webnovel

Hp Aura tertinggal di depan ruangan Dosen Rafael

'Berati kak Fahri gak bohong kalau dia memang dekat sama Mas Faisal, buktinya mas Faisal menceritakan rahasia ini kepadanya' batin nya, sambil tersenyum sendiri Putri membaca pesan dari Fahri.

"Hei," sapa Rafael yang tiba-tiba datang. "Kamu sudah selesai merapikan yang saya perintahkan tadi," kedatangan Dosen Rafael mengejutkan Aura.

"Eh .. sudah Pak, ini," Aura menyodorkan nya ke Dosen Rafael.

"Saya permisi," tanpa basa basi Aura langsung pergi begitu saja.

"Hei ... sebentar," Rafael menahan Aura dan tak sengaja memegang tangan nya, Aura langsung memandang nya dengan sinis.

"Eh maaf nggak sengaja," ucap Rafael.

'Tuh kan ... sudah kuduga ini orang memang kurang baik, huh ... berani-beraninya pegang tangan ku' Aura Kesal karena Rafael telah memegang tangan nya.

"Ada apa memang nya kok menahan saya, ada lagi yang perlu saya bantu?" tanya Aura sambil menepiskan tangan Rafael.

"Ih ... kamu sombong banget ya jadi cewek, saya cuma mau ngucapin terimkasih telah membantu saya," cetus Rafael.

"Oh ... oke sama-sama," jawab Aura lalu pergi.

Aura pergi sambil ngomel-ngomel sendiri, dan karena langkahnya begitu cepat sampai ia tidak memperhatikan lagi handphone nya tertinggal di tempat dia duduk tadi.

Rafael yang melihat ada handpone Aura yang tertinggal langsung mengikutinya namun Aura sudah keburu pergi mengendarai motornya.

"Hei ... tunggu," teriak Rafael.

Namun Aura tetap tidak mendengar nya, ia sudah menancapkan gas motornya.

"Huumb ... dasar cewek aneh," gumam Rafael.

Mahasiswi semua melongo, mereka sangat terkagum melihat Rafael berlari-lari.

"Lari-lari saja masih tetap kelihatan cool, sempurna sekali sih dosen yang satu ini," ucap salah satu dari mereka.

Sintya yang melihat kejadian itu langsung di buat kesempatan oleh nya untuk mencari muka di hadapan Rafael.

"Kak Rafael, ada apa kok sepertinya sedang mengejar seseorang gitu, siapa Kak dia?" tanya Sintya.

"Ini loh Sintya, handpone anak tadi itu ketinggalan di kursi depan ruangan saya, dan setelah saya mau kasihkan dia sudah pergi," ucap Rafael.

"Kak ... coba lihat punya siapa itu," Sintya sebenarnya sudah mengetahui itu milik Aura, namun ia pura-pura ingin melihatnya.

"Ini," Rafael memberikan nya.

Sintya ini tetangga Rafael, mereka juga sudah kenal lama, Sejak masih di SMP Cintya sangat mengagumi Rafael hingga akhirnya ia kini kuliah di tempat Rafael ngajar.

"Oh ... ini punya kakak kelas Sintya deh kayak nya Kak, nanti biar Aku kasihkan ya," ucap Sintya.

"Jangan ... biar dia nanti ambil kesini saja Sin, Ya sudah ... Saya kembali keruangan dulu," Aurel menyahut handphone Aura yang di tangan Cintya kemudian pergi.

"Hih ... dasar ya Kak Rafael nyebelin banget, nggak peka-peka deh dari dulu, apa lagi sekarang ada si Aura itu, huh, semakin nyebelin," cetus Sintya.

"Sintya yang cantik, kenapa sih harus ngejar-ngejar dosen yang songong sok paling cakep itu, masih banyak loh laki-laki yang suka sama Loe, Kamu gak perlu menjatuhkan harga dirimu di depan laki-laki, Gue lihat nya aja kasihan loh sama Elo," tegur Vina teman akrab Sintya.

"Udah deh Vin, mending Elo diam deh, pokok nya Gue cinta nya cuma sama kak Rafael, titik," cetus Sintya.

"Humb .. oke deh, terserah Elo deh kalau memang itu mau Loe, Gue cuma ngingetin doang kok," jawab Vina pasrah.

***

"Assalamualaikum," ucap Aura baru sampai rumah, dan keadaan rumah nya sepi tidak ada siapa-siapa.

"Ibu ... Bapak," teriak nya, namun tetap tidak ada jawaban.

"Huumb ... pada kemana sih, untung Aku selalu bawa kunci cadangan jadi tetap bisa masuk deh," gumamnya sambil membuka pintu.

"Man ana man ana, man ana laulakum, kaifama khubbukum, kaifama akhwakum, man ana man ana, man ana laulakum, kaifama khubbukum kaifama akhwakum," sambil mengganti bajunya Aura bernyanyi-nyanyi solawat .

"Haduh bagus juga ternyata ya suaraku, Ha ha, pede banget sih Aku, uumb ... telfon Ibu agh tanyain dia ada dimana," saat Aura mengambil hp nya di tas ternyata tidak.

"Loh ... hp ku dimana ya, kok gak ada, haduh ... gawat ini," Aura sampai keluarkan semua isi tas nya namun tidak menemukan nya.

Ia coba ingat-ingat lagi. "Oh tidak, jangan-jangan ketinggalan di kampus tadi pas Aku nungguin Si Dosen nyebelin itu, haduuh,"

Aira langsung mengenakan hijabnya kembali untuk menemui Dosen itu.

Saat ia membuka pintu Rafael sudah ada di luar.

"Loh ... pak Rafael? Kok dia disini," gumam Aura.

"Assalamualaikum," ucap Rafael.

"Waalaikumsalam Pak," jawab Aura sedikit malu.

"Maaf jika kedatangan saya mengejutkan Kamu, tapi saya kesini cuma mau antar hp Kamu ketinggalan di tempat Kamu duduk tadi," ucap Rafael sambil mengeluarkan hp Aura dari dalam tas nya.

"Eh iya ... Alhamdulillah, terimakasih loh Pak sudah di antar kesini, padahal ini saya mau balik lagi ke kampus, tapi sudah Bapak antar kesini, sekali lagi terimakasih ya," nada bicara Aura sangat berbeda, tiba-tiba ia berubah menjadi lembut kepada Rafael.

'Sebenarnya kalau setiap hari lembut begini akan lebih enak di pandang loh' batin Rafael.

"Pak ... kok senyum-senyum sendiri, ada apa ya," tegur Aura.

"Eh tidak, tidak ada kok, ya sudah kalau gitu saya pamit dulu ya," jawab Rafael.

"Oh oke, silahkan," Aura dengan senang hati mempersilahkan Rafael untuk pergi.

'Humb ... gak ada niatan buat ngajak Aku masuk kedalam gitu ya ni anak, beda banget sama cewek-cewek yang pernah dekat sama Aku' batin Rafael, ia berharap Aura menahan nya dan di ajak ngobrol santai di rumah ya.

'Kalau mata keranjang tuh gitu, gak bisa lihat cewek bening dikit aja, dari tadi tatapan nya bikin Aku pengen nampol deh, huh' Batin Aura.

"Ya sudah ya, permisi," Rafael membunyikan motor gede nya yang berwarna hitam dan langsung pergi.

"Huumb ... motor nya sih keren, tapi tidak untuk orang nya," gumam Aura.

Aura kembali masuk lagi ke kamar, dan mencoba hubungi Ibunya.

"Hallo ... assalamualaikum," ucap Aura setelah telepon nya di angkat.

"Waalaikumsalam, ada apa Sayang," jawab Ibu nya.

"Ibu sama bapak ini dimana sih, Aku pulang-pulang kok rumah sepi gak ada siapa-siapa," cetus Aura.

Ibu Aura menjawab nya bisik-bisik lirih.

"Ibu sama Bapak masih di rumah Abah Hasan Sayang, sudah ya nanti lagi, ini Bapak masih penting," Ibunya langsung menutup telepon nya.

"Ibu di rumah Abah Hasan, itu berarti Bapak sana Ibu sedang mencari tanggal yang pas dan meminta pendapat Abah," gumam Aura.

Aura masih tidak percaya bahwa ia sebentar lagi akan bersama dengan orang yang paling ia cintai.

Aura tersenyum-senyum sendiri sambil memeluk hp nya.

"Apa Aku telpon mas Faisal sekarang ya, ih .. tapi Aku takut mengganggu nanti, huumb, Aku chat saja kali ya," Aura tidak sabar ingin menyampaikan kabar baik itu kepada Faisal.