan takut yah baby. Ibu akan melindungi Chimmy dan memastikan perut Chimmy kenyang." Cara memeluk Chimmy dan mencium kepalanya.

"Mengapa aku dipanggil Appa dan kau sendiri Ibu? Bukankah membingungkan untuknya?"

"Karena kita bukan orang Korea apa salahnya kita mengenalkan bahasa Indonesia pada Chimmy, pasti nanti ia mengerti panggilan itu.. hehehh.."

"Lalu kenapa bukan aku yang Ayah dan kau Eomma?" protes Moca dengan status barunya

"Karena ibu itu lebih mengena di hati dan lebih keren ajah... hahahha.." Moca sebal dengan jawaban Cara yang gak berdasar kuat tapi ia hanya bisa pasrah.

Chimmy mulai nyaman dengan Cara yang memang pintar mengambil hati dan kepercayaan Chimmy. Cara memandikan Chimmy dengan lembut, anak itu sungguh kotor, mungkin sudah jarang sekali ia mandi. Mungkin itupun mandi sendiri tanpa ada yang menggosok punggungnya.

"Chimmy, mulai sekarang sebelum tidur Chim harus mandi ya. Chimmy sukakan mandi di bathtub dengan air hangat?"

"Iya.. syuka.." suara sedikit cadel masih terdengar khas anak balita sungguh gemas.

"Nanti ibu belikan mainan yang banyak yaa biar bisa main sambil mandi. Chim suka mainan apa?"

"Syuka minion ibu.."

"Ahh..uugh baby... Chim panggil ibu..." Cara terharu dan hampir meneteskan air mata. Itu kalimat terpanjang untuk hari ini yang dikeluarkan Chimmy. Dan setelah memandikan Chimmy, langsung saja Cara mengirim pesan pada Moca perihal kalimat Chimmy memanggilnya ibu.

Cara memang bekerja dari rumah saja, setelah Moca mendapatkan posisi penting di agency, Moca meminta Cara untuk mengurangi pekerjaannya sebagai akuntan yang biasanya tak mengenal waktu. Cara hanya diperbolehkan bekerja dengan sedikit waktu di kantor dan lebih banyak membawa pekerjaannya ke rumah.

Entah dengan alasan apa yang pasti Moca juga sangat cemburuan jika seseorang hanya memandang Cara dari jauh. Tapi Cara menerimanya dengan lapang dada, karena ia sekarang menghabiskan waktunya lebih bersama Moca di rumah mereka.

Karena badai salju tak kunjung mereda, makan alasan bagi Cara untuk tak keluar dari rumah mengurus laporan kepolisian yang disarankan Moca. Ini banyak mengulur waktu kebersamaan dengan Chimmy. Cara tak pernah rela jika harus berpisah dengan Chimmy bahakan ia tak pernah berniat melaporkannya pada polisi. Chimmy juga mulai merasa nyaman dengannya. Ia menjadi anak yang penurut dan sangat lucu. Ia selalu manja dengan Cara. Dan nyaman dengan pelukan Moca ketika ia sulit tidur.

"Cara... kita sudah terlalu terikat dengan anak ini.. aku takut kamu kecewa."

"Sudah jangan bicarakan hal itu aku tak mau dengar."

"Caraaa.. kamu selalu menghindari topik ini. Tidak bisa sayang, kita harus melaporkannya. Ini salah."

"Kenapa sih? Aku tak menyakiti siapapun? Bahkan Chimmy menerimaku dengan baik. Ia juga menerimamu. Ia sudah sebulan bersama kita, tidak ada yang mencari tuh? Mungkin ia dikirim Tuhan untuk kita!" emosi Cara memuncak

"Benar yakin kau tak menyakiti siapapun? Bagaimana kau tahu, jika di luar sana tidak ada orang tua yang kehilangan anaknya? Bahkan kau sendiri tak pernah membuka laporan anak hilang yang selalu aku berikan linknya! Kamu tak ingin tahu jika ada orang tua yang mencari Chimmy kan? Akui itu Cara!" Moca mulai meninggikan suaranya, karena ia khawatir kekasihnya ini akan patah hati jika ternyata Chimmy mempunyai orang tua yang mencarinya.

"Ya..ya.. kenapa kalo iya? Kalau kamu tak bisa menerima anak ini biar aku saja yang merawatnya!"

"Okey, aku gak akan bicara sekarang. Kamu sedang emosional, nanti kita lanjutkan."

"Aku tidur dengan Chimmy!" Cara memilih tidur dengan Chimmy dari pada dengan Moca untuk menghindari pembahasan yang lebih lanjut. Dan juga karena ia kesal dengan Moca.

Tapi perlahan tengah malam Moca memindahkan Cara dan Chimmy satu persatu ke atas kasur mereka. Dengan posisi Cara di tengah, Chimmy di beri pembatas guling agar tak jatuh ke bawah. Posisi ini yang akan membuat Cara murka di pagi hari. Hahhaha... tapi Moca akan mengambil resiko untuk dicubiti Cara, demi tidur berpelukan dengan Cara sepanjang malam.